Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Beda Jauh, Fedi Nuril Spill Cara Bangun Chemistry dengan Amanda Manopo

Keduanya jadi suami istri di '1 Imam 2 Makmum'

Natasha Cecilia Anandita

Aktor Fedi Nuril akan kembali menyapa layar lebar dalam film 1 Imam 2 Makmum yang akan tayang pada 16 Januari 2024 mendatang. Lagi-lagi, kali ini perankan memiliki dua istri, namun bukan poligami.

Dalam film 1 Imam 2 Makmum, Fedi akan memerankan tokoh Arman yang istrinya meninggal dunia dan diminta menikah lagi dengan sang ibu. Penuh dilema, Arman pun menikah lagi dengan Anika—yang diperankan Amanda Manopo—tanpa rasa cinta.

Popbela berkesempatan berbincang langsung dengan Fedi Nuril tentang perannya di film ini. Ia mengungkapkan bahwa tokoh Arman lebih sulit diperankan daripada tokoh suami poligami. Berikut beberapa fakta menarik dari film 1 Imam 2 Makmum yang diungkap langsung Fedi Nuril.

1. Perankan Arman di film 1 Imam 2 Makmum

Popbela.com/Natasha Cecilia

Dalam film terbarunya, Fedi Nuril memerankan Arman, seorang suami yang belum melupakan mendiang istrinya, Leila (Revalina S. Temat). Ia diminta menikah lagi oleh ibunya dengan seorang perempuan bernama Anika (Amanda Manopo). Anika yang dinikahi tanpa cinta, berusaha untuk membuat suaminya mencintainya.

Saat mendengar premisnya, Fedi Nuril mengaku tertarik dengan film tersebut. Baginya, cerita tersebut bahkan "lebih horor" daripada cerita tentang mendua yang sosoknya ada secara nyata. Di film ini, Anika bersaing tidak secara langsung dengan Leila, tapi kenangan yang dibawa Arman tentang Leila.

"Menurut saya pribadi sih, sepertinya lebih horor ya, bersaing dengan seseorang yang sudah tidak ada gitu. Kita bersaing dengan memori. Kalau misalnya orangnya ada, itu kan bisa disabotase, misalnya kita buat saran akan kecelakaan, sudah orangnya hilang.

Tapi, kalau bersaing dengan memori yang belum ikhlas, yang menandakan cintanya begitu dalam, saya memang nggak ada pengalaman—jangan sampai ada—kok saya kebayangnya itu lebih berat. Karena memori itu dibawa ke mana-mana, entah lagi sendiri, lagi ramai-ramai pun sosok itu terus terbayang," ungkap Fedi Nuril.

2. Lebih susah main suami yang ditinggal meninggal istri daripada suami poligami

Popbela.com/Natasha Cecilia

Fedi Nuril kerap dijuluki sebagai "duta poligami" karena banyak memerankan tokoh suami yang beristri lebih dari satu. Namun, hal tersebut tak membuatnya jadi baper, justru dibawa asyik bercanda. Hal tersebut juga diakui tidak mengganggu kehidupan nyatanya dengan sang istri, meski sebelum menikah, teman-teman istrinya sempat memperingatkannya.

Terkait tokoh yang punya dua istri, Fedi mengungkapkan bahwa baginya lebih sulit memerankan suami yang ditinggal mati istri seperti Arman di 1 Imam 2 Makmum, daripada memerankan suami yang poligami.

Menurut Fedi, hal ini lebih sulit karena selain dia tak memiliki pengalaman pribadi, membangun emosi karakter dengan sosok yang sudah tiada pun tak mudah. Untuk mendalami karakter, Fedi sampai konseling ke psikolog.

"Oh ternyata lebih susah yang ditinggal istri meninggal. Makanya aktor itu kan berakting menggunakan pengalaman pribadi yang mirip, semirip mungkin. Nah, karena aku belum pernah merasakan pasanganku meninggal, jadi aku bingung mau menggali pengalaman atau memori dari mana.

Aku memutuskan untuk konseling ke psikolog supaya bisa paham psikologis seseorang yang berduka karena ditinggal pasangan itu seperti apa. Dan setelah mendengar penjelasan psikolog tersebut, ya memang lebih susah dibanding yang memerankan poligami itu, karena kan sosoknya ada, walaupun nggak ada pengalaman. Rasa berduka, rasa kehilangan yang dalam itu yang aku nggak kebayang rasanya seperti apa. Makanya, aku memutuskan konseling dengan psikolog," jelas aktor berusia 42 tahun itu.

3. Cara Fedi Nuril bangun chemistry dengan Amanda Manopo

instagram.com/1imam2makmum

Film 1 Iman 2 Makmum merupakan proyek kedua yang mempertemukan Fedi Nuril dan Amanda Manopo. Dalam film sebelumnya, dua artis tersebut dipasangkan sebagai kakak adik dan kini menjadi suami istri. Karena sudah cair dan akrab, membangun chemistry pun tak sesulit itu. Bedanya, kali ini obrolan mereka seputar hubungan. 

Fedi mengatakan hal pertama yang ia lakukan untuk membangun chemistry dengan artis yang berbeda usia 17 tahun darinya itu adalah ngobrol dari hati tentang hubungan age gap. Keduanya berbagi pandangan dengan hubungan dengan jarak usia berbeda jauh. Setelahnya baru berbicara tentang pasangan.

"Jadi memang metodenya beda, ya. Tapi, untungnya kami sudah cair dari film sebelumnya. Sudah lebih akrab, sudah lebih santai. Menurut saya, Amanda selain koperatif dan profesional, dia juga kocak gitu. Jadi, kita bercandanya santai, tinggal memang menggunakan metode pendekatan yang berbeda.

Misalnya, waktu mau mulai syuting ini, saya sama Amanda kan jarak umur cukup jauh ya, jadi saya tanya sama Amanda 'Kalau misalnya saya jomblo dan kamu juga jomblo, dan saya nih yang umurnya sudah 42 mendekati kamu, apakah ide itu masih bisa diterima atau kamu langsung nggak ketuaan buat kamu?' dan Amanda menjawab 'Nggak masalah sih itu, kalau memang cocok oke'.

Dan itu penting karena kalau di kepala Amanda umurku itu kejauhan untuk mau mencoba atau masuk ke hubungan yang lebih romantis, nanti kalau dia menolak ide itu, nanti terasa gap-nya, ya ada batasan. Jadi, bisa kayak robot, jadi akan terasa 'Kok kurang natural atau kurang tulus' gitu. Tapi, kalau memang buat dia nggak masalah, itu sudah satu sekat dilewati. Baru kita ngomongin yang lebih dalam soal hubungan antar pasangan, apa yang kamu expect atau kamu harapkan dari pasangan kamu. Jadi, memang obrolannya jadi beda dibanding film sebelumnya, lebih fokus antara pasangan," cerita aktor kelahiran Jakarta tersebut.

4. Penuh emosi, Fedi Nuril spill adegan tersulit

Popbela.com/Natasha Cecilia

Dalam film produksi Base Entertainment dan Cahaya Picture ini, Fedi Nuril membocorkan salah satu adegan tersulit dan penuh emosi saat syuting. Adegan tersebut adalah momen di mana Arman akhirnya menceritakan perasaan dukanya ke Anika. Adegan tersebut amat sulit karena monolog, di depan air terjun, dan berakhir harus dubbing karena suaranya kurang terdengar jelas. Kesulitan tersebut juga karena emosinya harus dipertahankan antara adegan langsung dan dubbing

"Adegan tersulit adalah adegan di mana Arman akhirnya menceritakan perasaan duka dia ke Anika. Itu panjang dialognya, jadi semacam monolog dan itu bukan hanya harus bisa menyadarkan atau membuat Anika paham, 'Oh ternyata selama ini beban yang kamu bawa tuh seberat ini', tapi buat penonton juga.

Aku sih merasa nanti di awal-awal penonton akan kesal sama Arman, tapi juga mungkin penonton akan bingung. Ya, itu susah karena monolog nih Amanda tuh dengerin aja gimana caranya membuat Anika dan penonton nanti lupa lah sama hal-hal yang menyebalkan di depan di awal-awal film terhadap Arman dan paham kenapa seberat itu Arman melupakan atau mengikhlaskan istrinya.

One take, jadi dari action tuh, ya, ada dialog kurang lebih kayak bertanya gitu kan. Nah, itu kayak storytelling sih, jatuhnya monolog storytelling. Nah, itu panjang, maksudnya kalau salah di tengah, misalnya lupa dialog atau ngomongnya belibet, itu ulang dari awal. Bisa aja sih di tengah-tengah, cuma aku tipe yang nggak kalau di tengah-tengah. Emosinya beda dan yang bikin itu lebih susah lagi.

Adegan itu harus di-dubbing ulang karena kita syutingnya waktu itu outdoor semacam tempat camping dan ada air terjun. Ya, itu susah, cukup stressful adegan itu karena memang adegannya emosional, kan pasti si aktor ini juga tubuhnya akan bereaksi atas emosi itu," jelas Fedi Nuril.

5. Dapat ilmu menemani orang berduka

instagram.com/1imam2makmum

Dari film tersebut, Fedi mengaku mendapat banyak ilmu terkait hidup atau menemani orang yang sedang berduka. Ia menyadari kalau menemani orang yang berduka itu nggak nyaman. Bahasa komunikasinya pun berbeda dan perlu tahu bagaimana mencintai orang yang berduka. Tak hanya itu, 1 Iman 2 Makmum juga mengajarkan kalau cinta memang nggak bisa diburu-buru. 

"Nah, ini ilmu yang aku dapat sendiri waktu riset dan pengalamannya. Aku tuh belajar banyak tentang hidup dengan orang yang sedang berduka. Contohnya, menemani orang berduka itu nggak nyaman dan ternyata salah satu motivasi seseorang ingin orang yang berduka ini semoga cepat move on karena dia sendiri nggak nyaman.

Dan aku tanya ke psikolog, 'Lalu idealnya gimana? Orang yang menemani orang yang berduka ini harus bagaimana?' Pastikan rutinitasnya tetap jalan. Misalnya, 'Udah makan belum? Mau makan?' Kalau dia bilang nggak mau, ya udah jangan dipaksa. Misalnya khawatir nih dia belum makan-makan, nggak apa-apa tanya lagi.

Nah, aku harap buat nanti penonton yang mungkin juga nggak tahu soal bagaimana memperlakukan orang yang sedang berduka, bisa dapat inspirasi dari film ini. Karena bisa dibilang film ini dibangun berdasarkan psikologi itu sih.

Bagaimana menghadapi, bahasa bahkan sampai ke titik bahasa komunikasinya, dialognya. Dan ya itu sih, karena di saat kita berhadapan dengan orang berduka, jangan berharap logis dan bisa berpikir jernih. Kita hanya harus sabar dan fasenya nggak bisa dipercepat.

Soal cinta sama sih. Cinta juga nggak bisa di buru-buru. Dia bisa aja datang tiba-tiba atau datang kemudian, dan lebih spesifik bagaimana cara mencintai orang yang berduka," kata Fedi.

Itu dia beberapa fakta menarik dari film 1 Imam 2 Makmum yang diungkap langsung oleh Fedi Nuril.

IDN Channels

Latest from Married