Usia 10 tahun adalah usia pertama kali saya melakukan solo traveling. Memang, sih, dari bandara asal, di dalam pesawat, hingga sampai tiba di bandara tujuan, selalu diawasi oleh pramugari dan saya memakai tag nama untuk menandai saya masih di bawah umur. Tapi, sensasi bisa duduk sendiri di dalam pesawat tanpa orang yang saya kenali, ternyata membuat saya ketagihan, Bela!
Saya menyadari, ketika bepergian seorang diri, saya jadi senang melihat dan ‘membaca’ perilaku orang lain, memikirkan apa yang bisa saya lakukan ketika sedang sendiri, menemukan kemungkinan dan pengetahuan baru.
Oke, agar lebih enak bacanya, berikut lims alasan saya kenapa ingin mengajak Bela untuk—setidaknya—mencoba sekali dalam hidup untuk melakukan perjalanan seorang diri.
1. Tidak tunggu-tungguan
Saya adalah orang yang cukup baik dalam masalah manajemen waktu namun bukan orang yang terlalu ketat dalam mengikuti itinerary perjalanan. Prinsip saya, ketika bepergian, jangan terpaku pada jadwal perjalanan, karena kamu bisa kehilangan elemen kejutan dalam perjalanan tersebut. Ini mengapa saya senang saat tidak ada teman bepergian.
Selain tidak bergantung pada waktu orang lain, saya juga tidak perlu tunggu-tungguan dalam berbagai hal, seperti menunggunya di bandara, menggunakan kamar mandi, menunggunya dandan atau berpakaian, menunggu moodnya untuk melakukan hal menantang, sampai tidak ada rasa nggak enakan dalam melakukan sesuatu yang saya inginkan namun tidak dengan partner perjalanan saya.
2. Bertemu dan menjalin hubungan baik dengan orang baru
Ketika saya tidak fokus terhadap isi konten media sosial atau sibuk dengan teman perjalanan—melainkan ke diri sendiri—di sini kesempatan saya untuk berkenalan dengan orang baru berikut budaya, kebiasaan maupun karakternya dalam waktu yang lama. Biasanya, orang baru ini akan menjadi teman baru yang suatu saat jika saya kembali, saya bisa bertemu dengan mereka lagi. Dengan mengenal orang baru, wawasan saya mengenai lokasi maupun lingkungan daerah yang saya kunjungi pun semakin bertambah.
3. Berkomunikasi dengan diri sendiri
Solo traveling membuat saya kembali mengkaji ulang jati diri dan tujuan hidup saya. Uniknya, semakin banyak saya berkomunikasi dengan diri sendiri saat bepergian seorang diri, membuat saya menjadi semakin tahu apa yang saya mau dalam hidup, sekaligus semakin kurang peduli dengan pendapat orang terhadap diri saya. Senangnya lagi, rasa percaya diri saya juga semakin kuat.
4. Eksploratif
Tanpa disadari, saya menjadi sosok yang lebih eksploratif dan berani, baik dalam hal berpetualang, mencoba hal baru yang menantang, sampai berani untuk berkenalan duluan dengan orang lain. Saya merasakan energi positif terbangun dengan sendirinya di dalam diri saya, seperti mengganti energi negatif atau beban pikiran yang saya emban sebelum bepergian. Satu lagi, karena nggak punya ‘tanggungan’ terhadap orang lain, jadi kalau saya lelah dan mau tidur serta bermalas-malasan seharian, ya, saya lakukan sesuka saya. Bebas 'merdeka', deh.
5. Membangun empati
Dari hasil berbincang dengan diri sendiri, orang lain, berpetualang dan menjalin hubungan dengan warga setempat, mengenal budaya mereka, serta saling berbagi cerita, membuat saya lebih menghargai tidak hanya orang, tapi juga binatang serta alam. Serius, deh. Empati saya semakin tumbuh, saya jadi lebih membuka hati dan pikiran terhadap perbedaan dan keragaman yang ada di bumi ini.
Karena, bagaimanapun juga, bukankah kita semua hidup berdampingan, sehingga selayaknya bisa saling koeksistensi?