Fenomena pernikahan dini atau pernikahan yang terjadi di antara pasangan yang berusia di bawah 19 tahun nyatanya masih terus terjadi di Indonesia. Walaupun sudah ada peraturan tertulis yang menetapkan batasan usia minimal bagi laki-laki maupun perempuan untuk menikah, namun praktik perkawinan anak masih saja terjadi. Padahal, pernikahan di usia dini mengakibatkan berbagai dampak negatif, mulai dari aspek kesehatan, hingga ekonomi.
Kira-kira, mengapa pernikahan dini bisa terus terjadi, ya?
Untuk menjawabnya, simak 7 penyebab pernikahan dini berikut ini, Bela.
1. Kesulitan ekonomi keluarga
Yang pertama, faktor ekonomi disebut menjadi penyebab utama terjadinya pernikahan yang dilakukan di usia dini. Beberapa orang tua menganggap bahwa dengan menikahkan anaknya (terutama anak perempuan) di usia yang sangat muda dapat meringankan beban ekonomi mereka.
Sayangnya, hal ini rentan menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti putus sekolah, kehamilan yang tidak terencana maupun keguguran saat hamil akibat organ reproduksi yang belum berkembang sepenuhnya, hingga risiko kesehatan mental yang terganggu.
2. Budaya yang berlaku di masyarakat
Berbagai tradisi di Indonesia nyatanya memandang pernikahan dini sebagai sesuatu hal yang wajar. Kendati hal ini sebenarnya bertentangan dengan peraturan tentang pernikahan yang berlaku di Indonesia, utamanya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perkawinan yang membahas mengenai batas minimal usia menikah bagi laki-laki dan perempuan. Alhasil, pernikahan di usia yang sangat muda pun masih terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.
3. Tingkat pendidikan yang rendah
Rendahnya tingkat pendidikan pada orang tua maupun anak-anak juga menjadi penyebab lain dari terjadinya pernikahan dini. Hal ini membuat mereka memiliki pemahaman yang kurang baik tentang pernikahan dini, termasuk risiko yang ditimbulkannya, baik dari aspek fisik, mental, maupun pendidikan.
4. Pergaulan bebas
Di zaman sekarang, pergaulan bebas nyatanya semakin marak terjadi di kalangan anak remaja. Tak jarang hal ini pun mengakibatkan kejadian kehamilan di luar nikah. Oleh karenanya, banyak orang tua yang memilih untuk menikahkan anaknya, meskipun masih berusia sangat muda.
Namun, tentu saja hal ini memberikan dampak yang negatif bagi si anak. Tak hanya belum siap baik secara fisik maupun psikologis, situasi ini juga mampu memicu terjadinya perceraian dini, karena didasarkan atas keputusan yang kurang matang.
5. Paparan konten pornografi
Di era digital saat ini yang memungkinkan remaja mengakses segala macam informasi tanpa filter, membuat mereka dapat menerima konten negatif yang dapat memengaruhi kehidupannya, salah satu contohnya ialah pornografi.
Konten porno yang disaksikan oleh para remaja akan meningkatkan kemungkinan mereka melakukan aktivitas seksual sebelum menikah, yang dapat berujung dengan kehamilan di luar nikah. Pernikahan pun tak jarang diambil sebagai jalan keluarnya.
6. Kesalahan pola asuh
Pola asuh yang keliru juga nyatanya dapat memengaruhi anak untuk menikah muda. Misalnya, seorang anak yang tumbuh besar dengan sosok orang tua yang kasar, bisa jadi memilih untuk menikah dini sebagai langkah mencari rasa aman yang ia tidak dapatkan di dalam rumah. Ataupun anak yang kerap kali diabaikan semasa ia kecil, pernikahan dini kemungkinan dipilih sebagai cara untuk mendapatkan rasa cinta yang tidak didapatkannya dulu.
7. Keinginan diri sendiri
Pernikahan dini juga terjadi disebabkan oleh keinginan pasangan berusia remaja untuk menikah. Mereka mungkin sudah berpacaran lama dan merasa sudah siap untuk berumah tangga, kendati sebenarnya belum benar-benar siap.
Itu tadi beberapa penyebab pernikahan dini yang masih terjadi hingga saat ini. Baik orang tua, pemerintah, maupun masyarakat secara umum tentu perlu menaruh perhatian kepada fenomena ini. Sebab, pernikahan dini dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, baik dari segi kesehatan, pendidikan, hingga ekonomi. Semoga artikel ini bermanfaat untukmu, Bela.