Perang adalah neraka. Kejadian di masa lalu tersebut begitu brutal dan berdarah. Selain menewaskan jutaan manusia di seluruh dunia, perang juga menghancurkan kehidupan, negara, serta hilangnya budaya. Namun perang juga membentuk masa lalu, masa kini, serta masa depan kita. Hal itulah mengapa situasi perang terus menjadi daya tarik pembuat film dan penonton film. Cerita tentang perang mengungkapkan sifat sejati umat manusia di masa-masa tergelapnya.
Meski Hollywood kerap membuat film peperangan yang bersifat patriotik dengan adegan melambai-lambaikan bendera, namun film perang bisa sangat gelap dengan akhir yang tak menyenangkan, hingga kritis terhadap sebuah kebijakan. Satu hal yang jelas, film perang membuat generasi modern yang tidak pernah mengalaminya, patut bersyukur dengan segala kemudahan hidup yang diterima selama ini.
Di bawah ini, Popbela kurasi 9 rekomendasi film perang terbaik sepanjang masa, yang begitu brutal, jujur, namun juga inspiratif. Simak, yuk!
9. Hacksaw Ridge (2016)
Memulai daftar dari pilihan film perang cukup ringan, jatuh kepada Hacksaw Ridge, sebuah film biografi berdasarkan kisah nyata. Film arahan Mel Gibson ini bercerita tentang tentara Amerika muda bernama Desmond Doss (Andrew Garfield), yang memilih untuk tidak membunuh musuh perang, maupun menembakkan senjata walau sekalipun harus mempertahankan keselamatannya. Hal ini ia lakukan karena ia sangat kukuh dalam mengikuti ajaran agama yang tidak boleh membunuh. Hal ini memang menjadi cemoohan di antara para tentara hingga atasannya, namun ada mukjizat yang terjadi, hingga membuat nama Desmond dikenang sepanjang masa.
Popbela menganggap film ini cukup ringan meskipun berkisah tentang beratnya perang. Memang film ini berhasil meraih beragam penghargaan untuk para aktor dan produksinya, namun plot cerita yang bagus, tertutupi dengan drama dan kisah percintaan Desmond.
8. Inglorious Basterds (2009)
Quentin Tarantino adalah seorang legenda. Pandangan revisionis sutradara Quentin Tarantino pada Perang Dunia II, mampu membawa gaya yang elegan terhadap plot untuk membunuh Nazi. Inglorious Basterds menggandeng nama-nama aktor besar Hollywood peraih penghargaan, untuk membuat film ini terasa matang dan bisa ditonton berkali-kali. Seperti Brad Pitt, Christoph Waltz, Eli Rith, Diane Kruger, hingga Michael Fassbender.
Inglourious Basterds adalah film perang yang besar, berani dan cukup mengganggu perasaaan beberapa orang. Dengan kejutan khas arahan Quentin, membuatmu ingin mengoleksi film ini di rak film-film favoritmu.
7. The Hurt Locker (2008)
Mau melihat Hawkeye dan Falcon bertemu di medan perang sesungguhnya? Maka kamu bisa menyaksikan The Hurt Locker, film peraih ragam penghargaan, arahan Kathryn Bigelow.
Frasa The Hurt Locker sendiri digunakan oleh militer Amerika Serikat sebagai bahasa gaul untuk cedera serius, apapun bentuknya. Biasanya berhubungan dengan rasa sakit dan ketidaknyamanan yang parah, baik fisik maupun emosional. Hal ini menggambarkan karakter Sersan Kelas 1, William James (Jeremy Renner), yang merupakan seorang penjinak bom pada perang Irak.
Sebuah sudut pandang dari tentara dengan tugas spesifik, menjadikan film ini patut ditonton untuk menunjukkan hari-hari yang dialami penjinak bom, bahwa hari tersebut bisa saja menjadi hari terakhirnya di bumi.
6. Letters From Iwo Jima (2006)
Di film ini, sang sutradara yang juga adalah seorang aktor legendaris, Clint Eastwood, ingin menunjukkan bahwa era perang memiliki para prajurit "yang dapat dibuang" di lapangan, para anak muda yang hanya pion dalam perang untuk para jenderal dan politisi. Bahkan, beberapa di antaranya tidak pernah mendekati medan perang atau zona pertempuran.
Letters From Iwo Jima bukanlah kisah mengenaik kemenangan melawan rintangan, melainkan kekalahan yang tak terhindarkan dari pihak yang menginginkan perang dan terjebak dengan tugas negara.
5. 1917 (2019)
Sebuah film perang dengan pengambilan gambar metode long take terbaik yang pernah Popbela tonton. Kamu bisa membayangkan kelelahan yang mereka rasakan ketika menghadapi peperangan. Ada kesan nyata dari aksi bergerak dan berlari hingga terengah-engah, dari satu lingkungan yang mengerikan ke lingkungan berikutnya. Hal ini pula yang menjadikan sebuah adegan panjang terasa sangat efektif untuk menangkap rasa kecemasan penonton.
Dengan perhatian yang cermat terhadap setiap detail (seperti menggunakan cahaya matahari alami) dan sinematografi yang sangat indah dari Roger Deakins yang menggeser titik pandang dari permukaan tanah ke pandangan mata Tuhan, sang Sutradara, Sam Mendes menempatkan penontonnya seperti berada di tengah kekacauan yang sedang berlangsung.
4. Dunkirk (2017)
Intensitas tanpa henti yang diciptakan Christopher Nolan dalam film Dunkirk, dijamin akan membuatmu kelelahan karena tegang menunggu adegan berikutnya. Film ini berdasarkan kisah nyata evakuasi Dunkirk pada Perang Dunia II. Ketika sebanyak 400 ribu tentara Inggris dan Prancis terjebak di pantai Dunkirk dan mengalami kesulitan untuk pulang.
Bukan Nolan jika cerita mengalir secara runut tanpa komplikasi dan misteri yang membuatmu berpikir dua kali. Alur mundur repetitif ia pilih untuk menyajikan kisah pertempuran dan pertahanan. Pembagian cerita pun ia pilah lewat perspektif beberapa tokoh. Menariknya, Nolan tidak memperlihatkan kehadiran tentara Jerman secara fisik—atau minimal menampilkan adu tembak antara tentara Jerman dengan Inggris dan Prancis. Namun, Nolan mampu menempelkan paranoia kepada penonton, bahwa mereka benar-benar ada meskipun minim dialog. Definitely worth to watch!
3. Schindler's List (1993)
Film ini bukan film jadul ya, Bela. Tapi memang berlatar era Perang Dunia II dan Kekuasaaan Nazi. Film ini pun dibuat hitam putih, untuk memberikan kesan di masa itu.
Barangkali, belum ada penggambaran sinematik Holocaust yang melelahkan dan memilukan selain Schindler's List. Film ini terinspirasi dari kisah nyata seorang pengusaha Jerman, Oskar Schindler, yang bekerja untuk menyelamatkan lebih dari seribu orang Yahudi dengan mempekerjakan mereka di pabrik-pabriknya.
Salah satu karya masterpiece Steven Spielberg, yang akan menyayat hatimu hingga adegan terakhir. Kamu mau tahu apa dampak sebuah perang terhadap manusia biasa? Maka tonton film ini.
2. Downfall (2004)
Film Jerman berjudul Downfall ini, bukan tentang meringankan hukuman sejarah untuk Nazi, tetapi memberikan pelajaran akan ketegangan yang mengerikan dan berkelanjutan, tentang bagaimana politik yang terinformasi, bisa menimbulkan kerusakan hingga pembiaran akan kejahatan.
Film ini berlatar tahun 1942, ketika Traudl Junge muda (Alexandra Maria Lara) mendapatkan pekerjaan impiannya sebagai sekretaris Adolf Hitler (Bruno Ganz), saat di puncak kekuasaannya. Tiga tahun kemudian, kerajaan Hitler pindah ke bunker bawah tanahnya akibat kekalahan perlahan yang mereka terima. Traudl menceritakan hari-hari terakhir Hitler saat ia mengamuk terhadap para pengkhianat dan meneriakkan perintah. Sementara pasangannya, Eva Braun (Juliane Köhler), mulai merasa berjarak secara emosional tapi kukuh setia dan kekuasaan Nazi sudah di ambang kehancuran.
1. Come and See (1985)
Entah kenapa film mengenai kekejaman perang ini, jarang diekspos oleh media besar di Amerika, yang kerap memasukkan Saving Private Ryan dan The Thin Red Line atau American Sniper ke dalam daftar film perang terbaik. Film ini membuat ketiga film yang disebut tadi, seperti film drama heroik tipikal Hollywood yang mudah ditebak.
Film asal Uni Soviet, arahan Elem Klimov ini, memberikan perasaan yang menghancurkan, dengan masuk ke dalam kengerian perang yang tidak manusiawi dan sangat bertentangan dengan moral.
Saat pasukan Nazi menguasai desa kecil di Belarusia, remaja Flyora (Alexei Kravchenko) dengan bersemangat bergabung dengan perlawanan Soviet. Alih-alih sebuah petualangan dan kemuliaan yang dia impikan, ia malah menemukan mimpi buruk dari pembantaian dan kekejaman yang tak terbayangkan.
Perlu nyali yang besar untuk menonton film dengan kekejaman yang ditampilkan secara intens. Bahkan, pembuatan film ini hampir diblokir oleh sensor Soviet, sehingga memerlukan waktu tujuh tahun untuk menyetujui naskahnya.
Itulah 9 deretan film perang terbaik sepanjang masa, hasil kurasi Popbela. Apakah kamu punya rekomendasi lain, Bela?