Setelah meluncurkan edisi terbaru dalam kemasan wastra pada September 2024 lalu, OREO kembali melanjutkan langkah kontribusinya sebagai bagian dari Mondelez Indonesia dengan menginisiasi program Corporate Social Responsibility (CSR) bertajuk OREO Berbagi.
Bekerja sama dengan Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI), OREO menyalurkan dana CSR sebesar Rp1 miliar untuk para pelaku industri batik di Cirebon, Jawa Barat pada Senin (11/11/2024).
Komitmen OREO melestarikan Batik sebagai warisan budaya Indonesia
Sebagai salah satu warisan budaya Indonesia yang telah diakui UNESCO sejak 2009, batik terus menjadi ikon kekayaan budaya yang perlu dilestarikan. Namun, meskipun popularitasnya semakin mendunia, nyatanya berbagai tantangan kerap dihadapi para perajin dan pengusaha batik dalam pelestariannya.
Untuk itu, dalam rangka peringatan Hari Batik Nasional dan sebagai bagian dari rangkaian peluncuran campaign OREO BATIK—yang merupakan edisi spesial kemasan bercorak wastra pada September lalu—OREO kali ini menggelar kegiatan CSR bertajuk OREO Berbagi.
Khrisma Fitriasari selaku Head of Corporate Communications and Government Affairs Mondelez Indonesia menjelaskan bahwa hadirnya kegiatan OREO Berbagi ini merupakan salah satu wujud komitmen berkelanjutan Mondelez Indonesia untuk turut berkontribusi terhadap masyarakat.
“Sebagai salah satu produk unggulan persembahan dari Indonesia, yang dibuat oleh orang Indonesia dan untuk dinikmati orang Indonesia dan dunia, kami pun merasa terpanggil untuk turut berpartisipasi aktif dalam mendukung kemajuan pengrajin dan pengusaha batik yang merupakan salah satu ujung tombak dalam upaya pelestarian batik, sehingga batik nusantara dapat tetap lestari dan secara industri pun dapat terus berkembang. CSR OREO Berbagi ini juga bagian upaya kami untuk merayakan keindahan dan keberagaman budaya Indonesia yang sebelumnya kami hadirkan melalui OREO bercorak wastra,” jelas Khrisma.
Berikan donasi untuk ribuan perajin dan pengusaha batik di Cirebon
Dalam pelaksanaannya, kegiatan OREO Berbagi kali ini turut menggandeng Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI). Tercatat, kegiatan ini berhasil menjangkau seluruh populasi usaha Batik Cirebon skala kecil dan menengah yang berada di bawah naungan APPBI, hingga 1.450 perajin dan pengusaha batik yang tersebar di 8 desa.
Adapun bentuk donasi yang diserahkan dalam OREO Berbagi kali ini berupa alat-alat membatik untuk para perajin, paket instrumen membatik untuk peningkatan produktivitas, dan fasilitas pengelolaan limbah. Total bantuan yang diberikan mencapai lebih dari Rp1 miliar.
Bantu mengatasi masalah pengelolaan limbah
Menyambut dukungan dari OREO, Sekretaris Daerah Kabupaten Cirebon, Hilmy Rivai, menyebut pendanaan ini merupakan salah satu bentuk apresiasi yang spesial untuk Cirebon. Pasalnya, produk OREO juga menggandeng motif batik Mega Mendung, yang menjadi kebanggaan daerah Cirebon.
“Ini sebuah kebanggaan dan batik Mega Mendung itu tidak hanya mewakili Jawa Barat saja. Ternyata, Pulau Jawa yang batiknya ditampilkan di salah satu produknya itu adalah Mega Mendung,” ujar Hilmy.
Di sisi lain, Hilmy mengungkapkan bahwa perajin batik memerlukan dukungan, edukasi, serta sarana produksi dan pengelolaan limbah yang memadai. Pasalnya, banyak pelaku usaha batik di sektor UMKM belum teredukasi terkait pengelolaan limbah industri yang ramah lingkungan.
“(Bantuan dana) ini satu hal yang luar biasa karena kebanyakan para industri batik ini (ada) di kalangan UMKM di mana pengolahan limbahnya belum teredukasi. Dengan adanya (bantuan) ini, artinya lingkungan bisa terselamatkan. Ini pertama kali 21 unit (fasilitas pengelolaan limbah) bisa dibagikan kepada UMKM batik,” lanjutnya.
Diharapkan dapat meningkatkan regenerasi pembatik di Cirebon
Di sisi lain, industri batik Cirebon juga menghadapi krisis dalam regenerasi pembatik. Jumlah generasi muda yang tertarik untuk menjadi pembatik semakin berkurang. Banyak anak muda yang lebih memilih bekerja di industri lain atau berwirausaha di bidang digital, yang dinilai lebih menjanjikan.
Komarudin Kudiya selaku Ketua Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia menjelaskan, tercatat total perajin dan pengusaha Batik berkurang sekitar 30-35% di Cirebon. Untuk itu, dengan adanya kegiatan OREO Berbagi ini, diharapkan dapat membantu regenerasi perajin dan pengusaha Batik di Cirebon.
"Banyak anak-anak muda di sini tidak tertarik lagi membatik. Mereka menganggap pekerjaan ini melelahkan dan kurang menghasilkan. Mereka lebih memilih bekerja di minimarket atau pabrik-pabrik," kata Komarudin.
Ia menambahkan sebagian besar pembatik di Cirebon saat ini berusia di atas 40 tahun. Jika tidak ada generasi muda yang tertarik untuk meneruskan tradisi ini, dikhawatirkan industri batik Cirebon akan kehilangan identitasnya dan lambat laun bisa punah. Padahal, batik Cirebon dengan motif-motif khas seperti Mega Mendung, Singa Barong, dan lainnya telah menjadi ikon budaya lokal yang dikenal di tingkat nasional maupun internasional.
OREO hadirkan lomba kreasi batik untuk merayakan keindahan Indonesia
Selain peluncuran OREO edisi spesial kemasan bercorak wastra yang telah dijual di toko terdekat, OREO juga telah menyiapkan berbagai keseruan lainnya dalam rangkaian campaign OREO BATIK, seperti consumer promo berhadiah special merchandise kolaborasi dengan desainer, Era Soekamto, dan lomba kreasi batik di beberapa universitas, yang bertujuan memperkenalkan batik kepada generasi muda.
"Melalui program ini, kami berharap semakin banyak yang mencintai dan menjaga kelestarian batik. Ini merupakan bentuk komitmen kami untuk merayakan keindahan Indonesia sambil menciptakan momen bersama OREO," ungkap Dian Ramadianti selaku Senior Marketing Manager Biscuits Mondelez Indonesia.