Bencana gempa bumi adalah insiden alam yang sulit diprediksi secara absolut, termasuk gempa bumi berkekuatan hingga 9,9 magnitudo yang dikenal sebagai megathrust. Berdasarkan berbagai pemberitaan, para ahli kini memperkirakan adanya potensi ancaman megathrust, khususnya di beberapa lokasi di Indonesia.
Namun, ancaman megathrust bukanlah hal baru. Jejak gempa megathrust telah ditemukan di zaman kuno melalui penelitian arkeologis. Bukti fisik yang tersebar di beberapa lokasi di bumi ini pun memperkuat pemahaman mengenai megathrust dan dapat berguna dalam merespons ancaman serupa di masa depan.
Kalau begitu, mari kita sama-sama menjelajahi salah satu jejak gempa megathrust di zaman kuno secara virtual melalui ulasan di bawah ini. Kamu pasti penasaran di mana lokasinya dan bagaimana penampakannya, bukan?
1. Hilangnya peradaban kota besar
Melansir dari english.elpais.com, para ahli dari berbagai universitas di Spanyol dan Meksiko telah melakukan rangkaian penelitian mengenai hilangnya peradaban kota-negara Teotihuacán, sebuah situs arkeologi di Lembah Meksiko yang merupakan salah satu pusat kekuasaan pra-Hispanik terpenting di benua Amerika.
Hal ini dibuktikan melalui jejak arkeologis dari abad kedua, dengan populasi yang diperkirakan mencapai 100.000 penduduk. Namun, memasuki abad ketujuh, para ahli menemukan bahwa jumlah penduduk di kota-negara Teotihuacán mengalami penyusutan hingga mencapai kurang dari 5.000.
Diterbitkan di Journal of Archaeological Science, berjudul Teotihuacán: Ancient Culture Affected by Megathrust Earthquakes During the Early Epiclassic Period (2024), hasil studi memaparkan faktor penyebab yang mengejutkan, yakni lima gerakan seismik besar, yang diperkirakan terjadi sekitar tahun 100 dan 650 M.
Dalam penjelasannya, gerakan tersebut diyakini mengarah pada gempa megathrust berulang di Palung Mesoamerika di Samudera Pasifik. Dampaknya, kerusakan signifikan terjadi pada bangunan-bangunan utama di Teotihuacán, mengakibatkan keruntuhan peradaban pusat kekuasaan pra-Hispanik secara perlahan.
Para ahli menduga gempa megathrust memunculkan berbagai masalah baru yang berujung pada ketidakpuasan masyarakat dan kesulitan bagi penguasa dalam mengatasinya. Pemberontakan internal yang dipicu oleh kota-kota tetangga juga mungkin terjadi, memperparah situasi pasca-bencana di Teotihuacán.
"Gangguan yang disebabkan oleh gempa bumi dahsyat tidak hanya mengguncang fondasi fisik masyarakat, tetapi juga menggoyahkan struktur sosial dan politiknya," jelas Raúl Pérez-López dari Institut Geologi dan Pertambangan di Spanyol (Geological and Mining Institute of Spain), sebagaimana mengutip dari detik.com.
2. Runtuhnya bangunan-bangunan besar
Berdasarkan bukti arkeologis, peradaban Teotihuacán sebelumnya menunjukkan masyarakat yang mampu mendirikan bangunan-bangunan besar, termasuk piramida dan kuil-kuil megah. Diprediksi bangunan-bangunan ini memiliki rata-rata tinggi antara 45 hingga 65 meter dari permukaan tanah.
Salah satu bangunan utama yang mencerminkan kehidupan peradaban Teotihuacán adalah Kuil Quetzalcóatl (Kuil Ular Berbulu atau Temple of the Feathered Serpent), yang diprediksi terletak di area pemukiman kelas menengah dan atas. Tata kota di sekitarnya pun diatur sepanjang jalan besar dan menghadap kearah utara dengan panjang lebih dari satu mil.
Sayangnya, kuil ini menjadi salah satu situs yang terdampak setelah terjadinya gempa megathrust sekitar tahun 100 hingga 650 M. Dilaporkan terdapat keretakan pada blok-blok batu andesit yang besar, sudut-sudut yang terkelupas pada tangga luar, dan batu bata yang terlepas.
Selain Kuil Quetzalcóatl, beberapa bangunan utama yang mengalami kerusakan hebat adalah Piramida Matahari setinggi 45 meter dan Piramida Bulan setinggi 65 meter. Masalah ini disebabkan oleh gempa megathrust berkekuatan besar yang terjadi setidaknya lima kali, dengan arah pergerakan dari barat daya ke timur laut.
3. Perpindahan sisa penduduk
Meskipun gempa megathrust menjadi penyebab utama runtuhnya peradaban di Teotihuacán, para penduduk yang selamat diperkirakan bertahan hidup dengan meninggalkan kota dan menetap di Xochicalco dan Tula yang terdekat. Dari situlah, mereka melahirkan budaya Toltek yang berkembang pesat di kedua tempat tersebut.
Dengan ditemukan jejak perpindahan penduduk ini, maka pemahaman mengenai dampak dari gempa megathrust semakin diperkuat, mulai dari potensi hancurnya peradaban sebuah kota besar hingga kesulitan dalam upaya rekonstruksi akibat munculnya rentetan masalah baru, seperti kelaparan dan krisis ekonomi.
Dengan demikian, dunia pun dapat menambah wawasan mengenai gempa megathrust dan selanjutnya dapat dijadikan sebagai pembelajaran untuk antisipasi di masa depan. Kami pun mendoakan agar Indonesia senantiasa bebas dari ancaman gempa megathrust dan bencana alam lainnya di kemudian hari. Stay safe, Bela!