Momen Hari Ibu tentu tidak boleh kamu lewatkan begitu saja. Tahun ini, Hari Ibu akan jatuh pada hari Kamis tanggal 22 Desember mendatang. Momen yang langka tersebut bisa kamu manfaatkan untuk menyampaikan ungkapan sayang kepada ibu.
Salah satu cara untuk mengungkapkan rasa sayang dari anak kepada ibunya yang menyentuh adalah dengan puisi. Puisi ini bisa kamu bacakan atau bisa kamu berikan bersama kado hari ibu supaya lebih romantis.
Nah, Popbela.com sudah menghimpun 10 puisi untuk Hari Ibu terbaik yang menyentuh hati dari para penyair yang bisa kamu pakai. Simak yuk!
1. Puisi untuk ibu yang menyentuh hati
Puisi untuk Hari Ibu terbaik yang menyentuh hati pertama merupakan karya dari penyair Chairil Anwar. Seperti puisinya lainnya, puisi yang berjudul Ibu berikut ini mampu menyentuh siapa pun yang membacanya.
Puisi di bawah menceritakan tentang kasih sayang seorang ibu yang ditunjukkan dengan berbagai cara. Dengan semua yang telah diberikan untuk anaknya, akhir puisi ini juga disisipi dengan doa agar ibu selalu sejahtera.
Ibu
Karya: Chairil Anwar
Pernah aku ditegur
Katanya untuk kebaikan
Pernah aku dimarah
Katanya membaiki kelemahan
Pernah aku diminta membantu
Katanya supaya aku pandai
Ibu...
Pernah aku merajuk
Katanya aku manja
Pernah aku melawan
Katanya aku degil
Pernah aku menangis
Katanya aku lemah
Ibu...
Setiap kali aku tersilap
Dia hukum aku dengan nasihat
Setiap kali aku kecewa
Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat
Setiap kali aku dalam kesakitan
Dia ubati dengan penawar dan semangat
dan bila aku mencapai kejayaan
Dia kata bersyukurlah pada Tuhan
Namun...
Tidak pernah aku lihat air mata dukamu
Mengalir di pipimu
Begitu kuatnya dirimu...
Ibu...
Aku sayang padamu...
Tuhanku....
Aku bermohon pada-Mu
Sejahterahkanlah dia
Selamanya...
2. Puisi untuk ibu yang bermakna
Selanjutnya, dengan judul yang sama, Sapardi Djoko Damono juga menuliskan puisi untuk ibunya. Berbentuk seperti narasi, puisi di bawah menceritakan tentang kenangan bersama seorang ibu.
Ibu memang menjadi sosok yang selalu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, bukan hanya anak tapi juga suaminya. Maka dari itu, harapan seorang anak kepada ibunya adalah supaya bisa bahagia dan hidup dengan nyaman.
Ibu
Karya: Sapardi Djoko Damono
Ibu masih tinggal di kampung itu, ia sudah tua. Ia adalah perempuan yang menjadi korban mimpi-mimpi ayahku. Ayah sudah meninggal, ia dikuburkan di sebuah makam tua di kampung itu juga, beberapa langkah saja dari rumah kami. Dulu Ibu sering pergi sendirian ke makam, menyapu sampah, dan kadang-kadang, menebarkan beberapa kuntum bunga. "Ayahmu bukan pemimpi," katanya yakin meskipun tidak berapi-api, "ia tahu benar apa yang terjadi."
Kini di makam itu sudah berdiri sebuah sekolah, Ayah digusur ke sebuah makam agak jauh di sebelah utara kota. Kalau aku kebetulan pulang, Ibu suka mengingatkanku untuk menengok makam ayah, mengirim doa. Ibu sudah tua, tentu lebih mudah mengirim doa dari rumah saja. "Ayahmu dulu sangat sayang padamu, meskipun kau mungkin tak pernah mempercayai segala yang dikatakannya."
Dalam perjalanan kembali ke Jakarta, sambil menengok ke luar jendela pesawat udara, sering kubayangkan Ibu berada di antara mega-mega. Aku berpikir, Ibu sebenarnya lebih pantas tinggal di sana, di antara bidadari-bidadari kecil yang dengan ringan terbang dari mega ke mega - dan tidak mondar-mandir dari dapur ke tempat tidur, memberi makan dan menyusui anak-anaknya. "Sungguh, dulu ayahmu sangat sayang padamu," kata Ibu selalu, "meskipun sering dikatakannya bahwa ia tak pernah bisa memahami igauan-igauanmu."
3. Puisi untuk ibu yang tersayang
Mustofa Bisri membuat puisi untuk Hari Ibu terbaik dengan judul Ibu. Puisi ini mengisahkan tentang ibu yang merupakan tempat untuk pulang. Sejauh mana pun anak-anaknya pergi, ibu adalah tempat untuk kembali.
Bahkan, semua yang dilakukan seorang anak adalah demi membahagiakan ibunya yang tersayang. Di momen Hari Ibu ini, ia pasti akan merasa sangat tersentuh saat membaca karya berikut.
Ibu
Karya: Mustofa Bisri
Kaulah gua teduh
Tempatku bertapa bersamamu
Sekian lama
Kaulah kawah dari mana aku meluncur dengan perkasa
Kaulah bumi yang tergelar lembut bagiku
melepas lelah dan nestapa
Gunung yang menjaga mimpiku siang dan malam
Mata air yang tak berhenti mengalir membasahi dahagaku
Telaga tempatku bermain berenang dan menyelam
Kaulah, ibu, laut dan langit yang menjaga lurus horisonku
Kaulah, ibu, mentari dan rembulan yang mengawal perjalananku
mencari jejak sorga di telapak kakimu
(Tuhan, aku bersaksi
ibuku telah melaksanakan amanat-Mu
menyampaikan kasih sayang-Mu
Maka kasihilah ibuku
seperti Kau mengasihi kekasih-kekasih-Mu
Amin)
4. Puisi untuk ibu dari anak yang merantau
Saat anak-anak mulai tumbuh dewasa, satu per satu mereka meninggalkan ibunya untuk pergi ke tanah rantau dan mencari peruntungan di sana. Dengan tanggung jawab yang diemban untuk pekerjaannya, tidak jarang mereka melewatkan waktu untuk pulang.
Meski begitu, tidak ada salahnya mengirim puisi untuk ibu di tanah asalmu dengan puisi berjudul Surat Untuk Ibu ini. Di dalamnya, puisi di bawah menceritakan seorang anak yang bercerita tentang tanah rantau yang ditinggalinya.
Surat Untuk Ibu
Karya: Joko Pinurbo
Akhir tahun ini saya tak bisa pulang, Bu.
Saya lagi sibuk demo memperjuangkan nasib saya
yang keliru. Nantilah, jika pekerjaan demo
sudah kelar, saya sempatkan pulang sebentar.
Oh ya, Ibu masih ingat Bambang, ‘kan?
Itu teman sekolah saya yang dulu sering numpang
makan dan tidur di rumah kita. Saya baru saja
bentrok dengannya gara-gara urusan politik
dan uang. Beginilah Jakarta, Bu, bisa mengubah
kawan menjadi lawan, lawan menjadi kawan.
Semoga Ibu selalu sehat bahagia bersama penyakit
yang menyayangi Ibu. Jangan khawatirkan
keadaan saya. Saya akan normal-normal saja.
Sudah beberapa kali saya mencoba meralat
nasib saya dan syukurlah saya masih dinaungi
kewarasan. Kalaupun saya dilanda sakit
atau bingung, saya tak akan memberi tahu Ibu.
Selamat Natal, Bu. Semoga hatimu yang merdu
berdentang nyaring dan malam damaimu
diberkati hujan. Sungkem buat Bapak di kuburan.
5. Puisi untuk ibu yang penyayang
Kahlil Gibran selalu berhasil membuat puisi yang romantis, seperti puisi untuk Hari Ibu terbaik berikut ini. Puisi di bawah menceritakan tentang ibu yang sangat penyayang kepada anaknya.
Dalam kesedihan, ibu selalu hadir untuk menghiburnya. Ibu juga diibaratkan sebagai mentari dan bunga-bunga yang selalu membuat kehidupan menjadi lebih ceria dan berwarna.
Ibu
Karya: Kahlil Gibran
Ibu adalah segalanya, dialah penghibur di dalam kesedihan
Pemberi harapan di dalam penderitaan, dan pemberi kekuatan di dalam kelemahan
Dialah sumber cinta, belas kasihan, simpati dan pengampunan
Manusia yang kehilangan ibunya berarti kehilangan jiwa sejati yang memberi berkat
dan menjaganya tanpa henti
Segala sesuatu di alam ini melukiskan tentang sosok Ibu
Matahari ada lah ibu dari planet bumi yang memberikan makanannya dengan
pancaran panasnya
Matahari tak pernah meninggalkan alam semesta pada malam hari sampai matahari
meminta bumi untuk tidur sejenak di dalam nyanyian lautan dan siulan burung-
burung dan anak-anak sungai
Dan bumi adalah ibu dari pepohonan dan bunga-bungan menjadi ibu yang baik
bagi buah-buahan dan biji-bijian
Ibu sebagai pembentuk dasar dari seluruh kewujudan dan adalah roh kekal, penuh
dengan keindahan dan cinta
6. Puisi untuk ibu yang sedih
Seorang anak tak jarang melakukan kesalahan baik yang kecil maupun besar kepada ibunya. Jika dibiarkan, bayang-bayang rasa bersalah kepada ibu selalu muncul dan tidak akan hilang.
Nah, di momen Hari Ibu ini, kamu bisa memanfaatkannya sebagai momen meminta maaf dan menjelaskan semuanya. Sebab, seorang ibu sejatinya tidak bisa membenci anaknya. Berikut adalah puisi yang bisa kamu sertakan untuk meminta maaf.
Tujuan Kita Satu Ibu
Karya: Wiji Thukul
Kutundukkan kepalaku,
bersama rakyatmu yang berkabung
bagimu yang bertahan di hutan
dan terbunuh di gunung
di timur sana
di hati rakyatmu,
tersebut namamu selalu
di hatiku
aku penyair mendirikan tugu
meneruskan pekik salammu
"a luta continua."
Kutundukkan kepalaku
kepadamu kawan yang dijebloskan
ke penjara negara
hormatku untuk kalian
sangat dalam
karena kalian lolos dan lulus ujian
ujian pertama yang mengguncangkan
Kutundukkan kepalaku
kepadamu ibu-bu
hukum yang bisu
telah merampas hak anakmu
Tapi bukan hanya anakmu ibu
yang diburu dianiaya difitnah
dan diadili di pengadilan yang tidak adil ini
karena itu aku pun anakmu
karena aku ditindas
sama seperti anakmu
Kita tidak sendirian
kita satu jalan
tujuan kita satu ibu:pembebasan!
Kutundukkan kepalaku
kepada semua kalian para korban
sebab hanya kepadamu kepalaku tunduk
Kepada penindas
tak pernah aku membungkuk
aku selalu tegak.
7. Puisi untuk ibu yang terbaik
Puisi untuk Hari Ibu terbaik berikutnya berjudul Sajak Ibunda yang ditulis oleh WS Rendra. Dalam puisi ini, WS Rendra bukan hanya memberikan ungkapan pujian untuk ibu, tetapi juga memberikan kritik sosial.
Puisi ini menyiratkan bahwa ibu adalah pelengkap semuanya. Sebab, tidak ada orang yang tidak memiliki seorang ibu. Ibu bisa memberikan semuanya kepada anaknya dan menjadi motivasi untuk terus menjadi manusia yang baik.
Sajak Ibunda
Karya WS Rendra
Mengenangkan ibu adalah mengenangkan buah-buahan.
Istri adalah makanan utama.
Pacar adalah lauk-pauk.
Dan Ibu adalah pelengkap sempurna
kenduri besar kehidupan.
Wajahnya adalah langit senja kala.
Keagungan hari yang telah merampungkan tugasnya.
Suaranya menjadi gema dari bisikan hati nuraniku.
Mengingat ibu, aku melihat janji baik kehidupan.
Mendengar suara ibu, aku percaya akan kebaikan manusia.
Melihat foto ibu, aku mewarisi naluri kejadian alam semesta.
Berbicara dengan kamu, saudara-saudaraku,
aku pun ingat kamu juga punya ibu.
Aku jabat tanganmu,
aku peluk kamu di dalam persahabatan.
Kita tidak ingin saling menyakitkan hati,
agar kita tidak saling menghina ibu kita masing-masing
yang selalu, bagai bumi, air dan langit,
membela kita dengan kewajaran.
Maling juga punya ibu. Pembunuh punya ibu.
Demikian pula koruptor, tiran, fasis,
wartawan amplop, anggota parlemen yang dibeli,
mereka pun punya ibu.
Macam manakah ibu mereka?
Apakah ibu mereka bukan merpati di langit jiwa?
Apakah ibu mereka bukan pintu kepada alam?
Apakah sang anak akan berkata kepada ibunya:
“Ibu aku telah menjadi antek modal asing;
yang memproduksi barang-barang yang tidak mengatasi kemelaratan rakyat,
lalu aku membeli gunung negara dengan harga murah,
sementara orang desa yang tanpa tanah jumlahnya melimpah.
Kini aku kaya.
Dan lalu, ibu, untukmu aku beli juga gunung
bakal kuburanmu nanti.”
Tidak. Ini bukan kalimat anak kepada ibunya.
Tetapi lalu bagaimana sang anak akan menerangkan kepada ibunya
tentang kedudukannya sebagai tiran, koruptor, hama hutan, dan tikus sawah?
Apakah sang tiran akan menyebut dirinya sebagai pemimpin revolusi?
Koruptor dan antek modal asing akan menamakan dirinya sebagai pahlawan pembangunan?
Dan hama hutan serta tikus sawah akan menganggap dirinya sebagai petani teladan?
Tetapi lalu bagaimana sinar pandang mata ibunya?
Mungkinkah seorang ibu akan berkata:
“Nak, jangan lupa bawa jaketmu.
Jagalah dadamu terhadap hawa malam.
Seorang wartawan memerlukan kekuatan badan.
O, ya, kalau nanti dapat amplop,
tolong belikan aku udang goreng.”
Ibu, kini aku makin mengerti nilaimu.
Kamu adalah tugu kehidupanku,
yang tidak dibikin-bikin dan hambar seperti Monas dan Taman Mini.
Kamu adalah Indonesia Raya.
Kamu adalah hujan yang dilihat di desa.
Kamu adalah hutan di sekitar telaga.
Kamu adalah teratai kedamaian samadhi.
Kamu adalah kidung rakyat jelata.
Kamu adalah kiblat nurani di dalam kelakuanku.
8. Puisi untuk ibu yang selalu memaafkan
Dalam tutur kata, ibu mungkin sesekali akan marah ketika anaknya melakukan kesalahan. Namun, ibu pula yang akan menjadi orang pertama yang memaafkan. Nah, puisi berjudul Sajak Ibu karya Wiji Thukul ini mengisahkan tentang ibu yang selalu memaafkan.
Tidak ada ibu yang ingin anaknya sengsara. Maka, ibulah yang rela menanggung semuanya demi anak-anaknya bahagia. Sebagai ucapan terima kasih kepadanya yang selalu memaafkan, sampaikanlah puisi berikut ini.
Sajak Ibu
Karya: Wiji Thukul
Ibu pernah mengusirku minggat dari rumah
Tetapi menangis ketika aku susah
Ibu tak bisa memejamkan mata
Bila adikku tak bisa tidur karena lapar
Ibu akan marah besar
Bila kami merebut jatah makan
yang bukan hak kami
Ibuku memberi pelajaran keadilan
dengan kasih sayang
Ketabahan ibuku
mengubah rasa sayur murah
jadi sedap
Ibu menangis ketika aku mendapat susah
Ibu menangis ketika aku bahagia
Ibu menangis ketika adikku mencuri sepeda
Ibu menangis ketika adikku keluar penjara
Ibu adalah hati yang rela menerima
Selalu disakiti oleh anak-anaknya
Penuh maaf dan ampun
Kasih sayang ibu
adalah kilau sinar kegaiban tuhan
membangkitkan haru insan
Dengan kebajikan
ibu mengenalkan aku kepada Tuhan
9. Puisi untuk ibu yang dirindukan
Semakin beranjak dewasa, kita tidak akan selalu bisa berada di sisi ibu. Meskipun demikian, kamu tetap bisa mengungkapkan kerinduan akan sosoknya melalui puisi berjudul Jendela ini.
Puisi di bawah akan mengenang masa-masa saat ibu dan anaknya masih bersama. Begitu juga dengan momen membahagiakan yang mereka lalui bersama-sama.
Jendela
Karya: Joko Pinurbo
Di jendela tercinta ia duduk-duduk
bersama anaknya yang sedang beranjak dewasa.
Mereka ayun-ayunkan kaki, berbincang, bernyanyi
dan setiap mereka ayunkan kaki
tubuh kenangan serasa bergoyang ke kanan dan kiri.
Mereka memandang takjub ke seberang,
melihat bulan menggelinding di gigir tebing,
meluncur ke jeram sungai yang dalam, byuuurrr....
Sesaat mereka membisu.
Gigil malam mencengkeram bahu.
“Rasanya pernah kudengar suara byuuurrr
dalam tidurmu yang pasrah, Bu.”
“Pasti hatimulah yang tercebur ke jeram hatiku,”
timpal si ibu sembari memungut sehelai angin
yang terselip di leher baju.
Di rumah itu mereka tinggal berdua.
Bertiga dengan waktu. Berempat dengan buku.
Berlima dengan televisi. Bersendiri dengan puisi.
“Suatu hari aku dan Ibu pasti tak bisa bersama.”
“Tapi kita tak akan pernah berpisah, bukan?
Kita adalah cinta yang berjihad melawan trauma.”
Selepas tengah malam mereka pulang ke ranjang
dan membiarkan jendela tetap terbuka.
Siapa tahu bulan akan melompat ke dalam,
menerangi tidur mereka yang bersahaja
seperti doa yang tak banyak meminta.
10. Puisi untuk ibu yang terkasih
Terakhir, puisi untuk Hari Ibu terbaik ini berjudul Ibu karya Zamawi Imron. Lagi-lagi, puisi ini cocok kamu berikan jika kamu akhirnya memutuskan untuk merantau dan tinggal jauh dari ibu.
Di dalamnya, puisi ini menceritakan seorang ibu terkasih yang selalu memberikan semuanya untuk anaknya. Semua pemberian dan kasih sayang itu akan selalu terkenang meskipun jarak memisahkannya.
Ibu
Karya: D. Zamawi Imron
Kalau aku merantau lalu datang musim kemarau
Sumur-sumur kering, daunpun gugur bersama reranting
Hanya mata air airmatamu, ibu, yang tetap lancar mengalir
Bila aku merantau
Sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku
Di hati ada mayang siwalan memutikkan sarisari kerinduan
Lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar
Ibu adalah gua pertapaanku
Dan ibulah yang meletakkan aku di sini
Saat bunga kembang meyemerbak bau sayang
Ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi
Aku mengangguk meskipun kurang mengerti
Bila kasihmu ibarat samudera
Sempit lautan teduh
Tempatku mandi, mencuci lumut pada diri
Tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
Lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku
Kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
Namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu
Lantaran aku tahu
Engkau ibu dan aku anakmu
Demikian kumpulan puisi untuk Hari Ibu terbaik yang menyentuh hati. Di antara puisi para penyair di atas, mana yang akan kamu pakai, Bela?