Variasi gaya dan fantasi dalam seks sudah menjadi hal umum untuk meningkatkan kualitas hubungan. Dari sekian banyak praktek yang ada, BDSM menjadi variasi favorit bagi sebagian orang. BDSM sendiri adalah akronim dari Bondage and Discipline (BD), Domination and Submission (DS), Sadism and Masochism (SM). Dalam buku The News Topping Book, sang penulis yaitu Janet W. Hardy menggambarkan BDSM sebagai “aktivitas di mana para pelakunya memberikan sensasi atau emosi erotis yang akan tidak menyenangkan dalam konteks non-erotis”. Maksudnya adalah segala tindakan dalam BDSM seperti mencambuk, mengikat atau membungkam pada dasarnya adalah kegiatan nggak menyenangkan, namun ketika itu semua dilakukan dengan emosi dan sensasi yang berbeda dari pasangan, maka hal tersebut menjadi kegiatan seksual yang menyenangkan. Simak beberapa fakta BDSM yang jarang terungkap berikut ini.
1. Kekeliruan yang ditayangkan dalam film
Film Fifty Shades of Grey dianggap sebagai film yang membuka mata banyak orang yang awalnya belum paham BDSM menjadi sedikit lebih mengerti. Namun bagi para pelaku BDSM, film tersebut bukanlah BDSM yang sebenarnya. Seorang BDSM enthusiast bernama Emily Sarah menuturkan dalam The Guardian bahwa film tersebut terlalu ‘cantik’ dalam menampilkan aksi BDSM. “Itu hanya tentang Christian yang mengikat Ana. Dalam hubungan BDSM, ada lebih banyak koneksi, lebih banyak obrolan dan lebih banyak ritual,” tuturnya. Ronald Elliston yang juga mendalami BDSM turut menyatakan bahwa film tersebut berbahaya. “Secara psikologis, beberapa cowok akan menonton dan berpikir, ‘Baiklah, jadi inikah yang kita mainkan sekarang? Inilah yang harus kulakukan’,” ujar Ronald menanggapi betapa nggak realistisnya seorang cewek polos seperti Ana bertemu dengan pria menarik yang ternyata punya sisi ‘sadis’ lalu justru memilih untuk tetap bersamanya.
2. Adanya kesepakatan antarpelaku
Dalam hubungan BDSM, ada pihak yang berperan sebagai dominan, yaitu orang yang punya kekuatan dan kuasa serta bertanggung jawab atas kondisi pasangannya. Pihak yang lain disebut dengan submisif, yaitu pihak yang menerima rasa sakit dan nikmat akibat tindakan si dominan. Satu kunci yang nggak boleh dilupakan dalam BDSM adalah adanya konsensual atau kesepakatan. Dalam Fifty Shades of Grey, konsensual ini digambarkan dengan Ana yang membaca dan bernegoisasi masalah kontrak dengan Christian. Setiap orang harus punya rasa percaya dengan pasangannya dan BDSM bukanlah ajang untuk melakukan kekerasan pada pasangan.
3. BDSM, apakah normal?
Nggak heran kalau banyak orang melihat BDSM sebagai penyimpangan karena melibatkan rasa sakit untuk mencapai puncak kenikmatan. Ada juga yang mempertanyakan apakah orang yang sering melakukan BDSM adalah sehat. Padahal, BSDM adalah alternatif untuk melakukan hubungan intim dengan pasangan. Mereka yang melakukan BDSM adalah orang normal dengan fantasi yang normal. Seorang jurnalis bernama Michael Castleman yang telah menulis topik seks selama 36 tahun menulis bahwa BDSM layaknya permainan. “Saat pemain bola berhasil bermain dengan bagus, para rekan satu tim sering memukul bokong, memukul tubuh atau menampar kawannya. Orang yang menerima perlakuan tersebut menerima ‘siksaan’ ini dengan senang hati sebagai tanda apresiasi dan ketertarikan,” tulisnya dalam Psychology Today.
4. Menyakitkan atau menyenangkan?
Jika kita menanyakan hal ini kepada orang yang sering melakukan BDSM, tentu mereka menjawab ini sangat menyenangkan. Bagi mereka, BDSM berbeda dengan seks biasa. Seks biasa bisa dilakukan tanpa banyak interaksi atau bahkan kata-kata, sedangkan BDSM perlu banyak interaksi dan negoisasi, apakah si submisif bersedia jika dipukul atau ditampar bagian tubuhnya, apa yang dia dirasakan dan sebagainya. Dari situlah, aktivitas seksual yang satu ini dinilai lebih intim. Jangan salah, BDSM juga ada ilmunya, lho. Seseorang yang belum pernah melakukan BDSM sebelumnya perlu banyak membaca referensi dan memulai dari tindakan yang sederhana dulu demi mengurangi risiko yang nggak diinginkan.
5. BDSM dari sudut pandang medis
Pada dasarnya, cinta, seks dan rasa sakit menghasilkan reaksi kimia yang serupa dan membangkitkan hormon yang sama dalam tubuh. Seperti yang ditulis oleh seorang CEO bernama Fendy Strgar, seperti yang ia tulis dalam Huffington Post, hormon endorfin dikeluarkan oleh tubuh saat sedang merasakan sakit, di mana rasa sakit tersebut sering dianggap sebagai rasa bahagia. Otak kita juga bisa mengubah rasa stres dan sakit menjadi rasa bahagia berkat hormon serotonin dan melatonin. Sayangnya, dalam Journal of Sexual Medicine yang berjudul Fifty Shades of Stigma: Exploring the Health Care Experiences of Kink-Oriented Patients mengungkapkan bahwa hanya sedikit penganut BDSM memberitahu dokter mereka tentang aktivitas seksual tersebut. Sebagian besar dari mereka merasa takut dihakimi, di mana hal tersebut justru bisa berakibat buruk karena nggak mendapat penanganan dari dokter.
Itulah beberapa fakta tentang BDSM yang jarang terungkap. Menurut kamu sendiri gimana Bela, apakah suatu saat nanti kamu ingin mencoba BDSM bersama pasanganmu?