Nelson Mandela, sejak dulu hingga ia telah meninggalkan dunia, namanya terus dikenang sebagai tokoh paling berpengaruh. Sejak kemarin hingga saat ini pun seluruh dunia ikut merayakan hari ulang tahun Nelson Mandela yang jatuh pada Rabu kemarin (18/7). Perjuangan tokoh penting persamaan hak kaum kulit hitam dan kulit putih ini memang telah menginspirasi dunia, dan menjadi sosok yang disegani pula. Meski terlahir di tahun 1918 nyatanya Nelson Mandela tetap jadi tokoh panutan bagi kaum millennials seperti kita nih, Bela.
Sebab, menurut penelitian World Economic Forum’s Global Shapers Community pada tahun 2015, Nelson Mandela masuk dalam urutan pertama sebagai tokoh panutan bagi millennials lho. Bagaimana tidak, perjuangannya untuk mendapatkan kesetaraan yang sama bagi kulit hitam sampai membuatnya mendekam di penjara. Ya, Nelson Mandela salah satu pejuang yang melawan dominasi kaum putih dan kaum hitam, karena di dunia ini setiap manusia berhak mendapatkan kesetaraan tanpa harus melihat warna kulit. Nggak heran kalau banyak tokoh politisi yang juga kagum dengan Nelson Mandela.
Pengaruh Nelson pun sampai juga lho di Indonesia, selain itu ia juga berkesempatan menyambangi tanah air kita. Setelahnya mengunjungi Indonesia, Nelson justru kerap kali memakai baju batik lho, sampai-sampai batik sudah jadi identitasnya. Lalu siapa saja sih orang Indonesia yang beruntung bisa bertemu dengan Nelson Mandela semasa hidupnya?
1. Soeharto
Tahun 1995, Nelson Mandela berkunjung ke Indonesia saat Soeharto menjabat sebagai Presiden. Menurut kabar, Indonesia ikut membantuk Yayasan milik Nelson, Bela. Setelahnya Nelson pun kembali berkunjung ke Indonesia tahun 1997 untuk mengampanyekan hak asasi manusia tahun. Begitu pun Soeharto, ia menyempatkan datang ke Afrika Selatan pada November 1997.
2. Megawati Soekarnoputri
Pejuang Hak Asasi Manusia, Nelson Mandela pernah juga berkunjung ke Istana Negara pada tahun 2002, ia bertemu dengan Megawati Soekarnoputri. Pada pertemuan itu, mantan Presiden Afrika Selatan meminta Indonesia untuk mendukung dan memberi bantuan Nelson Mandela Foundation.
3. Leila Chudori
Tahun 1990, penulis sastra ternama sekaligus jurnalis, Leila Chudori berkesempatan mewawancarai Nelson Mandela. Saat itu, Leila bertanya soal perjuangan Nelson Mandela melawan melawan diskriminasi berdasarkan warna kulit (apartheid) sekaligus mengulik kisah Nelson ketika ia dipenjara selama 27 tahun.