Bioskop Indonesia kembali hadirkan film horor psikologi terbaru yang menarik, bertajuk Samar: Ilmira Nirmala. Film yang disutradarai oleh Renaldo Samsara ini telah tayang secara resmi pada tanggal 13 Maret 2025 lalu.
Menceritakan tentang seorang komikus horor, Ilmira Nirmala (Imelda Therinne) yang dihantui trauma masa kecilnya. Trauma ini memberi kehidupan dan karya-karyanya, sehingga membawa penonton merasakan ketegangan yang mendalam.
Tak seperti film horor biasanya, Samar: Ilmira Nirmala memiliki keunikannya tersendiri yang diungkapkan langsung oleh sang sutradara. Pada tanggal 28 Februari 2025, tim Popbela berkesempatan berbincang dengan Renaldo Samsara di kantor IDN HQ. Seperti apa? Baca artikel ini sampai akhir, ya!
1. Menghadirkan tayangan yang lebih dekat dengan kehidupan penonton
Berbeda dari film horor yang sering kali mengandalkan jump scare dan makhluk menyeramkan, Samar: Ilmira Nirmala menyuguhkan kisah yang tertuju pada sisi psikologis karakter utamanya, Ilmira Nirmala.
"Yang bikin beda yaitu tentang horor psikologi. Kenapa kita fokus kesana? Nah, sekarang ini kita diajak lebih dekat lagi sama keseharian. Jadi, hidup ini kan mostly penuh aksi dan reaksi, ya. Horor yang kita mainkan disini memang beda," ujar Renaldo.
Renaldo Samsara, mengungkapkan bahwa pendekatan ini dipilih untuk memberikan pengalaman horor yang lebih dekat dengan realitas kehidupan sehari-hari. Menurut Renaldo, kehidupan manusia pada dasarnya dipenuhi dengan reaksi terhadap berbagai situasi dan persepsi.
"Mungkin pekerjaan seorang komikus horor, bukan jadi suatu hal yang bisa langsung relate dengan orang-orang. Tetapi, balik lagi akar dari film ini adalah tentang menghadapi situasi yang tidak kita suka. Mungkin yang lebih relate adalah soal situasi finansial. Siapa, sih, yang enggak bisa relate dengan keadaan bokek?," tambahnya.
2. Transisi genre yang unik dalam film
Salah satu hal yang membuat Samar: Ilmira Nirmala unik adalah adanya transisi genre yang menarik dalam alur ceritanya. Film ini tak hanya menghadirkan kisah horor psikologis, tetapi juga mengembangkan alur yang membawa penonton ke berbagai dinamika emosi yang lebih kompleks.
"Sebenernya ada perubahan atau transisi genre yang kita punya dalam film ini. Dari awal, aku udah aware untuk nyoba hal tersebut. Meskipun, ada banyak di film lainnya, semoga sensasinya ketika menonton film ini bisa sampai ke penonton," ungkap Renaldo.
Sejak awal, Renaldo sudah menyadari adanya perubahan besar dalam film ini, baik dari segi cerita maupun pengembangan karakter. Perubahan ini memberikan tayangan baru dalam pengalaman berbeda dan bisa diterima dengan mudah oleh para penonton.
3. Menjadi pilihan film horor yang berbeda
Pendekatan cerita dalam Samar: Ilmira Nirmala menghadirkan sesuatu yang masih jarang ditemukan di industri film horor Indonesia. Renaldo Samsara melihatnya sebagai kesempatan untuk mengeksplorasi sesuatu yang baru sekaligus menambah variasi tontonan bagi penonton.
"Saya sendiri selalu sadar, ya. Saat bikin film itu mau tersampaikan atau tidak. Balik lagi, bukan salah penontonnya, tapi yang membuat juga. Dan film ini juga lebih mengarah bagaimana kita bersikap tentang situasi yang enggak bisa kita ubah," pungkas Renaldo.
Hal ini semakin memperkaya pengalaman menonton dan memberikan dimensi lebih dalam pada film horor yang satu ini. Dengan menggabungkan tentang hal psikologis dan kedalaman emosi, film Samar: Ilmira Nirmala menjadi tayangan yang lebih dari sekadar kengerian visual.
Dengan pendekatan yang lebih mendalam terhadap psikologi, Samar: Ilmira Nirmala menghadirkan horor yang berbeda dari film-film horor Indonesia pada umumnya.
Apakah kamu sudah menonton film ini, Bela?