Jika kamu sering menonton drama atau film Korea, pasti nggak asing lagi dengan tradisi blind date yang sudah menjadi budaya di Korea Selatan sana dalam mencari pasangan. Hal tersebut dilakukan karena sedikitnya minat orang Korea untuk menikah. Bahkan baru-baru ini, beberapa universitas di Korea salah satunya Universitas Inha membuka kursus tentang kesuksesan cinta dan pernikahan dengan tugas wajibnya pacaran.
Dilansir dari Koreaboo, sebuah survei tentang pernikahan sebanyak 41,4 persen peserta survei berusia 13 - 24 tahun menjawab pernikahan bukanlah keharusan di tahun 2016. Hal tersebut menyebabkan angka kelahiran di Korea Selatan rendah. Oleh karena itu, salah satu upaya meningkatkan pernikahan adalah dengan blind date. Jenis blind date sendiri bermacam-macam.
Blind date ini mempertemukan dua orang asing di mana keduanya merupakan temannya teman. Nah, si teman yang mereka kenal ini yang mempertemukan mereka. Kedua orang asing tersebut akan mengadakan pertemuan di ruang publik, biasanya seperti kafe. Orang yang mengatur pertemuan ini biasanya akan datang atau mampir hanya sekadar mencairkan suasana. Jika saling cocok, maka si orang ketiga ini akan meninggalkan mereka berdua. Ke depannya tergantung mereka berdua.
Tipe bungaeting sendiri awalnya kedua orang asing yang nggak saling kenal ini berkenalan lewat aplikasi dan mereka memutuskan untuk bertemu. Awalnya mereka berkenalan secara online saja yang kemudian memutuskan untuk bertemu.
Nah, ini blind date yang paling serius karena memang bertujuan untuk pernikahan. Bisa dibilang jenis seperti ini adalah perjodohan, ketika masing-masing pihak sudah saling mencari tahu latar belakang pendidikan, keluarga dan sebagainya. Keputusan akan berlanjut ke jenjang pernikahan nggaknya tergantung kedua pihak tersebut.