Belakangan, nama Wirda Mansur kembali menjadi perbincangan hangat di Twitter. Sebab, ada satu warganet yang memprotes soal grup bimbingan wirausaha yang dibuat oleh Wirda. Dijanjikan akan dibimbing sampai sukses dalam membangun bisnis, para anggota grup justru dibiarkan begitu saja tanpa kejelasan.
Menjawab rasa penasaran kamu, berikut ini deretan kontroversi Wirda Mansur yang sempat membuat heboh media sosial.
Menghilang setelah membuat grup berbayar dengan 90 ribu anggota
Lama tak terdengar kabarnya, Wirda Mansur kembali menjad perbincangan warganet. Hal ini bermula ketika salah satu akun di X.com menyebutkan bahwa grup berbayar yang dibuat oleh Wirda dengan tujuan untuk bimbingan wirausaha, kini terbengkalai.
Padahal, untuk bergabung dengan grup tersebut, masing-masing anggota diwajibkan membayar sebesar Rp100 ribu sebagai biaya pendaftaran. Sampai saat ini, total anggota di grup yang dibuat oleh tim Wirda mencapai 90 ribu orang, lho.
Meski sudah ramai diperbincangkan di media sosial, Wirda tak kunjung memberikan klarifikasi. Tim yang bersangkutan juga tak membalas pesan yang dikirimkan oleh para anggota grup. Di tengah kegaduhan ini, melansir dari media sosialnya, Wirda terlihat tengah melakukan dakwah di Berlin, Jerman dan belum memberikan komentar apapun.
Menciptakan token kripto, I-Coin
Tanggal 14 Februari 2022 lalu, Wirda meluncurkan token kripto yang diberi nama I-Coin atau yang dikenal juga dengan ICN. Berdasarkan informasi yang Popbela rangkum dari akun Instagram @icoin.id, Wirda meluncurkan sekitar 100.000.000 ICN. Per kepingnya, ICN dijual dengan harga US$0,1167 atau setara dengan Rp1.670.
Namun, hanya dalam waktu empat hari saja, harga ICN anjlok sekitar 60%. Kini harga satu kepingnya mencapai Rp303 atau US$0,02835.
Mengetahui hal ini, warganet yang sudah berinvestasi, berang dan menganggap Wirda penipu karena dinilai merugikan banyak orang. Wirda pun menjelaskan, jika harga koinnya turun adalah suatu yang wajar. Sebab, saat berinvestasi, fluktuasi harga pasti sering terjadi.
Tidak bisa check out e-commerce, tapi berani membuat koin kripto
Dalam sebuah unggahannya di Instagram Story, Wirda pernah mengatakan kalau ia tak bisa melakukan check out di e-commerce. Wirda mengaku jika ingin berbelanja, ia akan meminta bantuan asistennya.
Tentu pengakuan Wirda ini membuat warganet bingung dan mempertanyakan kredibilitasnya. Bagaimana bisa, seseorang yang bahkan berbelanja di toko online saja tidak bisa, malah membuat koin kripto yang dinilai memiliki risiko lebih besar.
Mengaku kuliah di University of Oxford
Karena sepak terjangnya di dunia bisnis dan berani mengambil langkah untuk berbisnis di dunia metaverse yang digadang-gadang akan menjadi tren di masa mendatang, banyak warganet yang penasaran dengan latar pendidikan Wirda. Menurut akun LinkedIn-nya, Wirda menuliskan bahwa ia sedang menempuh pendidikan di University of Oxford.
Setelah ditelusuri lebih lanjut, dalam Instagram Story-nya, Wirda pernah mengaku kalau ia kini sedang menempuh pendidikan di University of Buckingham, Inggris. Tapi, dalam penelurusan yang lain, nama Wirda tercatat dalam daftar mahasiswa Institut Daarul Quran milik sang ayah, Yusuf Mansur. Jadi, mana yang benar?
Karena informasi ini simpang siur, Wirda pun membuat video klarifikasinya yang ia unggah di Instagram. Klarifikasi tersebut adalah sebagai berikut.
Mendengar penjelasan panjang Wirda yang mengaku kuliah di empat tempat, warganet tak percaya begitu saja. Sebab, menurut warganet penjelasan Wirda tak masuk akal. Setelah ditelusuri lebih lanjut, berdasarkan video yang pernah diunggah di YouTube channel Oki Setiana Dewi, Wirda bukanlah kuliah di University of Oxford, melainkan belajar di sebuah institusi yang setara dengan SMA di Kota Oxford, Inggris.
Komunitas bisnis Millennial Anti Bokek yang banyak diprotes
Tahun 2020, Wirda mendirikan komunitas Millennial Anti Bokek yang dikenal dengan nama MAB. Komunitas ini mengajak anak muda untuk mengembangkan bisnis mereka, sekaligus menjadi tempat sharing ilmu agar bisa sama-sama mendapatkan keuntungan.
Syarat bergabung ke komunitas ini adalah dengan masuk ke dalam grup Telegram. Menurut pengakuan warganet, jika ingin bergabung dengan MAB harus membayar sekitar Rp100 ribu.
Alih-alih dapat bimbingan untuk mengembangkan bisnis sesuai dengan yang dijanjikan, para peserta mengaku tidak mendapatkan bimbingan dan malah diminta untuk belajar sendiri. Mereka pun merasa dirugikan karena mengeluarkan uang untuk sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan.
Pakai pipet skincare sampai menyentuh kulit yang sudah dipulas riasan
Terakhir, kontroversi yang membuat warganet geram adalah saat Wirda membuat video tutorial menggunakan skincare. Dalam video itu, terlihat Wirda menempelkan ujung pipet pada wajahnya yang masih terpulas riasan dan kemudian memasukan ujung pipet tersebut ke dalam botol skincare.
Menurut warganet, hal ini membuat skincare terkontaminasi bakteri. Selain itu, Wirda juga diduga masih menggunakan makeup saat mengaplikasikan serum pada wajahnya. Sontak hal ini menjadi bulan-bulanan warganet di media sosial.
Itulah tadi deretan kontroversi Wirda Mansur. Ada lagi yang kamu tahu, Bela? Tulis di kolom komentar, ya!