Dorongan seksual merupakan hal yang lumrah dimiliki manusia. Ada berbagai cara untuk melepaskan dorongan tersebut. Ada yang melakukannya melalui perilaku seksual yang tepat. Namun, tidak sedikit pula yang melampiaskannya dengan cara yang salah dan bahkan berisiko.
Perilaku seksual berisiko merupakan hal yang perlu dihindari karena dapat menimbulkan dampak buruk dalam jangka panjang. Dalam dunia kesehatan, perilaku seksual berisiko, yaitu perilaku seksual yang bisa menyebabkan seseorang terjangkit penyakit menular seksual, kehamilan yang tidak diharapkan, dan berbagai kerugian fisik maupun psikis lainnnya.
Kamu perlu tahu, nih, beberapa perilaku seksual yang memiliki risiko tinggi.
1. Tidak menggunakan pengaman, kecuali pada pasangan monogami jangka panjang
Berhubungan seksual dengan pasangan sah atau jangka panjang memang menjadi perilaku seks paling aman. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa banyak orang yang melakukan hubungan seksual di luar pernikahan. Dalam hal ini, dari kacamata kesehatan, penggunaan pengaman seperti kondom mutlak diperlukan.
Menggunakan kondom dapat mencegah kehamilan tidak diinginkan hingga 90 persen dan penularan penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS, syphilis, gonnorhea, klamidia yang ditularkan melalui sperma dan cairan organ reproduksi.
Tanpa menggunakan pengaman, kehamilan selalu bisa terjadi, entah hubungan seksual itu dilakukan sekali ataupun berkali-kali. Demikian juga dengan penyakit menular seksual. Apabila pasangan mempunyai penyakit menular seksual, risiko penularannya menjadi makin besar jika berhubungan seks tanpa kondom.
2. Gonta-ganti pasangan
Sering bergonta-ganti partner hubungan seksual atau mempunyai banyak pasangan seksual selama hidup, meningkatkan risiko terjangkit penyakit menular seksual dan HIV/AIDS. Dalam kondisi ini tidak ada yang tahu apakah orang yang menjadi partner seks menderita penyakit tertentu, terutama jika kita tidak benar-benar mengenali seseorang tersebut. Hal ini karena bergonta-ganti pasangan cenderung lebih sering terjadi pada hubungan yang pendek. Maka dari itu, penting untuk mempunyai satu pasangan setia untuk urusan hubungan seksual ini.
3. Anal seks risikonya lebih besar dalam menularkan HIV dan penyakit menular seksual
Anal seks yang melibatkan penetrasi penis ke dalam anus mempunyai risiko yang lebih besar dalam penularan penyakit seksual dibandingkan melalui vagina, terutama jika pasangan merupakan penderita penyakit menular tersebut. Hal ini karena dalam hubungan seksual anal, bagian kulit yang robek lebih besar daripada pada hubungan melalui vagina. Anus tidak mempunyai lubrikan sebagaimana di vagina, di samping itu anus mengandung lebih banyak bakteri.
Virus dan bakteri penyakit seksual tersebut dapat ditularkan melalui darah, sperma, cairan pre-seminal, dan cairan dari rectum. Dilansir dari cdc.gov, partner yang ada di bawah/ bottom mempunyai kemungkinan 13 kali lebih tinggi untuk tertular daripada yang di atas. Selain penyakit menular seksual, anal seks juga bisa menyebabkan ambeien dan fissure anale.
4. Hubungan seks di bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan bius
Hubungan seksual dan alkohol serta obat-obatan lainnya merupakan kombinasi yang bisa berujung pada perilaku seksual yang berisiko tinggi. Orang di bawah kendali zat-zat tersebut tidak mampu mengendalikan dirinya dengan normal, sehingga kemungkinan untuk melakukan hubungan seksual tidak aman, seperti tidak menggunakan pengaman lebih tinggi.
Karena berdampak pada perilaku seksual yang tidak aman, WHO pun juga menyebutkan bahwa penggunaan alkohol juga merupakan salah satu faktor risiko penularan HIV/ AIDS serta penyakit menular seksual lainnya. Selain penyakit-penyakit tersebut, kehamilan yang tidak diinginkan pun juga dapat terjadi
5. Seks berbayar
Orang-orang yang bekerja sebagai penyedia seks demi memenuhi kebutuhan untuk hidup merupakan kelompok yang mempunyai kemungkinan besar menderita penyakit menular seksual. Pekerja seks komersial ini harus melayani pelanggan tanpa menggunakan pengaman atau kondom, sementara itu pelanggan tidak tahu apakah pekerja seksual ini menderita HIV/AIDS atau penyakit menular seksual tertentu.
Meskipun menggunakan pengaman sebagai alat pencegahan merupakan hak dari pekerja seksual, mereka bisa saja tidak mempunyai pengetahuan atau kuasa untuk meminta pelanggan menggunakan pengaman.
Perilaku seksual berisiko tinggi merupakan hal yang harus dipahami dan dihindari khususnya anak muda saat ini. Jika kamu merasa pernah melakukan perilaku seksual berisko di atas, jangan ragu untuk melakukan pemeriksaan kesehatan ke dokter. Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Jangan sampai hanya karena penasaran dan kenikmatan sesaat, kita harus menanggung penderitaan yang tidak sebanding bahkan seumur hidup.
Disclaimer: Artikel ini sudah terbit di laman IDN Times dengan judul "5 Perilaku Seksual Berisiko Tinggi Ini Harus Dihindari"