Ramadan menjadi bulan yang paling dinanti oleh umat muslim seluruh dunia. Nggak hanya soal beribadah di masjid atau menjalankan puasa sebulan penuh, tapi juga tradisi menariknya selama bulan tersebut.
Kalau di Indonesia, tradisi unik bulan Ramadan disambut dengan saling mengirimkan ucapan maaf terhadap sesama, mencari takjil ketika berbuka puasa, perang sarung saat menunggu azan subuh, atau keliling kampung sambil membangunkan warga untuk bersantap sahur. Sebuah tradisi yang sungguh membuat hati rindu akan suasana tersebut kala menjalani puasa di tengah pandemi.
Lain Indonesia, lain pula negara lainnya di dunia. Setiap negara yang merayakan bulan Ramadan pasti punya ciri khas tersendiri dan menjadi wisata tak terlupakan buat umat muslim yang berada di sana. Kira-kira, kalau di negara lain seperti apakah tradisi unik saat bulan Ramadan tiba?
1. Perayaan MTQ di Korea Selatan
Kalau kamu tinggal atau datang ke Korea saat bulan Ramadan tiba, datanglah ke distrik Itaewon di mana kamu akan disuguhkan dengan tradisi perlombaan membaca Alquran yang diadakan oleh Korean Muslim Federation (KMF) setiap hari Jumat pada bulan Ramadan.
Meski jumlah umat muslim di Korea Selatan sangat sedikit tapi tak mengurangi kemeriahan tradisi yang hanya ada selama bulan Ramadan. Acara tersebut diadakan di Seoul Central Mosque dalam mempererat hubungan silaturahmi antar warga muslim di negeri Ginseng.
Berkumpulnya umat muslim dalam satu area sambil mendengarkan lantunan ayat suci Alquran menjadi pemandangan yang indah bagi orang lain yang melihatnya. Tak heran jika masjid yang paling besar di distrik itu selalu penuh dengan kedatangan umat muslim dari seluruh penjuru Korea.
Selain itu, KBRI Indonesia yang ada di Korea sering mengadakan acara buka bersama setiap hari Sabtu. Segala hidangan khas cita rasa Indonesia tersaji di sana. Para pelajar Indonesia yang menempuh pendidikan di sana biasanya turut hadir dalam acara tersebut. Siapa tahu bisa berjodoh dengan salah satu dari mereka?
2. Festival Fanous di Mesir
Melipir sejenak ke dataran Afrika bagian Timur laut, kamu akan menemukan pemandangan yang berbeda dari negara lainnya. Indah dan eksotis dipenuhi dengan lentera yang terang-benderang di setiap sudut jalan.
Yup, pemandangan cantik itu dikenal dengan festival Fanous yang artinya lampu atau cahaya. Festival Fanous di Mesir merupakan perayaan yang dilakukan sebagai simbol datangnya bulan suci. Festival itu pertama kali diadakan pada zaman khalifah Fatimiyah sejak abad ke-10.
Setiap sudut rumah, mall, bahkan hotel dihias dengan lampu lentera yang terbuat dari logam atau kaca berwarna-warni guna memperindah kota dan memeriahkan bulan Ramadan yang penuh berkah. Jadi, jalan sekitar Mesir tak lagi terlihat suram atau menakutkan untuk dilewati kala bulan Ramadan tiba. Kamu akan dibuat terpana dengan keindahan sinar lampu yang terpancar dari lentera.
3. Festival Garangao di Qatar
Tradisi Ramadan di Qatar cukup menggemaskan karena melibatkan anak kecil. Niatnya, sih, biar anak-anak kecil di sana yang ikut berpuasa jadi lebih semangat menjalankan ibadah selama 2 minggu terakhir di bulan Ramadan. Makanya, tradisi ini berlangsung sekitar pertengahan bulan yakni tanggal 13-15 di bulan Ramadan.
Sejumlah kostum khusus disiapkan untuk festival Garangao. Anak laki-laki yang ikut festival memakai pakaian arab hitam berompi merah dengan sulaman emas. Sementara, anak perempuan mengenakan pakaian tradisional disdaashas berwarna cerah atau hijab hitam yang benangnya berwarna emas.
Mereka berjalan kaki secara bergerombol sambil menyanyikan lagu Garangao. Lalu, mengetuk satu persatu pintu rumah tetangga seraya menerima makanan manis dari sang pemilik rumah. Makanan tersebut mereka simpan dalam tas berbahan katun yang dikalungkan di leher. Sekilas, mirip trick and treats-nya Halloween, ya.
Nggak hanya anak-anak saja yang antusias, tapi orang tua di Qatar tak kalah antusias menyambut hadirnya festival tersebut. Para orang tua meluangkan waktu untuk berbelanja aneka makanan manis yang bakal dibagikan ke anak-anak yang mengetuk pintu rumah. Wah, serunya!
4. Semarak kuliner khas Turki di Jerman
Tradisi Ramadan di Jerman berhubungan dengan wisata kuliner khas Turki. Sebagain besar umat muslim di sana berasal dari imigran Turki yang pindah karena bekerja, menempuh pendidikan, atau menikah dengan penduduk lokal. Kala Ramadan tiba, ada berbagai makanan khas Turki yang memanjakan lidah. Makanan tersebut hanya dijual pada bulan Ramadan.
Di sana, kamu akan menemukan minuman berbahan baku gula hitam atau suus. Atau sejenis dschellab, minuman yang terbulan dari gula dan sirup kurma untuk melegakan tenggorakan yang kering karena berpuasa.
Nggak hanya minuman saja, tapi beragam penganan manis juga tersedia seperti qata’ef (kue kering yang direndam sirup gula), dan kalladsch (adonan pilo isi kacang-kacangan). Pantas saja, jika atmosfir Turki sangat terasa di Jerman ketika Ramadan. Ternyata, mereka juga gemar berburu takjil untuk berbuka puasa.
5. Kegiatan Mesaharaty di dataran Timur Tengah
Siapa yang paling sering menyetel alarm buat bangun sahur? Menunggu momen-momen orang lain membangunkan sahur dirimu dan keluarga untuk sahur? Atua malah kamu sudah bisa bangun sahur dengan sendirinya.
Tapi, buat negara-negara seperti Arab Saudi, Yaman, dan Mesir, tradisi Mesharaty tetap terjaga dengan baik. Arti kata Mesharaty adalah "Pemanggil Sebelum Fajar". Mereka turun ke jalan dengan membawa penabuh dan memakai pakaian tradisional demi membangunkan para tetangga atau orang lain dari tidur lelapnya.
Sama dengan di Indonesia, para laki-laki yang berkeliling menyanyikan lagu pujian kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW guna menyemarakkan suasana sahur yang cenderung sepi. Keberadaan mereka memberi arti tersendiri buat orang lain yang dibangunkan. Teknologi boleh canggih, tapi hadirnya mereka sungguh tak dapat dilupakan. Malah tanpa tabuhan gendang atau suara alat musik lainnya, sahur terasa begitu sunyi.
6. Tradisi tembak meriam di Sarajevo
Negara pecahan dari kerajaan Yugoslavia ini juga tak mau kalah menarik tradisinya saat Ramadan. Pada abad ke-18, Bosnia-Herzegovina pernah ditaklukan oleh pemerintahan Ottoman sehingga beberapa dari penduduk di sana yang memeluk agama Islam.
Yellow Bastion menjadi titik lokasi berkumpulnya umat muslim di sana ketika Ramadan. Mereka rela berjalan kaki dan berkumpul di tempat tersebut hanya untuk mendengarkan suara dentuman keras dari meriam yang berusia ratusan tahun. Cukup unik, bukan?
Usut punya usut, ternyata Yellow Bastion merupakan bangunan bersejarah untuk umat muslim yang tinggal di kota Sarajevo. Dentuman meriam yang berisi kembang api ini selalu dibunyikan sebagai penanda awal dari berbuka puasa. Jadi, mereka tak mendengarkan azan dari ponsel atau layar kaca. Mereka lebih memilih untuk berkumpul di tanah lapang sambil menikmati makanan yang dibawa.
Tradisi tembak meriam di kota Sarajevo adalah bentuk kerukunan dan toleransi beragama bagi masyarakat di sana, baik muslim atau non muslim. Meski bunyi dentuman meriam cukup keras, tapi tak ada satu pun orang lain yang melarang atau merasa terusik dengan tradisi tersebut. Mereka malah menyambut dengan suka cita. Memahami indahnya perbedaan.
Itulah sebagian tradisi unik nan menarik dari berbagai negara di dunia. Adakah tradisi Ramadan yang membuat kamu kangen, Bela?