Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Apa Itu Sorry Syndrome? Kenali Pengertian dan Tanda-tandanya!

Kondisi saat kamu terlalu sering meminta maaf

Puspita Ramadhani

Bela, apakah kamu terus-terusan mengatakan "maaf" saat sedang berbicara kepada orang lain? Terlalu sering mengatakan maaf meski untuk sesuatu yang bukan kesalahanmu, menjadi salah satu tanda bahwa kamu terjebak dalam kondisi sorry syndrome, lho!

Memiliki kebiasaan meminta maaf memang baik. Sebab, itu artinya kamu bisa mengakui kesalahan dan tidak menyalahkan orang lain. Namun, jika kebiasaan tersebut sudah membawamu menjadi sosok dengan sorry syndrome, maka kamu harus belajar untuk membedakan situasi yang mengharuskan kamu meminta maaf atau tidak. 

Jadi, langsung saja, yuk, cari tahu apa itu sorry syndrome dan bagaimana tanda-tandanya. Selengkapnya di bawah ini!

Apa itu sorry syndrome?

pexels.com/Liza Summer

Sorry syndrome adalah istilah yang muncul baru-baru ini, dan bisa disimpulkan sebagai kebutuhan atau dorongan yang sangat besar untuk meminta maaf untuk setiap hal kecil, termasuk kondisi yang terjadi di luar kendalimu, atau bahkan untuk kejadian yang bukan kesalahanmu. 

Tak hanya itu, orang dengan sorry syndrome juga sering menggunakan kata "maaf" sebagai respons otomatisnya. Dalam beberapa kondisi, meminta maaf memang baik dan dibutuhkan. Akan tetapi, jika itu dikatakan secara terus-menerus, tentu akan memberikan dampak yang kurang baik padamu. Salah satunya, menjadi rentan untuk diremehkan dan dimanipulasi oleh orang dengan niat buruk. 

Nah, untuk mengenali apakah kamu termasuk sorry syndrome atau tidak, simaklah tanda-tandanya.

1. Meminta maaf atas hal yang tidak dilakukan

Pexels.com/Rodnae Productions

Apakah kamu meminta maaf atas penderitaan orang lain, meski itu tak berkaitan denganmu? Atau meminta maaf saat temanmu melakukan kesalahan? Jika iya, maka bisa jadi kamu mengalami sorry syndrome. Untuk tanda yang satu ini, biasanya bermula dari rasa empati yang begitu tinggi, sehingga kamu akan meminta maaf saat orang-orang di sekitarmu merasa tidak nyaman. 

2. Meminta maaf atas hal-hal kecil

Pexels.com/Maria Verkhoturtseva

Meminta maaf dalam situasi yang tepat adalah bagian dari bersikap sopan. Akan tetapi, meminta maaf dalam kejadian sehari-hari itu sedikit berlebihan.

Misalnya, meminta maaf saat membutuhkan waktu lebih dari beberapa detik untuk melakukan sesuatu. Memang kondisi ini umum untuk mengatakan maaf, namun jika kata maaf itu terus-menerus kamu ungkapkan hingga selesai pertemuan, maka itu bisa dinilai sedikit berlebihan. 

3. Meminta maaf untuk menghindari konflik

Pexels.com/Austin Guevara

Dengan meminta maaf, kamu berpikir bahwa kamu bisa menghindari konflik dengan seseorang. Lebih buruknya, kamu hanya meminta maaf demi menjaga nama baik. Alhasil, kamu hanya akan memendam rasa amarah atau emosi lainnya yang seharusnya kamu keluarkan dengan cara terbaik.

Dalam jangka panjang, kebiasaan meminta maaf dan memendam itu akan membawamu pada kondisi yang lebih buruk. Selain menimbun amarah di dalam diri, meminta maaf demi menghindari konflik juga tak akan menyelesaikan masalah yang terjadi. 

4. Meminta maaf untuk hal yang wajar

Pexels.com/Владимир Васильев

Apabila permintaan itu masuk akal, misalnya meminta rekan kerja untuk mencetak salinan dokumen, atau meminta teman untuk mengambilkan makanan ringan milikmu, maka kamu tidak perlu meminta maaf. Jadi, jika kamu menemukan bahwa dirimu meminta maaf untuk hal sederhana dan wajar untuk diminta, mungkin kamu mengalami sorry syndrome

5. Meminta maaf karena tidak merasa nyaman

Pexels.com/meijii

Meminta maaf hanya karena kamu merasa tidak nyaman akan menunjukkan bahwa kamu memiliki harga diri yang rendah. Sorry syndrome tumbuh subur pada mereka yang tidak bisa melihat dan menilai diri sendiri.

Maka dari itu, luangkanlah waktu untuk bisa mengenal diri sendiri. Ingatlah, bahwa kehadiranmu sama pentingnya dengan orang lain!

6. Meminta maaf berulang kali

pexels.com/karolina-grabowska

Jika kamu merasa sulit menahan diri untuk tidak mengatakan maaf beberapa kali saat berinteraksi dengan teman, anggota keluarga, atau kolega, mungkin kamu telah menjadikan kata maaf sebagai respons gugup saat merasa tidak nyaman atau cemas. Meskipun cara ini mungkin efektif untuk rasa lega dalam jangka pendek, penting untuk menemukan solusi yang lebih sehat untuk perasaan tidak nyamanmu.

7. Ketika orang lain memintamu berhenti mengatakan maaf

Pexels.com/Liza Summer

Kadang, kita tak sadar jika kata maaf itu sudah menjadi sebuah kebiasaan dan tidak kamu sadari. Seringkali kamu baru menyadari bahwa mengalami sorry syndrome ini ketika orang-orang sekitarmu meminta kamu untuk berhenti berkata maka. Pada kondisi ini, penting untuk mendengarkan dan mempertimbangkan masukan dari teman atau keluargamu. 

Sorry syndrome bisa muncul karena rasa cemas, kurangnya percaya diri, atau masa lalu yang kurang menyenangkan. Maka dari itu, saat kamu menyadari bahwa kamu memiliki sindrom ini, cobalah untuk mencari tahu awal mula timbulnya kebiasaan meminta maaf tersebut. 

IDN Channels

Latest from Single