Pernahkah kamu membaca atau mengetahui sebuah novel legendaris karya Gol A Gong yang berjudul Balada Si Roy? Kisah tentang arti persahabatan, percintaan, kemandirian, dan perjuangan ini akan hadir dalam wujud film perdana produksi IDN Pictures dan digarap oleh Fajar Nugros dengan judul yang sama, yakni Balada Si Roy.
Film tersebut akan tayang pada 19 Januari 2023 mendatang dengan sederet aktor-aktris, seperti Abidzar Al Ghifari, Febby Rastanti, Bio One, Zulfa Maharani, Mahardika Yusuf, hingga Aldo Gudel. Konsep dari Balada Si Roy ini mengangkat latar suasana Kota Serang pada tahun 80-an, terlebih adanya cerita dinamika kehidupan anak SMA yang tak lepas dari konflik.
Nah, kali ini Popbela berkesempatan dalam wawancara eksklusif bersama Aldo Gudel untuk menceritakan pengalamannya selama proses syuting, karakteristik perannya, hingga tanggapannya terkait Balada Si Roy sehingga menjadi tontonan yang layak bagi semua kalangan penonton. Yuk, simak artikel selengkapnya berikut ini!
Karakteristik dari perannya sebagai Somad
Kehadiran Somad dalam film Balada Si Roy sebagai pemilik warung kopi yang bersebelahan dengan tempatnya Mumu Gultom (Wafda Saifan Lubis) dan Roni Gultom (Tanta Ginting). Di situ, ia berperan sebagai teman dari keduanya yang selalu membantu memenuhi kebutuhannya. Nantinya, muncullah sosok karakter utama, Roy (Abidzar Al Ghifari), yang akan mendatangi terlebih dahulu tempatnya Gultom tersebut.
Mengenai karakteristiknya, Aldo Gudel mengungkapkan, "Dari apa yang aku dapat dari memainkan Somad adalah orangnya nggak tegaan, kayak semua orang tuh dikasih (bantuan)."
Dari sinilah, ia mengakui bahwa karakter dari Somad begitu relate terhadap dirinya sendiri.
Tantangannya ketika memerankan Somad
Untuk memperdalam perannya sebagai Somad, Aldo mengatakan bahwa ia sempat lakukan riset khusus, terlebih mencari tahu bagaimana orang-orang di Serang hidup di zaman 80-an. Ia mengakui kalau dirinya tidak lahir pada era tersebut sehingga ia tidak mengetahui apa yang orang-orang dulu lakukan sebagai bentuk hiburan mereka, salah satunya pergi ke disko.
"Hal itu yang harus aku kulik banget. Jadi, hal susahnya tuh di sana, mengerjakan pr-pr kecil. (Seperti) aku dengerin musik-musiknya seperti kayak gimana. Of course, saat bersama dengan Bang Wafda, kita juga harus building chemistry layaknya kita udah berteman berpuluhan tahun," ujarnya.
Pandangannya terhadap sekelompok geng sekolahan yang meresahkan
Berdasarkan sinopsis dari Balada Si Roy, ceritanya menghadirkan sekelompok geng dengan ketuanya yang bernama Dullah (Bio One), terkenal sering menindas dan merendahkan orang lain seenaknya. Hal itulah yang membuat gengnya begitu ditakuti di sekolah sehingga gengnya Roy geram dan ingin berantaskan ketidakadilan tersebut.
Aldo pun berpendapat, "Karena aku relate sama zaman SMA, aku tuh engga suka kalau ada yang kayak gitu. Aku sukanya semua orang harus bisa included. Aku juga untungnya ngga pernah mengalami hal seperti itu, tapi aku engga suka dengan ketidakadilan. Rasanya ada jiwa bergejolak kayak 'Lu tuh ngga boleh kayak gitu. Lu pikir lu yang punya sekolah?'. Bawaannya pengen ngelawan, berani apa engganya (belum tahu), yang penting niatnya."
Syuting dengan latar suasana tahun 80-an
Ketika mendapatkan pertanyaan terkait adakah kemiripan suasana dengan film sebelumnya yang bertajuk Srimulat: Hil yang Mustahal, Aldo menjawabnya bahwa terasa benar-benar berbeda, terlebih dari genre setiap film memiliki ciri khasnya sendiri.
"Tapi, kalau kita ngeliat dua-duanya, production value-nya gede banget dalam sisi artistiknya kelihatan banget kayak 80-an. (Pas) masuk syuting, kita merasa udah bukan di tahun 2021 waktu itu. Dari segi set, itu membantu aktor bermain menjadi karakternya," ucapnya.
Seperti halnya ketika Aldo memerankan karakter Somad di film Balada Si Roy, maka ia akan bermain dalam kalangan artistik di Serang tahun 80-an dengan penampilannya yang begitu identik.
Cara Aldo menjalin chemistry dengan pemeran lainnya
Menjalani proses syuting selama kurang lebih 35 hari, Aldo menceritakan bagaimana dirinya bersama para pemeran lainnya yang bertemu secara intensif di kantor IDN Pictures untuk melakukan proses reading sampai workshop akting bersama. Bahkan, jika rekan aktingnya membutuhkan gerakan berkelahi di filmnya, mereka akan latihan bersama sekaligus.
"Untungnya, semua cast film 'Balada Si Roy' semuanya sangat welcoming dan mau mengajari satu sama lain. Jadi, kita ada yang suka kasih masukan gitu, makanya chemistry-nya dapet banget, apalagi kita harus hidup berdampingan lumayan lama," tuturnya.
The story speaks truth
Alasan Aldo Gudel memilih film Balada Si Roy sebagai proyek film terbarunya adalah ia menyukai sinopsis dari cerita legendaris itu. Ia sependapat dengan ungkapan bahwa skrip film itu memilih pemerannya. Misalnya, apabila peran Roy tidak diperankan oleh Abidzar Al Ghifari, maka akan terasa berbeda jalan ceritanya nanti. Begitu juga dengan peran Somad yang seolah memilih Aldo untuk memainkannya.
Film Balada Si Roy bisa jadi edukasi yang baik
Menurut Aldo, film Balada Si Roy ini akan menjadi coming-of-age movie yang baik karena dari masa berkembangnya diri manusia, pasti akan mencari jati dirinya.
"Film ini adalah film yang mengedukasi, bagaimana beredukasi itu di mana aja, tidak hanya di sekolah. Kita bisa beredukasi di manapun kita jalani," pungkasnya.
Nah, makin penasaran, kan, bagaimana sosok Somad yang juga turut mengikuti jalan cerita film ini dengan tipikal orang yang tidak tegaan dan selalu membantu memenuhi kebutuhan teman-temannya?
Saksikan keseruannya dalam film Balada Si Roy, karya sutradara Fajar Nugros, tayang 19 Januari 2023 di bioskop seluruh Indonesia. Mari arungi gejolak masa muda bareng Roy dan kawan-kawannya!