Tanggal 21 April menjadi hari istimewa bagi perempuan di seluruh Indonesia. Tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Kartini, sosok Pahlawan Nasional yang tidak pernah letih memperjuangkan hak-hak dan emansipasi perempuan.
Sifat tangguhnya menjadi panutan perempuan masa kini untuk berkarya dan bermanfaat terhadap sesama. Tak hanya Ibu Kartini, namun karakter perempuan di berbagai film pun dapat menjadi sosok yang kamu kagumi.
Mereka memiliki sifat yang tak jauh berbeda dengan Ibu Kartini. Sosok pekerja keras, haus ilmu pengetahuan, berani mendobrak stigma kolot, dan berpegang teguh pada impian yang ingin dicapai.
Siapa saja karakter perempuan tangguh seperti Kartini di berbagai film? Berikut daftar yang Popbela rangkum untuk kamu.
1. Hermione Jean Granger (Harry Potter)
Berambut pirang dengan buku selalu di tangan, Hermione Granger menjadi karakter fiksi karangan J.K. Rowling dalam film Harry Potter yang menerima banyak cinta dari publik.
Karisma dan kepribadian pemberani Hermione Granger membuat banyak perempuan kagum. Karakter tersebut diperankan oleh aktris berbakat, Emma Watson. Hermione bukan berasal dari kalangan penyihir, kedua orang tuanya bekerja sebagai dokter.
Namun, ia tidak pernah mau diperlakukan seenaknya. Hermione pernah meninju hidung Draco saat dirinya dihina sebagai 'mudblood'. Nggak hanya kuat, ia juga sosok yang setia kawan dan peduli dengan isu sosial, lho.
Kualitas diri yang dimiliki oleh seorang Hermione Granger cocok banget kamu jadikan panutan di kehidupan sehari-hari.
2. Kim Ji Young (Kim Ji Young, Born 1982)
Lahir dalam kondisi patriaki yang kuat di Korea Selatan, Kim Ji Young sering merasa tertekan dengan tuntutan sebagai perempuan dan ibu dalam waktu bersamaan. Ia pernah disalahkan saat pulang larut malam sepulang dari les.
Banyak peristiwa dalam hidup yang menyudutkan Kim Ji Young, karena terlahir sebagai seorang perempuan. Salah satu yang berdampak besar saat dirinya berhenti dari pekerjaan dan menjalani kehidupan rumah tangga. Ia melakukan pekerjaan tiada henti hingga kondisi psikisnya terganggu.
Kondisi psikis Kim Ji Young digambarkan sangat memprihatinkan dalam film Kim Ji Young, Born 1982. Perlahan, ia berusaha melawan keadaan yang menghimpit jiwanya. Ji Young mulai belajar terbuka dengan orang-orang sekitar.
Berkaca dari film ini, diskriminasi terhadap perempuan nyata adanya dan karakter Kim Ji Young menggambarkan citra perempuan yang pantas dan bebas memilih apa yang ia inginkan, meski telah menikah dan memiliki anak.
3. Josephine March (Little Women)
Diperankan oleh Soirse Ronan, karakter Jo digambarkan sebagai sosok perempuan yang energik, pemberontak, dan tahu apa yang ia cita-citakan. Jo memiliki impian menjadi seorang penulis buku kenamaan.
Bersama kedua saudara perempuannya, Jo tumbuh dalam kondisi ekonomi pas-pasan. Namun, bukan berarti perempuan harus menikah dengan pria dari kalangan bangsawan demi meningkatkan perekonomian keluarga. Jo sama sekali menentang pemikiran kolot tersebut.
Karakternya dapat dikatakan sebagai seorang feminis pada abad ke-19. Jo tidak pernah bisa membayangkan dirinya menikah dan berkeluarga. Oleh karena itu, ia berani menolak lamaran Laurie, yang berasal dari keluarga kaya raya.
Jo memilih untuk merantau ke New York demi mengejar mimpi sebagi seorang penulis. Baginya, perempuan memiliki kapasitas dan kemampuan dalam mencapai sesuatu lebih dari sekadar ikatan pernikahan.
Sisi keras kepala Jo sangat dibutuhkan buat perempuan masa kini, yang acapkali menganggap pernikahan adalah solusi atas sebuah permasalahan ekonomi.
4. Hua Mulan (Mulan)
Dibintangi Liu Yifei, Mulan mengisahkan sosok perempuan tangguh bernama Mulan yang sejak kecil cukup aktif belajar seni bela diri. Namun, sang ayah menentang bakatnya tersebut, karena ia terlahir sebagai seorang perempuan.
Tradisi Tiongkok saat itu, anak perempuan yang sudah dewasa dipersiapkan untuk menjadi seorang istri. Mulan menentang tradisi itu, jiwanya sangat ingin ikut berperang. Hingga suatu hari, Raja meminta semua keluarga mengirimkan satu anak laki-laki untuk dikirim ke kamp pelatihan tentara.
Dalam keluarganya, Mulan hanya mempunyai satu adik perempuan. Sementara, kondisi sang ayah sudah cukup tua untuk maju ke medan perang. Akhirnya, Mulan nekat kabur dari rumah dan menyamar menjadi laki-laki. Lewat pertempuran, Mulan melawan stigma yang ada.
Ia berhasil dipercaya untuk memimpin satu unit pasukan demi melindungi sang Raja di istana. Kegigihan Mulan mencerminkan bahwa perempuan juga bisa menjadi pahlawan untuk dirinya sendiri atau orang lain, karena selama ini identitas tersebut identik dengan karakter laki-laki.
5. Yuni (Yuni)
Pernikahan dan memiliki cita-cita yang tinggi masih menjadi permasalahan krusial kaum perempuan hingga saat ini. Topik ini pula yang diangkat dalam film Yuni yang disutradarai dan ditulis oleh Kamila Andini.
Berkisah tentang perempuan muda bernama Yuni. Ia merupakan sosok yang pintar dan bermimpi besar. Namun, keinginan Yuni dibelenggu budaya patriaki di mana perempuan harus menikah dan mampu melayani suami dengan baik.
Sepanjang film tersebut, Yuni telah menolak lamaran dua orang pria. Penolakannya itu membuat ia menjadi bahan pembicaraan orang sekitar. Meski dihantui cibiran tetangga, Yuni tetap memegah teguh pendiriannya dan berusaha menggapai mimpinya.
6. Katherine G. Johnson (Hidden Figures)
Tak hanya status pernikahan, namun perbedaan warna kulit juga masih menjadi polemik bagi kaum perempuan. Hal ini tertuang dalam kisah tiga perempuan kulit hitam, yang bekerja di NASA sebagai ahli matematika bernama Katherine G. Johnson dan kedua kawannya, Dorothy Vaughan dan Mary Jackson.
Ketiganya harus menghadapi tekanan cukup besar saat lingkungan pekerjaan didominasi kaum laki-laki. Tanpa otak yang jenius dan daya juang yang tinggi, mungkin mereka tidak akan berada di posisi yang seharusnya.
Katherine akan selamanya berada di divisi West Computing Group, tanpa merasakan langsung proses pendaratan roket di ruang operasi. Padahal, ia adalah perempuan kulit hitam yang sangat jenius dalam perhitungan geometri dan matematika.
Sementara, Dorothy akan terus menjadi kepala divisi perhitungan dasar jika tidak mempunyai keberanian mempelajari IBM di saat semua orang pulang kerja. Begitupula dengan Mary Jackson, yang ingin menjadi insinyur roket di NASA.
Perjuangan mereka mendapatkan hak setara bisa mengilhami kaum perempuan untuk berani mendobrak diskriminasi di lingkungan kerja dengan kualitas diri yang mumpuni.
Meski kini, banyak perempuan yang mulai berani bersuara atas hidupnya sendiri. Namun tidak menutup kemungkinan, masih ada perempuan yang masih terbelenggu oleh stigma yang mendarah daging di masyarakat.
Kehadiran para karakter tangguh di berbagai film ini bisa menginspirasi kamu untuk tidak ragu dalam mengambil keputusan penting. Selain mereka, siapa sosok kartini dalam film versimu, Bela? Kasih tahu karakter panutan kamu di kolom komentar, ya.