Matahari di kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat mulai meninggi. Tepat pukul 9 pagi, Popbela bertemu dengan Nadya Permata, mahasiswi sekaligus atlet yang baru saja kembali ke Indonesia setelah berjuang Kejuaraan Dunia Wushu Junior 2018 di Brasilia, Brazil.
Bersama Ibu dan juga pelatihnya, Nadya bertemu dengan Popbela untuk berbagi pengalamannya menjadi seorang atlet profesional yang sarat prestasi. Meski baru berusia 18 tahun, Nadya sudah mengharumkan nama Indonesia melalui kejuaraan-kejuaraan dunia yang diikutinya di dunia olahraga wushu.
Sembari menunggu sesi photoshoot, Popbela sempat ngobrol seru dengan perempuan yang tercatat sebagai mahasiswi semester tiga, Universitas Bina Nusantara ini tentang kesehariannya. Kepada Popbela juga, Nadya berbagi tips bagaimana mengatasi jenuh jika harus berlatih setiap hari. Seperti apa keseruannya? Baca terus ya!
Hai Nadya! Bisa diceritain nggak sih awal kamu kenal sama olahraga wushu ini bagaimana?
"Jadi pertama kali kenal wushu itu Mama, dikasih tahu sama saudara ‘ada wushu nih, mau coba daftar nggak?’. Terus aku datang ke tempat latihannya. Awalnya aku datang untuk lihat dulu latihannya seperti apa. Aku belum memutuskan mau ikut karena masih sibuk sama balet. Pas lihat aku tertarik dan mulai untuk coba dulu. Pas coba itu aku masih belum serius, masih yang yaudah ikut latihan rutinnya dulu. Waktu itu aku masih umur 8 tahun, ya kurang lebih pas kelas 3 SD. Pas latihan, aku suka dan keterusan deh sampai sekarang."
Kalau pertama kali ikut bertanding usia berapa tahun?
"Pertama kali ikut pertandingan itu di usia 9 tahun, setahun setelah aku mulai kenalan dengan wushu. Sebenarnya, wushu itu meskipun baru berapa bulan terjun tapi kalau gerakannya sudah bagus, sudah bisa ikut bertanding. Kalau aku waktu itu tertunda hampir satu tahun, makanya baru bisa ikutan tanding satu tahun kemudian. Pertama kali bertanding itu Pekan Olahraga Daerah (Porda) DKI Jakarta."
Pertandingan yang menurut kamu paling berkesan di mana?
"Pertandingan yang paling berkesan itu saat aku pertama kali ikut Pekan Olahraga Nasional (PON) di Riau tahun 2012. Alasannya, saat itu aku masih 12 tahun dan untuk jurusnya juga masih level terbawah yang aku kuasai. Terus tiba-tiba pelatihku bilang kamu bertanding di level senior aja, udah coba dulu nggak usah takut. Pas dicoba, nggak berekspektasi apa-apa karena baru pertama kali juga, jadi jalani aja. Eh ternyata bisa dapet perunggu. Seneng banget."
Itu kan yang paling berkesan, kalau pertandingan yang paling berat di mana?
"Pertandingan paling berat itu di Kejuaran Nasional Wushu 2013. Saat itu aku main dengan tangan kosong tapi gagal. Soalnya aku nyentuh tanah. Padahal kan sebenarnya nggak boleh. Harusnya aku bisa mendapat medali, tapi jadi ketendang ke peringkat 8."
Saat ini apa saja kegiatan kamu sehari-hari selain latihan wushu?
"Saat ini aku masih kuliah. Sambil kuliah pun juga aktif di UKM kampus. Kalau latihan wushu pasti aku latihan setiap hari. Senin sampai Sabtu, dua jam setiap harinya. Mau ada pertandingan atau nggak, aku pasti latihan."
Di bio Instagram, kamu menulis Siswa Berprestasi DKI Jakarta, bagaimana ceritanya sampai akhirnya kamu bisa terpilih? Daftar atau karena prestasi di bidang olahraga yang pernah kamu raih?
"Itu karena prestasi aku di wushu sih. Awalnya itu aku dipanggil sama Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI). Di KONI aku dikasih surat keputusan kalau aku terpilih menjadi Siswa Berprestasi DKI Jakarta tahun 2016. Bangga banget sih bisa terpilih menjadi Siswa Berprestasi DKI Jakarta. Soalnya setiap tahun, KONI hanya memberikan penghargaan ini untuk 8-10 atlet. Padahal jumlah mahasiswa yang berprestasi di Jakarta banyak banget kan? Makanya bangga banget bisa mendapatkan penghargaan ini."
Saat pertandingan di Brazil kemarin, bagaimana proses seleksinya sampai akhirnya kamu terpilih mewakili Indonesia?
"Kalau itu awalnya dari Kejuaraan Nasional (Kerjurnas). Dari sana dipilih, siapa yang mendapat medali emas terbanyak, dia yang akan mewakili Indonesia di pertandingan Kejuaraan Dunia Wushu Junior 2018 tersebut. Dari Kejurnas itu, jujur aku cuma dapet dua emas dan satu perak. Jadi sudah pasrah juga kayak nggak mungkin aku yang berangkat karena ada yang lain yang dapat medalinya lebih banyak. Eh ternyata dipanggil untuk ikut bertanding di sana. Yaudah aku akhirnya bisa ikut dan berhasil mendapatkan tiga perak."
Kalau direkap kembali, kamu pernah mengikuti pertandingan di luar negeri itu di mana saja?
"Di tahun 2017 aku bertanding di Korea, saat itu aku dapat satu emas dan satu perak. Di tahun 2016 aku ke Bulgaria, dapat dua perak dan satu perunggu. Di tahun 2015 bertanding di Mongolia, aku dapat satu emas dan satu perunggu. Kalau pertandingan wushu di luar negeri memang selalu ada tapi tingkatannya berbeda. Misalnya tahun ini kan kejuaraan dunia di Brazil, tahun depan kejuaraan Asia. Tahun depannya lagi baru kejuaraan dunia, dan seterusnya."
Untuk pertandingan dalam negeri, kamu pernah ikut apa saja?
"Tertinggi aku pernah ikut PON, dua kali aku ikutan PON dan dua-duanya dapat perunggu. Kalau Kejuaraan Nasional setiap tahun aku pasti ikut dan selalu dapat emas."
Bagaimana cara kamu mengatasi jenuh karena latihan setiap hari?
"Kalau aku jenuh biasanya aku lihat lagi ke belakang, apa sih tujuan awal aku? Apa sih yang ingin aku capai? Pertandingan selanjutnya yang akan aku hadapi apa? Kalau aku lengah, pasti yang lain akan mempersiapkan diri lebih baik. Jadi bisa saja aku kalah karena hanya kurang persiapan. Dan aku nggak mau kayak gitu."
Bagaimana sikap kampus kalau kamu sedang ada pertandingan di luar negeri?
"Aku bersyukur kampus ngertiin banget kalau aku nggak masuk karena harus ikut pertandingan. Mereka justru support banget. Nggak ada batasan dispensasi sama sekali, asalkan ada surat keterangannya juga aku langsung diizinkan untuk bertanding. Pas aku bertanding di Brazil kemarin itu bertepatan dengan UAS. Syukur banget, kampus aku kasih keringanan dengan boleh ikut susulan."
Kalau dari sisi pemerintahan, bagaimana dukungan pemerintah terhadap atlet khususnya di cabang olahraga wushu?
"Selama aku ikut bertanding dari dulu hingga saat ini, bersyukur banget pemerintah, khususnya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui KONI selalu mendukung kami jika ada pertandingan, baik di dalam maupun luar negeri. Dukungan mereka selain moral, juga dalam bentuk materi. Misalnya, kalau ada pertandingan di luar negeri, kami para atlet hanya tinggal tarik koper saja. Semua biaya sudah ditanggung oleh pemerintah."
Terakhir, apa pesan kamu untuk para atlet pemula yang ingin serius di dunia olahraga, khususnya wushu?
"Tetap semangat, latihan terus. Selalu serius dan berikan yang terbaik saat diberikan kesempatan untuk bertanding. Paling penting dan utama itu rutin latihan."