Pada hari Rabu (26/5/2021), seluruh umat Buddha akan merayakan Hari Raya Waisak. Hari Raya Waisak tidak memiliki tanggal tetap, karena didasarkan pada munculnya purnama sidhi di bulan Mei.
Hari suci ini penting bagi umat Buddha, karena merupakan perayaan untuk Buddha. Melansir BBC, Waisak bagi sebagian umat Buddha menandakan pencerahannya atau saat Buddha menemukan makna hidup.
Perayaan hari suci Waisak menjadi momentum dalam memperingati tiga peristiwa penting dari Siddharta Gautama. Apa sajakah itu? Mari kita lihat sejarahnya berikut ini!
Sejarah Waisak, 3 peristiwa penting
Waisak sebagai hari suci dirayakan untuk memperingati tiga peristiwa penting yang dialami Siddharta Gautama atau sang Buddha. Peristiwa pertama adalah kelahirannya, kedua saat sang pangeran mendapat penerangan dan makna hidup, serta wafatnya.
Siddhartha dipercaya sebagai seorang pangeran yang lahir dari keluarga kaya di Taman Lumbini, tempat yang saat ini disebut Nepal pada tahun 623 sebelum masehi. Ayahnya adalah Raja Suddhodana dan ibunya bernama Maya. Saat kecil, ia diramalkan akan menjadi penguasa dunia. Ayahnya pun membesarkan sang putra dengan sebaik- baiknya, berusaha membahagiakannya dengan penuh kesenangan dan kemewahan dunia. Siddharta juga dijaga agar tidak mengenal susah atau sengsara.
Seiring berjalannya waktu, Siddharta bosan dengan kemewahan yang ia dapatkan. Ia mulai merenungkan peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya dan berkesimpulan bahwa manusia tidak dapat terhindar dari sakit, tua, mati dan menjadi mayat.
Hingga kemudian ia memilih menjadi pendeta. Ia bepergian untuk mempelajari lebih banyak tentang dunia dan melihat penderitaan dunia. ia mengembara sebagai pendeta untuk mencari makna hidup dan pengetahuan sejati. Suatu hari Siddharta sampai di suatu tempat bernama Gaya. la bersemedi di bawah pohon.
Saat bersemedi, ia harus melawan godaan-godaan dari raja setan yang bernama Mara. Namun usaha Mara menggagalkan Siddharta tidak berhasil. Akhirnya pada malam purnama bulan Waisak, Siddharta mencapai bodhi atau kesadaran yang sempurna.
Pangeran Siddharta mencapai Penerangan Agung dan menjadi Buddha di Buddha-Gaya (Bodh Gaya) pada usia 35 tahun, pada 588 SM. Buddha sendiri adalah gelar dan bukan sebuah nama. Artinya, yang dicerahkan atau yang telah bangkit. Sejak saat itu ia terdorong untuk menolong sesama manusia dan menyebarkan ajarannya.
Peristiwa penting terakhir adalah wafatnya pangeran Siddharta. Pada usia 80 tahun saat berada di desa Kusinegara, sang Buddha wafat. Ia masuk nirwana untuk selama-lamanya.
Penetapan Hari Suci Waisak
Tiga peristiwa di atas dinamakan "Trisuci Waisak". Keputusan merayakan Trisuci ini dinyatakan dalam Konferensi Persaudaraan Buddhis Sedunia (World Fellowship of Buddhists - WFB) yang pertama di Sri Lanka pada tahun 1950. Waisak sendiri adalah nama salah satu bulan dalam penanggalan India Kuno.
Di Indonesia, Hari Raya Waisak ditetapkan sebagai hari libur nasional berdasarkan Keputusan Presiden Indonesia Nomor 3 tahun 1983 tanggal 19 Januari 1983.
Perayaan Waisak
Waisak dirayakan di berbagai negara seperti Nepal, India, Korea Selatan, Thailand, Sri Lanka, Singapur, Malaysia, hingga Indonesia. Setiap Buddist, panggilan untuk umat Buddha, memiliki cara perayaannya tersendiri. Biasanya di hari tersebut, umat Buddha pergi ke kuil setempat atau bahkan tinggal di sana sepanjang hari selama bulan purnama.
Tak hanya pergi ke kuil, perayaan Waisak juga diisi dengan melakukan perbuatan baik, berpartisipasi dalam nyanyian dan meditasi, refleksi terhadap ajaran agama, membawa persembahan ke kuil, serta berbagi makanan dengan orang lain.
Mendekorasi rumah, memasang lentera, berpartisipasi dalam prosesi dan menggunakan pakaian putih khusus, menandai perayaan tersebut. Dimungkinkan pula saling bertukar kartu ucapan kepada para kerabat dan keluarga.
Selain itu, ada satu upacara bernama "memandikan Buddha" yang bisa dilakukan. Upacara ini adalah prosesi menyiramkan air ke pundak Buddha untuk mengingatkan orang-orang agar menjernihkan pikiran negatif, seperti keserakahan dan kebencian.
Perayaan Waisak di Indonesia
Perayaan hari Waisak di Indonesia secara tradisional dipusatkan secara nasional di komplek Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Rangkaian perayaan Waisak nasional secara pokok adalah:
- Pengambilan air berkat dari mata air (umbul) Jumprit di Kabupaten Temanggung dan penyalaan obor menggunakan sumber api abadi Mrapen, Kabupaten Grobogan.
- Ritual "Pindapatta", suatu ritual pemberian dana makanan kepada para bhikkhu/ biksu oleh masyarakat (umat), untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat guna melakukan kebajikan.
- Samadhi pada detik-detik puncak bulan purnama. Penentuan bulan purnama ini adalah berdasarkan perhitungan falak, sehingga puncak purnama dapat terjadi pada siang hari.
Selain tiga upacara pokok tadi dilakukan pula pradaksina, pawai, serta acara kesenian.
Itulah sejarah perayaan Waisak, salah satu hari suci bagi umat Buddha sebagai bagian dari pengingat untuk refleksi diri.