Sejarah Halal Bihalal yang Dilakukan Setiap Momen Lebaran

Kini halal bihalal telah mengalami pergeseran makna

Sejarah Halal Bihalal yang Dilakukan Setiap Momen Lebaran

Setiap Lebaran tiba, salah satu momen yang paling ditunggu adalah halal bihalal atau saling berkunjung ke rumah sanak saudara untuk saling bermaafan. Selain itu, momen halal bihalal ini juga sering dimanfaatkan untuk bertemu kembali setelah sekian lama tidak dapat berjumpa karena satu dan lain hal.

Sebetulnya, apa itu halal bihalal, bagaimana sejarahnya dan mengapa bisa begitu identik dengan momen Lebaran? Berikut penjelasan singkatnya.

Sejarah halal bihalal dipercaya bermula dari KH Abdul Wahab Chasbullah

Sejarah Halal Bihalal yang Dilakukan Setiap Momen Lebaran

Sejarah halal bihalal dipercaya bermula dari ide KH Abdul Wahab Chasbullah atau yang biasa dipanggil Kiai Wahab. Saat itu, Kiai Wahab dipanggil oleh Presiden Soekarno untuk membantunya mengatasi konflik politik yang tengah terjadi di Indonesia. 

Mendengar permasalahan yang diuraikan oleh Bung Karno, Kiai Wahab memiliki saran agar Bung Karno menggelar acara silaturahmi di kediamannya dengan mengundang pihak-pihak yang tengah berkonflik itu. Terlebih lagi, saat itu bertepatan dengan penyelenggaraan Hari Raya Idulfitri, sehingga kedatangan mereka bisa menjadi momen yang pas.

Mendengar penjelasan dan saran dari Kiai Wahab, Bung Karno kemudian menyetujui, tapi ingin menggunakan istilah lain selain silaturahmi agar para elit politik mau datang bersama-sama di momen Lebaran nanti. Kiai Wahab pun memiliki solusinya.

"Begini, para elit politik tidak mau bersatu, itu karena mereka saling menyalahkan. Saling menyalahkan itu kan dosa. Dosa itu haram. Supaya mereka tidak punya dosa (haram), maka harus dihalalkan. Mereka harus duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan, saling menghalalkan. Sehingga silaturahim nanti kita pakai istilah halal bihalal," jelas Kiai Wahab Chasbullah seperti riwayat yang diceritakan KH Masdar Farid Mas’udi, yang dikutip dari situs resmi NU.or.id.

Dari sanalah muncul istilah halal bihalal yang kita kenal sampai saat ini. Di momen tersebut pula, Bung Karno bisa mengumpulkan para elit politik yang sedang berkonflik dalam satu meja untuk saling memaafkan dan menyusun strategi baru.

Sejarah lain menyebutkan istilah 'halal bihalal' berasal dari pedagang martabak di Solo

Selain karena ide dari Kiai Wahab, dalam Ensiklopedi Islam Nusantara: Edisi Budaya yang diterbitkan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kementerian Agama RI pada 2018, ternyata ada sejarah lain terkait munculnya istilah halal bihalal ini.

Dalam ensiklopedi tersebut disebutkan pada sekitar tahun 1935, ada seorang penjual martabak asal India yang menjajakan dagangannya di Taman Sriwedari Solo, Jawa Tengah. Saat menjajakan jualannya, si pedagang tersebut yang dibantu oleh seorang pribumi berteriak "Martabak Malabar, halal bin halal, halal bin halal" untuk menarik perhatian calon pembeli.

Karena ia berjualan setiap hari, anak-anak di sekitar Taman Sriwedari yang sering mendengarnya jadi menirukannya dan ikut berteriak "halal behalal" dan sejak saat itulah istilah tersebut terkenal di Solo.

Istilah halal bihalal dari segi bahasa

Ditinjau dari segi bahasa, halal bihalal memiliki makna yang lebih luas. Kata halal diambil dari bahasa Arab halla atau halala yang dapat memiliki berbagai makna sesuai dengan rangkaian kalimat utuhnya. 

Namun, untuk istilah 'halal bihalal' sendiri, gabungan kata ini memiliki arti menyelesaikan masalah atau kesulitan, meluruskan benang kusut, serta membebaskan ikatan yang membelenggu. Dari beberapa arti tersebut, dapat disimpulkan bahwa makna dari halal bihalal dari segi bahasa adalah suatu usaha untuk menyambung kembali yang sebelumnya terputus.

Menyambung dalam hal ini adalah silaturahmi, yakni saling berkunjung, bertemu dan bertatap muka untuk saling memaafkan agar terbebas dari kesalahan dan dosa yang telah diperbuat sebelumnya.

Halal bihalal kini telah mengalami pergeseran makna

Kini istilah halal bihalal telah mengalami pergeseran makna yang lebih luas. Awal munculnya halal bihalal ini adalah untuk menyatukan tokoh politik yang sedang berkonflik, dimaknai lebih luas lagi. Yakni, saling memaafkan antar-individu atas kesalahan dan kata yang pernah diperbuat untuk mewujudkan jiwa yang fitri dan suci tanpa bekas noda di hati.

Sejak saat itu, hingga hari ini, tradisi halal bihalal masih terus dilakukan. Terutama dengan memanfaatkan momen Lebaran. 

Itulah tadi sejarah tradisi halal bihalal yang kini sudah mengalami pergeseran makna. Semoga artikel ini menambah wawasan dan informasi kamu, ya, Bela.

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here

























© 2024 Popbela.com by IDN | All Rights Reserved

Follow Us :

© 2024 Popbela.com by IDN | All Rights Reserved