Kisruh antara Fanny Soegi dengan mantan band-nya Soegi Bornean sepertinya masih terus berlanjut dan belum menemukan titik terang. Melalui akun media sosialnya, Fanny menceritakan kembali bagaimana Soegi Bornean selama ini belum menyelesaikan hak-haknya dan malah menambah masalah baru. Yakni, Fanny dituntut atas namanya sendiri.
Bagaimana kronologinya? Simak selengkapnya berikut ini.
Fanny memutuskan untuk keluar dari Soegi Bornean karena pembayaran haknya yang tak sesuai
Awal mula kontroversi ini tekuak saat Fanny memutuskan untuk keluar dari band Soegi Bornean pada 1 Maret 2024 lalu. Melalui akun Instagramnya, Fanny mengatakan bahwa ia telah mengambil keputusan untuk keluar dari grup setelah dipikirkan matang-matang.
Walau sempat tidak menjelaskan alasan kuatnya saat mengundurkan diri waktu itu, Fanny akhirnya baru buka suara saat menjadi bintang tamu podcast Authenticity ID. Dalam siniar tersebut Fanny mengaku bahwa alasannya keluar adalah haknya yang tidak transparan serta ketidakadilan terhadap salah satu gitaris Soegi Bornean.
Kasus terkuak kembali akibat salah satu unggahan di Twitter/X
Sempat meredup, kasus antara Fanny dengan Soegi Bornean muncul kembali setelah sebuah akun Twitter dengan nama @nadiaansl mengunggah foto bunga mawar dengan kertas berisikan song list konser Soegi Bornean. Unggahan tersebut kemudian ditanggapi oleh Fanny dengan ucapan, "Pencipta lagu 'Asmalibrasi' dibayar, pencipta lagu 'Raksa' nggak dibayar. Gimana sihh @Soegibornean."
Tak sampai situ, Fanny akhirnya blak-blakan soal kasus masalahnya dengan Soegi Bornean
Mungkin karena unggahan sebelumnya ramai mendapat respon dari warganet, Fanny kemudian membuat thread tentang royalti dan bagaimana band Soegi Bornean tidak transparan soal hak bagi masing-masing membernya. Dalam utas tersebut pula, Fanny mengatakan bahwa royalti lagu "Asmalibrasi" justru jatuh ke tangan orang-orang yang tidak berhak.
Fanny mengatakan, ia juga menjadi saksi bahwa pencipta lagu "Asmalibrasi" hidup dalam ekonomi yang sulit dan bahkan sampai berutang untuk menyambung hidupnya. Sementara, mereka yang tak berhak atas royalti tersebut, malah hidup bermewah-mewah dan bisa membeli dua mobil.
Fanny dituntut atas namanya sendiri
Satu hal yang kemudian membuat warganet meradang adalah Fanny hampir dituntut soal HAKI karena memakai namanya sendiri. Fanny dilarang menggunakan nama Soegi jika ia keluar dari band Soegi Bornean. Bahkan, ia diminta untuk mencari nama baru setelah keluar dari band tersebut. Padahal, Soegi adalah nama asli dari Fanny, yaki Fanny Sogiearto.
"Aku masih inget banget ketika aku mau keluar dari Band itu dan dihadapkan orang2 HAKI, aku diharuskan membayar namaku sendiri yakni 'Soegi' kalau aku keluar dengan entitas yang baru. Ada rekamannya lagi," kata Fanny.
Tanggapan dari Soegi Bornean terhadap unggahan Fanny
Sadar bahwa namanya dibicarakan begitu ramai di media sosial, pihak Soegi Bornean pun akhirnya buka suara. Melalui akun media sosialnya, Soegi Bornean meminta maaf atas kegaduhan yang terjadi, sekaligus memberikan penjelasan terhadap beberapa tuduhan yang dilayangkan kepadanya.
Pertama, soal hak royalti. Soegi Bornean mengatakan bahwa pembagian royalti telah dilakukan secara adil dan sesuai kesepakatan bersama. Bahkan, menurut mereka, Fanny juga dilibatkan dalam hal tersebut.
Kedua, soal manggung saat tujuh hari pasca meninggalnya ibunda Fanny. Pihak Soegi Bornean juga mengatakan itu telah melalui kesepakatan bersama.
Soegi Bornean juga akan menghubungi Fanny untuk meluruskan apa yang menjadi permasalahan di media sosial yang telah Fanny ungkap ke media sosial.
Kisruh royalti di Indonesia
Soal royalti musik di Indonesia, memang masih belum rapi dan transparan. Hal ini masih terus diperjuangkan oleh Asosiasi Komposer Seluruh Indonesia (AKSI) yang diketuai oleh Piyu Padi, dengan Dewan Pembina, Ahmad Dhani. Bagi AKSI, soal royalti di Indonesia masih belum transparan dan tidak adanya sanksi tegas bagi mereka yang tidak membayar royalti.
Hal ini terlihat dari sedikitnya jumlah royalti yang terkumpul di tahun 2023 lalu, yakni hanya Rp900 juta. Padahal konser di Indonesia terhitung banyak pasca pandemi.
Soal royalti ini masih terus diperjuangkan oleh AKSI. Semoga saja dengan adanya kejelasan hukum terkait royalti dapat menyelesaikan masalah, salah satunya masalah antara Fanny dan Soegi Bornean.