Terdapat dua perusahaan di Tiongkok yang memberi cuti tambahan bagi karyawan perempuan yang masih lajang di atas 30 tahun. Menurut Manajemen Pariwisata Hangzhou Songcheng, perempuan yang belum menikah lebih dari 30 tahun memiliki peran “non-frontline” dan akan diberikan cuti tambahan selama setahun.
Kebijakan itu disambut baik oleh banyak karyawan perusahaan di Hangzhou. Huang Lei, salah seorang Manager Sumber Daya Manusia di perusahaan tersebut mengatakan sebagian perempuan single itu bekerja di departemen fungsional internal dan beberapa sisanya adalah pemain pertunjukan. Hal itu membuatnya lebih jarang melakukan hubungan di luar kantor, jadi harapannya kebijakan dengan memberi beberapa hari cuti tambahan membuka peluang untuk mereka mengenal laki-laki di luar sana.
Pengumuman “cuti kencan” itu juga diterapkan pada sekolah menengah di Hangzhou. Memberikan kesempatan bagi para guru single untuk menikmati juga kebijakan itu.
Perempuan single di Tiongkok di rentang usia 20 - 30 tahun disebut shengnu atau perempuan sisa. Hal ini karena kepercayaan tradisional yang menganggap perempuan yang belum menikah pada saat itu nggak diinginkan. Terdengar kasar, tapi itulah kepercayaan masyarakat tradisional di sana.
Dari data Kementerian Urusan Sipil Tiongkok menunjukkan ada lebih dari 200 juta jiwa orang dewasa single di Tiongkok pada tahun 2015. Hal yang mencengangkan juga terjadi karena tingkat pernikahan di Tiongkok dari tahun ke tahun menurun. Dengan kebijakan ini, diharapkan karyawan perempuan di sana yang berusia di atas 30 tahun dapat mencari pendamping hidupnya. Selain itu juga dapat menyeimbangkan antara kehidupan karier dan sosialnya.
Kalau menurut kamu gimana Bela, kira-kira kalau kebijakan ini diterapkan di Indonesia akan membawa dampak seperti apa ya?