Di masa kini, traveling nggak lagi menjadi sebuah hobi yang dijalani saat senggang, atau sekadar jalan-jalan melepaskan penat dari kesibukan padat yang menimbulkan tekanan dalam pikiran. Di era modern ini, traveling diyakini sebagai sebuah petualangan atau perjalanan menemukan diri sendiri, menambah pengalaman yang membuat hidup menjadi lebih berharga, serta sebuah obat atau cara untuk menemukan cinta yang dicari.
Namun melansir dari People, masing-masing gender memiliki tujuan tersendiri ketika ingin melakukan traveling. Ada yang melakukan perjalanan untuk mencari cinta, dan ada pula yang melakukannya untuk membangun kemandirian dalam dirinya. Kira-kira, mana dari laki-laki dan perempuan yang memiliki tujuan tersebut?
1. Laki-laki mencari cinta atau pasangan idaman
Sebuah survei yang dilakukan oleh Topdeck Travel menemukan bahwa sekitar 20% laki-laki yang berusia 18-35 tahun akan melakukan traveling jika dapat menemukan pasangan idamannya. Dengan kata lain, laki-laki traveling untuk mencari cinta atau untuk menemukan teman hidupnya. Traveling itu sendiri dilakukan setelah lulus kuliah dan sebelum memulai kehidupan kariernya, yaitu sekitar rentang 1 tahun di antaranya.
2. Perempuan ingin menumbuhkan kemandirian
Berbeda dengan laki-laki, hasil dari survei itu menemukan kalau perempuan justru melakukan traveling untuk melatih kemandiriannya. Kaum hawa nggak melakukan perjalanan ke berbagai belahan dunia untuk menemukan cinta sejatinya. Melainkan, ia ingin traveling dapat menjadikannya sebagai pribadi yang lebih mandiri yang baik untuk dirinya, dan secara nggak langsung baik pula untuk dunia kerja nantinya.
3. Pengalaman traveling memberikan keuntungan untuk melamar kerja
Survei yang melibatkan 4,515 orang dewasa dari kalangan millennial Amerika Serikat ini juga menunjukkan kalau baik perempuan dan laki-laki setuju jika pengalaman traveling dapat memberi keuntungan untuk melamar kerja nantinya. Pengalaman jalan-jalan seperti bertemu dan membuat teman di kota baru, mempelajari bahasa asing, dapat menjadi faktor pendukung yang dapat menguatkan kelebihan diri saat ingin bekerja. Namun sayangnya, masih banyak yang ragu untuk melakukan traveling, terutama setelah lulus dan sebelum mulai bekerja.
4. Nggak ada waktu dan biaya untuk melakukan traveling
Survei tersebut menunjukkan, meskipun traveling dapat memberikan dampak positif yang berguna untuk karier ke depannya, banyak kalangan millenial yang masih ragu untuk melakukan hal itu. Sebanyak 41% responden mengatakan kalau biaya mereka nggak mencukupi untuk melakukan traveling atau a-gap-year ini. Lalu sebanyak 20% responden meyakini kalau kegiatan tersebut hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang memiliki banyak waktu senggang. Sekitar 21% mengatakan a-gap-year hanya untuk orang-orang yang belum memiliki tujuan karier. Terakhir, sekitar 19% berpikir kalau traveling setelah lulus justru hanya akan membuatnya kesulitan mencari dan mendapatkan pekerjaan.
5. Rasa takut menghalangi keinginan traveling
Selain temuan di atas, survei Topdeck juga menemukan kalau ketakutan menjadi alasan yang menahan millennial untuk melakukan traveling. Sekitar 18% responden mengatakan kalau dirinya cemas untuk traveling sendiri setelah lulus. Sedangkan 26% perempuan mengatakan mereka khawatir dengan keselamatannya ketika jalan-jalan sendiri, dan ada 15% laki-laki yang mengkhawatirkan masalah sama. Lalu, ada 14% responden yang mengaku takut dengan hal yang keluarga dan temannya pikirkan jika ia traveling setelah lulus.
6. Traveling dapat menghalangi kesempatan mendapatkan pekerjaan
Rupanya, masih banyak millennial Amerika yang berpikir jika traveling setelah lulus dapat menyulitkan kesempatannya mendapatkan pekerjaan. Padahal di negara itu sendiri, perusahaan menilai bahwa pengalaman traveling menjadi salah satu faktor utama yang dipertimbangkan oleh mereka. Namun sayangnya, hanya 14% responden survei yang memercayai hal tersebut.
7. Traveling nggak harus selalu setelah lulus
Setelah lulus dan sebelum bekerja, atau yang biasa dikenal dengan istilah a-gap-year ini menjadi waktu yang tepat untuk melakukan traveling karena kamu baru saja menyelesaikan pendidikanmu, serta masih belum disibukkan dengan rutinitas pekerjaan harian di kantor. Traveling pada momen ini pun dapat menjadi bekal berharga yang dapat berguna saat melamar kerja.
Namun, jika nggak dapat melakukannya setelah lulus karena alasan tertentu, kamu masih bisa melakukannya di waktu lain. Hal yang terpenting, kamu menyempatkan diri untuk melakukan perjalanan dan mengambil pengalaman berharga yang dapat membangun potensi dirimu.
Baik itu mencari cinta atau melatih kemandirian, atau untuk alasan lainnya, traveling memberikan nilai-nilai kehidupan yang dapat menjadi bekal berharga untuk dirimu sendiri. Jika dapat melakukan traveling dalam rentang a-gap-year, ini menjadi kesempatan yang baik untuk menambah pengalaman dan kemampuan sebelum masuk ke dunia kerja. Jika belum sempat, masih ada waktu lain untuk memulai petualanganmu, Bela!