Baru-baru ini, jagat raya digemparkan dengan kerusuhan yang terjadi di Prancis setelah aksi penembakan yang dilakukan oleh pihak polisi kepada seorang remaja. Kerusuhan yang diawali di kota Nanterre lebih dulu itu akhirnya menyebar ke kota-kota lain di Prancis sebagai aksi unjuk rasa terhadap penembakan yang diduga didasari oleh rasisme.
Meski kerusuhan ini menjadi krisis nasional terbesar bagi Presiden Immanuel Macron, aksi kerusuhan yang dipicu oleh tindakan rasisme sudah pernah terjadi sebelumnya di negara-negara lain. Bahkan, Indonesia juga pernah mengecap pahitnya insiden tersebut di salah satu wilayahnya.
Lantas seperti apa ragam insiden kerusuhan yang terjadi akibat adanya aksi rasisme? Berikut informasi yang sudah Popbela rangkum untukmu.
1. Insiden 13 Mei 1969 di Malaysia
Insiden 13 Mei 1969 merupakan aksi kerusuhan yang terjadi di Kuala Lumpur, Malaysia antara Tionghoa dengan Melayu setelah dilakukannya Pemilu Malaysia tahun 1969. Aksi kerusuhan dipicu setelah kemenangan partai terbesar Tionghoa, Democratic Action Party dan aksi pawai kemenangan partai tersebut yang mengolok-olok orang Melayu.
Pada 13 Mei 1969, kerusuhan terjadi akibat tersiarnya kabar kelompok Tionghoa yang menyerang kelompok Melayu di Setapak. Mobil dan rumah dibakar, serta banyak orang yang terluka bahkan meninggal. Sebagai imbasnya, sebanyak 196 orang tewas dari kerusuhan ini.
2. Kerusuhan rasial Singapura 1964
Kerusuhan di Singapura pada tahun 1964 ini merupakan rangkaian kerusuhan yang terjadi saat Singapura dan Malaysia bergabung untuk menguatkan keamanan dan ekonomi bagi kedua belah negara. Kerusuhan ini digadang-gadang sebagai pemicu merdekanya Singapura pada 1965 serta ketatnya peraturan mengenai ras dan budaya di Singapura.
Insiden ini terjadi di dua saat yang berbeda, pada 21 Juli 1964 yang bertepatan dengan perayaan Maulid Nabi serta 2 September 1964. Sama seperti Insiden 13 Mei 1969 di Malaysia, kerusuhan ini melibatkan kelompok Tionghoa dan Melayu. Sebanyak 23 orang tewas dan 454 lainnya menderita luka-luka dari dua kerusuhan ini.
3. Kerusuhan Papua 2019
Insiden yang awalnya merupakan aksi unjuk rasa yang berubah rusuh, merupakan imbas dari rentetan berita hoaks serta kasus pengamanan mahasiswa Papua di Surabaya, Malang, dan Semarang, yang diduga didasari rasisme. Kerusuhan pun terjadi di bulan Agustus hingga akhir September 2019 di berbagai kota di Papua.
Kasus pertama yang memicu kerusuhan di Bumi Cenderawasih ini berupa dugaan persekusi dan rasisme yang dilakukan organisasi masyarakat dan aparat terhadap mahasiswa Papua. Hasilnya, lima orang tewas serta banyak kantor dan kendaraan yang dirusak.
4. Protes George Floyd
Kasus rasisme terhadap kelompok kulit hitam serta penembakan rasanya sering terjadi di Amerika Serikat, namun kasus kematian George Floyd pada tahun 2020 silam memicu protes dan kerusuhan besar-besaran. Pasalnya, kematiannya diakibatkan pihak polisi berkulit putih yang diduga atas dasar rasisme, setelah dikupas di persidangan.
Meski mayoritas unjuk rasa terhadap kasus ini berjalan tertib, namun tak dipungkiri kerusuhan juga terjadi seperti di Minneapolis. Terjadi bentrok antara polisi dan masyarakat, bahkan polisi terpaksa menyemprotkan gas air mata. Tak hanya itu, jalanan diblokade dan banyak kendaraan yang hangus terbakar saat kerusuhan berlangsung.
5. Kerusuhan di Prancis
Kerusuhan akibat kasus rasisme baru-baru ini kembali terjadi di Prancis setelah tewasnya Nahel M., remaja keturunan Algeria yang ditembak oleh polisi di dalam mobilnya. Insiden itu memicu kerusuhan di kota Nanterre dan menjalar ke kota-kota lain di Prancis dalam waktu cepat. Halte serta beberapa kendaraan dibakar di jalanan, serta meningkatnya ketegangan antara masyarakat dan polisi.
Akibat kerusuhan yang terjadi sejak Selasa (27/06) malam itu, Presiden Emmanuel Macron bahkan harus mengadakan rapat dadakan dengan jajaran menterinya. Kerusuhan ini disebut menjadi krisis terbesar pertama dalam pemerintahan Emmanuel Macron selama menjabat sebagai Presiden Prancis.
Semoga kerusuhan bisa cepat mereda dan keadaan kembali normal dengan cepat. Semua kerusuhan akibat rasisme ini diharapkan bisa menjadi pembelajaran, ya, Bela.