Pekerjaan bukanlah satu-satunya prioritas utama dalam kehidupan, sebaliknya ada hal-hal penting lain yang perlu diperhatikan, seperti kesehatan, keluarga, dan lainnya. Untuk itulah, peraturan perundang-undangan sengaja memberikan hak cuti bagi para karyawan.
Sayangnya, banyak oknum atasan yang terkadang mempersulit pengajuan cuti; membuat karyawan menjadi tidak percaya diri untuk mengajukan hak cutinya atau malah memilih untuk mengupayakan hak cutinya dengan memberikan alasan yang tidak benar adanya.
Tentu saja, kamu sebaiknya menghindari cara tersebut. Masih ada, trik terpuji lainnya untuk mengupayakan persetujuan atasan terkait pengajuan cutimu tanpa harus berkata bohong.
Ingin tahu apa saja? Mari kita simak 7 trik pengajuan cuti di bawah ini. Semoga lancar, Bela!
1. Menyelesaikan tugas yang bersifat penting dan mendesak
Dibutuhkan kedewasaan untuk menyelesaikan tugas pekerjaan dengan penuh tanggung jawab. Perihal ini, ada tugas-tugas yang memiliki tingkat urgensi tinggi karena memengaruhi hubungan perusahaan dan klien, kelangsungan operasional kantor, dan sejenis lainnya.
Mempertimbangkan kepentingan tersebut, para karyawan pun diharapkan mampu mengembangkan kemampuan dalam memilah skala prioritas terkait tugas pekerjaannya.
Itu berarti kamu sebaiknya menyelesaikan tugas-tugas yang bersifat penting dan mendesak terlebih dahulu sebelum mengajukan permohonan cuti. Langkah ini tidak hanya memperkuat sikap dan etika kerja, tetapi juga membangun reputasi profesional yang baik.
Dari situ, peluang persetujuan cutimu akan berpotensi terjadi sesuai harapan karena atasan dapat melihat sikap inisiatifmu dalam menyelesaikan tugas-tugas penting. Tentu saja, fakta tersebut menjadi kabar baik bagi atasanmu; mendorongnya untuk memberi apresiasi.
2. Mengatur rencana pekerjaan dalam periode tertentu
Deretan tugas akan selalu menjadi bagian dari rutinitas seorang karyawan dalam menjalankan pekerjaannya. Dengan kata lain, kamu mungkin telah menyelesaikan suatu tugas hari ini, tetapi tugas baru akan selalu menanti di hari berikutnya untuk diselesaikan.
Biasanya, tugas-tugas yang dimaksud merupakan bagian dari job desk yang bersifat umum dan senantiasa dikerjakan dalam siklus yang sama, sehingga kamu pasti mengetahuinya.
Meskipun demikian, kamu tetap membutuhkan langkah untuk mengatur pekerjaan dengan membangun daftar tugas mingguan atau bulanan. Dari daftar tersebut, kamu dapat lebih lanjut mengembangkan rencana untuk menyelesaikan semuanya dalam periode tertentu.
Langkah ini membantumu dalam merencanakan cuti di masa depan karena kamu dapat meluangkan waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas dengan deadline di tanggal cutimu sejak hari ini. Alhasil, tanggal cutimu pun berpotensi aman dari tanggung jawab.
3. Mengajukan cuti lebih awal
Perlu dipahami bahwa keputusan yang dibuat secara mendadak cenderung menghasilkan hasil yang tidak memuaskan. Pasalnya, tindakan tersebut terkesan kurang persiapan yang matang dan tidak memperhatikan kepentingan bersama dalam suatu pekerjaan.
Atas dasar iitulah, kamu sebaiknya mengajukan permohonan cuti bukan pada detik-detik terakhir, tetapi beberapa hari atau bisa juga beberapa minggu sebelumnya.
Selain memberikan waktu persiapan untuk melakukan kedua trik yang telah dijelaskan di atas, langkah ini juga dapat membantumu dan atasan untuk mempersiapkan orang lain dalam mengisi posisi dan tanggung jawab yang akan kamu tinggalkan sementara waktu.
Alhasil, peluang untuk mendapat persetujuan terkait permohonan cutimu pun akan meningkat karena atasan mendapat waktu lebih untuk mempersiapkan segalanya.
4. Menyediakan beberapa opsi tanggal cuti
Apabila kepentingan cuti bersifat fleksibel atau dapat menyesuaikan waktu dan tempat, kamu sebaiknya mempertimbangkan beberapa opsi tanggal cuti untuk diajukan dengan memperhatikan kepentingan di kantor dan kebutuhan kantor terhadap kehadiranmu.
Dalam melakukannya, kamu dapat mengevaluasi kegiatan kantor yang memerlukan kehadiranmu, seperti rapat, sambil mengatur rencana pekerjaan dalam periode tertentu.
Tahukah kamu? Hasil evaluasi tersebut akan menjadi dasar untuk menemukan beberapa opsi tanggal yang bersifat fleksibel, tidak mendesak, dan dapat kamu tinggalkan. Tentu saja, kamu perlu menyusun keterangan-keterangan objektif yang mendukung hal tersebut.
Bawalah hasil evaluasi ke meja atasan saat kamu mengajukan permohonan cuti, dan jelaskan secara terperinci mengenai opsi tanggal tersebut. Dengan melakukan langkah ini, atasan seharusnya tidak memiliki alasan lagi untuk menolak dan mengacuhkan usahamu.
5. Memberi tahu alasan dengan jujur
Di atas segalanya, kamu harus mempertahankan sikap jujur dan penuh integritas dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam lingkup pekerjaan. Itu berarti, kamu sebaiknya mengajukan permohonan cuti dengan alasan yang sebenarnya, tanpa berkata bohong.
Ingat, cuti adalah hak karyawan yang bersifat wajib untuk dipenuhi perusahaan, sehingga tidak memerlukan alasan yang mendesak atau penting untuk memperolehkannya.
Memahami fakta tersebut, kamu dapat mengajukan permohonan cuti untuk kepentingan pribadi, seperti istirahat atau liburan, tanpa perlu menutupinya dengan berkata bohong.
Apabila kamu berbohong karena alasan seperti overthinking atau ketakutan, kamu sebenarnya sedang memperbesar risiko buruk, yakni merusak reputasi profesionalmu yang berperan penting dalam meniti karier di masa depan. Jadi, berani untuk berkata jujur, oke?
6. Menyertakan bukti dokumen jika diperlukan
Banyak kepentingan pribadi memerlukan beberapa dokumen pendukung. Sebagai contoh, kegiatan liburan membutuhkan tiket pesawat, keberlangsungan pernikahan memerlukan surat undangan, dan keadaan sakit membutuhkan surat dari dokter maupun resep obat.
Semua dokumen tersebut sebaiknya kamu atur dan simpan dengan baik agar dapat dijadikan sebagai bukti terkait pengajuan permohonan cuti kepada atasan.
Selain membuktikan kebenaran alasan untuk cuti, dokumen-dokumen tersebut akan sangat membantu apabila kamu memang harus meninggalkan posisi dan tanggung jawab sementara waktu tanpa adanya kemungkinan untuk mempertimbangkan tanggal lain.
Tak hanya itu, menyertakan dokumen tersebut akan turut mendorong atasan untuk segera memberikan persetujuan meskipun kamu belum mengatur rencana pekerjaan sekalipun.
7. Mempertimbangkan cuti paruh waktu
Beberapa kepentingan pribadi tidak selalu memakan waktu selama satu hari penuh atau cenderung berjalan kurang lebih setengah hari. Dalam konteks ini, kamu juga dapat mempertimbangkan opsi untuk mengajukan permohonan cuti paruh waktu.
Tentu saja, pertimbangan ini dapat dilakukan apabila kamu merasa nyaman menjalankan cuti paruh waktu tanpa mengganggu hal-hal yang berkaitan dengan kepentinganmu.
Dalam mengajukannya, kamu sebaiknya menetapkan estimasi waktu untuk meninggalkan posisi dan tanggung jawab berdasarkan keperluanmu, termasuk pelaksanaan dan waktu pulang-pergi. Dari situ, barulah kamu menetapkan waktu untuk kembali hadir di kantor.
Semoga saran-saran di atas dapat menjadi trik yang efektif untuk kamu aplikasikan dalam pengajuan cuti. Kami doakan rencanamu berjalan lancar dan sesuai harapan, Bela!