Bela, apakah kamu familier dengan istilah dominan dan submisif dalam dunia BDSM? Jika kamu belum terlalu familier, dinamika dominan dan submisif (dom/sub) sendiri dapat diartikan sebagai dua orang yang bertindak mengontrol dan bersedia dikontrol dalam sebuah hubungan. Penentuan dom/sub tentunya harus berdasarkan persetujuan masing-masing pihak.
Dalam aktivitas seks, hubungan dom/sub dipercaya dapat meningkatkan gairah dan koneksi antar pasangan, serta mencapai kepuasan bersama, lho. Jika kamu tertarik untuk mencoba dinamika hubungan dom/sub bersama pasangan, scroll artikel ini hingga selesai, ya!
Bagaimana cara untuk mengetahui jika dinamika dominan dan submisif cocok untukmu?
Jika kamu ingin mengetahui apakah dinamika dom/sub ini tepat untukmu dan pasangan, hal yang perlu kamu lakukan tentu saja dengan mencoba dan menilainya. Coba praktikkan kedua peran ini dalam kehidupan sehari-hari, tentunya dengan persetujuan bersama.
Setelahnya, menurut Lola Jean, seorang sex educator dan headmistresses 7 Days of Domination, sangat penting untuk mengarahkan fokus dan menilai pada apa yang memberimu dan pasangan kesenangan serta kepuasan.
“Dom/sub atau kink dapat membantu pasangan berkomunikasi dengan lebih baik satu sama lain, dan membantu mengeksplorasi sisi playful pasangan, mereka juga akan mendapatkan pemahaman lebih baik terkait perasaan mereka dan bagaimana mengkomunikasikannya," tutur Lola Jean.
Seperti apa dinamika dominan dan submisif yang sebenarnya?
Banyak orang yang terlalu mematuhi 'standar' tertentu dalam hubungan, yang sering kali didasarkan pada model patriarki atau heteronormatif. Misalnya, seorang laki-laki kemungkinan lebih sulit untuk mengatakan atau bahkan mewujudkan keinginannya sebagai seorang submisif, karena hal tersebut dianggap "tidak maskulin".
Lola Jean menyarankan, daripada berfokus pada asumsi bahwa laki-laki seharusnya menjadi dominan dan perempuan menjadi submisif, lebih baik setiap orang bisa fokus terhadap apa yang mereka rasakan di dalam hubungan masing-masing.
"Alih-alih terkekang dalam sebuah 'label,' mengapa tidak fokus pada hal yang diinginkan oleh masing-masing pihak, yang dapat diterjemahkan baik sebagai dominan ataupun submisif,” ujar Lola.
Jika kamu punya keinginan untuk melayani pasanganmu, atau keinginan agar mereka mengontrolmu, kamu mungkin perlu menjelajahi sisi submisifmu. Seperti bersedia untuk melakukan apa yang diminta oleh pasangan, setuju untuk 'dihukum' di kamar tidur dengan spanking atau bondage, hingga 'menyerahkan diri' kepada pasangan di kehidupan sehari-hari.
Namun, jika kamu memiliki keinginan untuk mengontrol pasanganmu secara fisik maupun mental, kemungkinan kamu perlu menjelajahi sisi dominanmu. Termasuk keinginan untuk dipanggil dengan sebutan tertentu, misalnya nyonya ataupun mommy.
Lebih lanjut, dalam komunitas kink sendiri diketahui terdapat sebuah standar yang diberlakukan untuk dinamika dom/sub. Beberapa di antaranya adalah SSC (Safe, Sane, Consensual), RACK (Risk Aware Consensual Kink), PRICK (Personal Responsibility, Informed, Consensual Kink), hingga TICK (Trauma-Informed Consensual Kink).
Standar tersebut tentu saja untuk menjamin persetujuan dan keselamatan di dalam hubungan, termasuk dengan memberikan ruang untuk personalisasi dan eksplorasi.
Bagaimana cara mengeksplorasi dinamika dominan dan submisif secara aman dengan pasangan?
Jika kamu ingin mencoba hubungan dom/sub dengan pasangan, seorang konselor seks dan terapis fisik dasar panggul, Dr. Sara Sohn, menyarankan agar kamu bisa mengawalinya dengan memikirkan skenario di mana kamu dan pasangan sudah berada dalam dinamika dom/sub, dan pikirkan kira-kira peran mana yang sesuai untukmu dan pasangan.
Kamu juga bisa coba dengan bertanya beberapa pertanyaan reflektif kepada dirimu sendiri seperti, "Apakah biasanya aku yang membuatkan sarapan untuk pasanganku? Apakah aku biasanya memberi tugas kepada pasanganku di akhir pekan, dan memberi dia petunjuk bagaimana aku ingin menyelesaikannya?" Dengan pertanyaan ini, kamu jadi bisa menentukan peran yang kemungkinan sesuai untukmu.
Lebih lanjut, Dr. Sara juga menyarankan untuk mengajukan pertanyaan kepada pasangan seperti, “Aku merasa senang saat membuat kopi untukmu di pagi hari. Apa pendapatmu jika hal tersebut aku praktikkan dalam dinamika dom/sub?" atau “Aku menikmati saat mengontrol kegiatan seks kita. Apa kamu bersedia mempertimbangkan untuk menngeksplor hal tersebut dengan cara yang lebih 'formal'?”
Menurut Dr. Sara, kedua sisi spektrum dom/sub terfokus pada pelayanan. Seorang yang dominan akan merasa senang ketika pasangannya tunduk kepada mereka, dan tindakan dominasi tersebut sudah merupakan bentuk dari sebuah pelayanan.
Inti dari dinamika dom/sub sebenarnya adalah untuk mencapai kesenangan konsensual di antara pasangan. Tak perlu merasa tertekan untuk membuat aktivitas dan permainan seks ini berhasil sampai akhir.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa ketika kamu ingin memulai dinamika dom/sub, dalam penentuan perannya penting untuk selalu memfokuskan pada hal yang membuatmu dan pasangan lebih bergairah, daripada terkungkung oleh label berdasarkan 'standar' yang dibentuk oleh masyarakat. Semoga artikel ini bermanfaat untukmu ya, Bela!