Menulis dan membaca cerita pendek atau cerpen mungkin sudah mulai ditinggalkan saat ini. Namun, masih banyak orang yang memiliki hobi untuk menulis dan membaca cerpen, khususnya cerpen remaja.
Cerpen yang ditujukan untuk remaja memiliki banyak tema, mulai dari motivasi untuk meraih mimpi hingga betapa berharganya sebuah persahabatan. Tak lupa juga mengenai cinta karena di usia remaja, banyak orang yang mulai mengenal cinta.
Jika kamu tertarik untuk mencoba menulis cerpen remaja atau mau membacanya, berikut adalah beberapa contoh cerpen remaja dengan berbagai tema.
1. Cerpen remaja bertemakan mimpi
Mimpi Sang Dara
Pagi menjelang saat seorang gadis yang biasa dipanggil dengan Dara mulai menjerang air untuk membuat segelas teh panas. Dara adalah gadis yang hidup dengan sejuta mimpi di dalam sebuah rumah berdinding tinggi. Ia merupakan gadis yang tumbuh di dalam keluarga berkecukupan, bahkan bisa dibilang sangat kaya.
Namun sayangnya, Dara tidak bisa menopang tubuhnya sendiri tanpa menggunakan bantuan kursi roda sehingga ia merasa diacuhkan bahkan saat berada di istana mewah tersebut.
Kedua orangtua Dara selalu mengacuhkannya karena merasa tidak ada yang bisa diharapkan dari gadis dengan kursi roda tersebut. Sementara kakaknya mungkin saja malu mempunyai adik dengan kondisi sepertinya.
Setiap hari Dara hanya menghabiskan waktunya di dalam kamar dan sesekali mengarahkan kursi rodanya menuju arah taman. Gadis berusia 17 tahun tersebut sangat senang menggambar di taman guna menghilangkan pikiran buruknya yang menyesali keadaannya.
Suatu pagi Dara jatuh dari kursi rodanya, tetapi tidak ada seorang pun di dalam rumah tersebut mendekat untuk menolongnya. Rasa kecewanya terhadap hal tersebut membuat Dara memiliki kekuatan untuk menggerakan kursi rodanya ke arah taman kompleks, berniat menenangkan diri.
Saat sedang terisak di taman, tiba-tiba Dara dihampiri oleh seorang gadis seusianya dengan kondisi yang sama. Gadis tersebut mengulurkan tangan untuk Dara dan mulai menyebutkan namanya, Hana. Mereka berdua mudah sekali akrab, mungkin karena keduanya saling mengerti kondisi masing-masing.
Tiba-tiba Hana Berkata, “Dara, ingatlah bahwa tidak ada seorangpun di dunia ini yang terlahir sia-sia. Mungkin kita tidak bisa berdiri tegak layaknya manusia lain. Tapi, kita masih punya hak untuk merasakan bahagia. Cobalah untuk menerima dirimu sendiri, Dara.”
Lalu, akhirnya gadis itu berpamitan pada Dara.
Semenjak pertemuannya di taman dengan Hana, Dara mulai merenungi kata-kata yang diucapkan oleh gadis tersebut. Dara berpikir bagaimana ia bisa seutuhnya menerima dirinya ketika orang di dekatnya tidak mendukungnya sama sekali. Dara mencoba mencerna perkataan dari Hana secara perlahan, meskipun sering kali ia menangis ketika teringat kenyataan bahwa ia hanyalah seorang gadis yang diacuhkan.
Hal yang dipikirkan oleh Dara adalah bagaimana ia bisa mewujudkan mimpinya dengan kondisi tersebut. Mimpi Dara adalah menjadi seorang pelukis yang karyanya bisa dipajang di dalam pameran besar. Hal yang dilakukan Dara untuk memulainya adalah rajin membuat lukisan.
Kesibukan tersebut juga dilakukan Dara untuk tidak memikirkan mengenai dirinya yang selalu diacuhkan dan mulai memahami perkataan Hana.
Perlahan mimpi sang Dara mulai terwujud saat diam-diam ia sering mem-posting lukisannya melalui media sosial. Hingga suatu hari ada seseorang datang ke rumah Dara untuk menemui gadis itu guna mengajaknya untuk bergabung di dalam sebuah pameran lukisan.
Kedua orangtua Dara terperangah mendengar ucapan pria tersebut, sebab tidak menyangka bahwa Dara si gadis kursi roda bisa menghasilkan karya lukisan yang indah. Dara hanya tersenyum melihat respons kedua orangtuanya dan memilih menerima tawaran pameran tersebut.
Berbagai lukisan indah dipajang dalam pameran yang diberi tema Mimpi Sang Dara. Orang tua Dara menghadiri pameran tersebut dan merasa terharu atas pencapaian putri yang selama ini diacuhkannya. Sementara Dara merasa lega bisa menerima keadaan fisiknya dan memanfaatkan apa yang dimiliki.
2. Cerpen remaja bertemakan persahabatan
Persahabatan yang Tak Akan Pernah Luntur
Surat ini kutuliskan untuk sahabatku yang bernama Jasmine, yang sudah berpindah ke luar kota. Dengan ditulisnya surat ini, aku berharap agar persahabatan kita terus terjaga walaupun dipisah jarak yang cukup jauh.
Kisah persahabatanku dengan Jasmine dimulai sejak kami masuk SMP. Pada saat itu, aku dan dia baru berkenalan ketika aku ingin pingsan di jam olahraga.
Sebelum pingsan, Jasmine bertanya padaku, “Kamu terlihat lemas, apakah kamu perlu kupanggil guru agar segera dibawa ke UKS?”
Aku yang berusaha untuk tetap kuat kemudian menjawab, “Tidak perlu, aku masih kuat untuk mengikuti jam olahraga.”
Jasmine yang merasa kalau diriku benar-benar sedang tidak sehat, kemudian memanggil guru untuk memberitahukan bahwa aku sepertinya akan pingsan. Tanpa berlama-lama, guru olahraga segera membawaku ke ruangan UKS agar bisa beristirahat.
Setelah masuk ke ruang UKS, aku merasa sudah lebih baik dan tahu kalau penyebab ingin pingsan adalah karena belum sarapan di pagi hari. Sesampainya kembali ke kelas, aku sangat berterima kasih kepada Jasmine karena sudah memberitahukan kepada guru kalau aku bisa saja pingsan.
Tanpa Jasmine, mungkin aku akan pingsan. Kami berdua pun pulang bersama naik angkutan umum yang sama karena tanpa diduga rumah kami searah. Tiga tahun sudah aku dan Jasmine memiliki tali persahabatan dan kami selalu berbagi cerita sedih atau bahagia.
Setelah kami berdua lulus dari SMP, Jasmine bersama orangtuanya pindah ke luar kota. Mendengar kabar itu, aku sedih karena akan sulit untuk bertemu langsung dengan Jasmine. Meskipun sudah ada alat komunikasi canggih, tetapi rasanya akan kurang kalau tidak bisa berbagi cerita secara langsung.
Tak terasa juga, aku sudah hampir selesai menempuh pendidikan SMA, sehingga aku berinisiatif untuk menulis surat kepada Jasmine. Pada bagian akhir surat itu, aku menulis, “Apakah kita bisa bertemu kembali di universitas yang sama?”
3. Cerpen remaja tentang bersyukur
Pengalaman
Andi adalah seorang siswa SMA di salah satu sekolah favorit di Yogyakarta. Setiap hari ia bertemu denganku di sekolah. Suatu hari, ia bercerita kepadaku tentang masalah hidupnya.
Ia berpikir kalau orang lain selalu terlihat senang dan bahagia terlepas dari masalah yang dialami dalam hidupnya. Mereka terlihat seperti orang-orang yang tak memiliki beban di pundaknya. Namun, anehnya Andi merasa tidak terlalu suka saat melihat temannya tersenyum bahagia.
“Kok aku aneh ya selalu merasa bahwa kehidupan orang lain selalu baik-baik saja bahkan kelihatan seperti tidak punya masalah, beda banget sama kehidupan aku yang rasanya kayak punya banyak beban terus aku juga merasa tidak bisa bahagia,” kata Andi.
Pada waktu itu juga aku mengatakan kepada Andi bahwa setiap orang memiliki permasalahan dan beban hidup yang ditanggung di pundaknya. Tentunya masing-masing beban hidup yang dialami setiap orang pasti berbeda-beda. Jika beban hidupmu selalu dibandingkan dengan orang lain maka percayalah bahwa semua itu akan semakin berat.
Hal yang selama ini dipikirkan Andi tentang orang lain tidak semuanya benar. Padahal dia sendiri tidak tahu betul bagaimana kondisi orang lain yang menurutnya selalu baik-baik saja bisa jadi kebalikannya, serta perjuangan orang-orang untuk menenangkan dirinya sendiri. Bisa saja mereka telah berhasil melalui masa-masa terberat dalam hidupnya.
Setelah itu, dia hanya terdiam merenungi perkataanku. Dia memikirkan apa yang aku katakan saat itu. Meskipun terkadang menasehati orang lain tidak semudah menasehati diri sendiri. Terkadang aku sendiri masih suka membanding- bandingkan diri dengan orang lain.
Waktu dulu aku juga pernah merasakan seperti di posisi Andi saat ini. Saat itu juga ada yang menasihati aku bahwa Tuhan selalu memberikan beban masalah sesuai dengan kemampuan masing-masing orang. Oleh karena itu, respons dari orang-orang pun juga berbeda-beda, terkadang ada yang merasa dibebani ada juga yang tidak.
“Tuhan tahu seberapa kuat kita untuk bisa menghadapi masalah yang diberikan oleh-Nya, maka dari itu kalau soal porsi jangan ditanyakan ya, karena kita tahu kalau Tuhan itu memang Maha Adil,” ujar seseorang kepadaku.
Mulai saat itu aku mulai introspeksi perihal diriku sendiri. Aku berusaha untuk menyelesaikan segala permasalahan yang menimpaku dengan hati yang lapang. Karena dengan begitu aku bisa menjadi bahagia.
Aku juga tidak perlu membandingkan diriku dengan orang lain. Aku hanya perlu membandingkan diriku dengan aku yang kemarin. Maka dari itu, aku bisa menjadi pribadi yang lebih baik hingga saat ini.
Aku juga percaya jika setiap masalah yang menimpaku nantinya bisa menjadi pelajaran dalam hidupku. Karena selalu ada hikmah yang bisa aku ambil dari setiap suka dan duka ku. Yang membuat aku selalu yakin adalah setiap permasalahan ini datang dan dirancang oleh-Nya.
4. Cerpen remaja tentang cinta
Naksir kakak kelas
Hari pertama masuk sekolah SMA, aku bertemu dengan kakak OSIS yang menurutku sangat keren. Waktu itu adalah hari Senin dan sedang diadakan upacara pembukaan bagi peserta didik baru di SMA itu. Aku melihat dia menggunakan almamater OSIS dan baris di sebelah kiri lapangan.
Aku sangat berharap kalau nanti dia yang akan menjadi koordinator kelasku. Akhirnya doaku pun terkabul, yang menjadi koordinator kelasku adalah Kak Raka yang keren itu dan Kak Tuning.
MOS hari pertama kelasku sangat sepi, mungkin karena belum kenal dengan teman-teman satu kelasnya. Hari itu juga aku disuruh memperkenalkan diriku di depan kelas.
Aku sangat grogi di depan kelas karena tidak terbiasa berdiri di depan kelas. Apalagi di sampingku ada Kak Raka, yang membuat grogiku semakin bertambah. Perkenalan selesai, waktu istirahat aku gunakan untuk menyelidiki tentang Kak Raka.
Aku mengikuti Kak Raka sampai depan kelasnya. Ternyata dia anak XI-IPA.2. Betapa kerennya dia, sudah ganteng ditambah pintar. Saat itu aku jadi semangat belajar untuk mendapatkan kelas IPA.
Hari kedua MOS diadakan tes penjurusan, aku datang pagi-pagi sekali ke sekolah untuk meneruskan belajarku yang semalam. Pukul 7.30 tes dimulai, aku berusaha konsentrasi mengerjakan soal tes satu per satu.
Setelah dua jam, tes pun selesai, dan waktunya istirahat. Saat itu aku bertemu dengan Kak Raka di kantin sekolah, aku menyapanya sambil tersenyum. Dia pun membalas sapaanku dengan senyumnya yang sangat manis.
Hari ketiga MOS sekolahku mengadakan seni gembira. Kelas yang tampil diacak dan kelasku mendapat giliran pertama. Betapa tegangnya aku berdiri di atas panggung dengan teman-temanku dan disaksikan kakak kelas dari kelas 11 sampai kelas 12.
Kelasku bernyanyi dengan iringan gitar yang dimainkan oleh Kak Raka. Penampilan hari itu selesai, dilanjutkan dengan kegiatan di dalam kelas. Kami duduk lesehan di lantai sambil bernyanyi bersama Kak Raka dan Kak Tuning sampai jam pelajaran selesai.
Hari keempat waktunya demo ekskul. Aku memperhatikan satu per satu ekskul yang tampil, tetapi aku tidak melihat Kak Raka ada di dalam ekskul tersebut sampai ekskul yang terakhir tampil adalah ekskul karate.
Ternyata Kak Raka ikut ekskul karate. Saat Kak Raka ditunjuk oleh pelatihnya untuk memecahkan besi, dia ke depan tepat di depan besi yang akan dipatahkan. Teman-temannya berteriak yang tujuannya meledek Kak Raka, tetapi dia tidak marah dan malah tersenyum.
Saat demo ekskul selesai, aku mendapat edaran kertas untuk memilih ekskul yang diinginkan. Tanpa berpikir lagi, aku langsung memilih ekskul karate. Tanpa aku sadar aku berteriak, “Kak Raka keren!!!”
Dia lalu melihatku dan berkata, “Terima kasih, Dek.”
Aku langsung malu dan pergi ke kelas dan tidak keluar lagi.
5. Cerpen remaja tentang pergaulan bebas
Menjauhi Pergaulan Bebas
“Pulang sekolah mau langsung ke rumah?” tanya Adin pada Ama setelah jam pelajaran usai.
Ama yang sedang memberesi alat tulis dan memasukkannya ke dalam tas menoleh ke arah asal suara dan menjawab dingin, “Langsung pulang. Besok ulangan.”
“Minggu lalu nggak ikut kumpul bareng kita. Minggu ini mau bolos nongkrong lagi?” tanya Adin menyelidik.
“Aku nggak sempet nongkrong bareng geng, Din. Aku harus bagi waktu buat belajar dan nungguin papa di rumah sakit,” wajah Ama mendadak sedih.
Ayahnya baru saja mengalami kecelakaan dan Ama mendapatkan tugas menjaga bergantian dengan ibunya.
“Nggak seru, Ma,” kata Adin yang langsung berlalu meninggalkan Ama.
Ia merogoh sesuatu dari kantongnya dan mengeluarkan korek. Adin merokok. Meskipun jam sekolah sudah selesai, seharusnya siswa tetap menjaga etika dan tidak melakukan hal-hal negatif. Mungkin saja Adin sudah tidak sabar untuk merokok.
Ama menghela napas panjang. Jujur saja, sebenarnya ia tidak menemukan hal positif dari pertemanannya. Ia kira bergabung dengan murid terpintar akan membuatnya terbawa semangat belajar. Namun, ternyata tidak. Ia justru banyak diajak untuk jalan-jalan dan makan di luar sehingga waktu belajarnya terbuang.
Dari kejauhan terlihat Adin menyapa teman-temannya dan bergegas pergi. Ia melihat Ama sebentar sebelum akhirnya membuang muka.
“Kok jadi jarang kumpul sama Adin?” tanya Bino memecah lamunan Ama.
“Papa lagi sakit, Bin. Hari ini giliranku jagain sambil belajar buat ulangan besok,” jawab Ama.
“Bagus, deh. Aku dukung kamu. Kemarin Adin dan teman-temen gengnya beli miras. Nggak tahu mereka mau apa,” ujar Bino yang membuat Ama terperanjat.
“Hmm... aku duluan, deh,” ujar Ama segera meninggalkan Bino karena terkejut dengan apa yang dikatakannya.
Ama tidak menyangka bahwa Adin akan bertindak sejauh itu. Ama pun beranjak dari tempatnya dan berjalan ke rumah sakit. Di sana ada papanya yang sudah menunggu. Sembari menunggu papanya, Ama mengeluarkan buku dan mulai belajar. Tidak sengaja matanya menangkap layar televisi.
“Ada apa, Nak?” tanya papa Ama yang menatap layar tanpa berkedip.
Di layar televisi ada Adin sedang digiring polisi karena membawa minuman keras bersama pelajar lainnya. Mata Ama berkaca-kaca. Untunglah ia menolak diajak tadi. Tidak terbayangkan jika ia menuruti Adin, pasti ia juga sedang berada di sana.
Itulah beberapa contoh cerpen remaja dengan berbagai tema. Semoga bisa menjadi inspirasi, ya.