Tak jauh dari distrik lampu merah kota Osaka, terdapat rumah bordil yang umurnya lebih dari satu abad. Namanya Taiyoshi Hyakuban. Rumah bordil ini menjadi saksi bisu menjamurnya industri seks pada era Taisho tahun 1912-1926.
Banyak masyarakat berusia lanjut di Jepang mengenang tempat ini, ketika pemerintah melarang keras prostitusi 1957. Seseorang yang tak mau disebutkan namanya bercerita, dahulu mereka berdalih hanya ingin menyewa kamar di Taiyoshi Hyakuban, alih-alih mencari 'kupu-kupu malam' demi menghindari sanksi hukum.
Pemerintah Jepang menetapkan Taiyoshi Hyakubban sebagai "warisan budaya yang terdaftar" atas pengakuan nilai dan signifikansi historisnya. Sayangnya, revitalisasi bangunan ini terbengkalai dan belum mendapat dana untuk melindunginya.
Revitalisasi Taiyoshi Hyakuban menjadi restoran
Taiyoshi Hyakuban kini berhenti beroperasi sebagai rumah bordil selama beberapa dekade. Demi menyelamatkan tempat ini, pemerintah Jepang merevitalisasinya menjadi restoran pada tahun 1970. Sayangnya, distrik ini masih dianggap sebagai simbol industri seks yang kental oleh masyarakat sekitar. Masyarakat percaya bahwa restoran itu menjadi titik temu para pria hidung belang dengan para pekerja seks komersial.
Dengan desain interior bergaya Jepang dan Barat, Taiyoshi Hyakubban menampilkan pintu geser yang dicat halus dengan langit-langit berhiaskan lampu-lampu remang.
"Sebagian besar arsitektur bergaya Jepang yang berumue satu abad lebih terbakar dalam serangan udara masa perang atau kebakaran besar," Shinya Hashizume, seorang profesor sejarah arsitektur di Universitas Prefektur Osaka, mengatakan kepada AFP.
Bangunan ini kaya akan seni yang dapat dilihat dari keberagaman mural, dari sosok dewi memainkan instrumen tradisional hingga pedagang Belanda dengan pakaian kuno yang menghiasinya. Tak lupa lentera merah yang menggantung di lantai dua gedung pada malam hari yang membangkitkan nostalgia pada arsitektur era Taisho.
"Di sini, seni adalah bagian dari bangunan... itulah yang luar biasa," kata Masakazu Rokuhara, seorang arsitek yang terlibat dalam proyek restorasi.
Restoran Taiyoshi Hyakuban kini populer dengan sajian hot pot dan mie soba dengan kapasitas 110 tamu dan 13 ruangan besar dan kecil.
Naasnya, restoran ini terpaksa tutup untuk umum sejak musim semi tahun lalu lantaran penyebaran virus corona dan hanya beroperasi untuk reservasi dan jam tertenru saja.
Sementara itu, pemiliknya telah lama berencana untuk merombak bangunan tersebut, namun terhalang oleh dana dan donasi yang dikumpulkan pun kurang akibat dari pandemi COVID-19.
Menjadi rumah birahi
Komplek kehidupan malam ini dibuka pada tahun 1918, lalu ditutup setelah Undang-Undang Pencegahan Prostitusi mulai berlaku pada 1958.
Demi menyelamatkan rumah bordil ini, sekelompok agen real estate lokal meluncurkan donasi untuk mengumpulkan 15 juta yen (sekitar Rp1,8 miliar).
"Kami khawatir revitalisasi akan terhambat dilakukan jika kami harus menunggu dan membiarkan bangunan itu terus memburuk selama 10 tahun lagi," kata Keisuke Yotsui, seorang anggota kampanye.
Taiyoshi Hyakuban menjadi lambang distrik lampu merah Tobita-Shinchi yang bersejarah, yang menampung ratusan rumah bordil seabad yang lalu.
Menarik tali ke belakang, di Era Taishou distrik kehidupan malam ini menawarkan suasana cabul, di mana wanita duduk di pintu rumah bordil menggoda para lelaki yang kebetulan sedang berjalan.
Kembali ke masa sekarang, Taiyoshi Hyakuban kini bertransformasi menjadi restoran Jepang kelas atas selama beberapa dekade. Meskipun begitu, kini Taiyoshi Hyakuban ditutup sementara lantaran mengalami penurunan omzet sebesar 80% sejak pandemi menyerang.
Penggalangan dana untuk revitalisasi yang rumit lantaran pandangan masyarakat yang negatif terhadapat tempat ini.
"Kami mendengar seorang perempuan memberi tahu bahwa mereka tidak mungkin memberikan uang untuk itu, karena hubungannya dengan industri seks," kata Yotsui kepada AFP.
Terlepas dari hambatan, pada bulan Agustus 2021, mereka telah mengumpulkan hampir 19 juta yen dan revitalisasi kini telah dimulai. Meskipun Taiyoshi Hyakuban memiliki sejarah yang buruk, tetapi setidaknya bangunan itu masih layak diselamatkan.
"Bangunan arsitektur ini menjadi satu-satunya saksi bisu yang bertahan akan sejarah industri seks di Jepang. Sejarah ini menjadi kekuatan di mana distrik ini bertahan," tambahnya.
Bagaimana Bela pendapatmu ? Tulis di kolom komentar, ya!