Kontroversi Atlet Transgender di Olimpiade, Ini Fakta Laurel Hubbard

Cetak sejarah sekaligus kontroversi

Kontroversi Atlet Transgender di Olimpiade, Ini Fakta Laurel Hubbard

Olimpiade Tokyo 2020 bukan cuma ajang unjuk prestasi, namun deretan sejarah baru tercipta di ajang olahraga terbesar di dunia itu. Salah satu sejarah baru yang mungkin akan diingat sepanjang masa, adalah hadirnya atlet Laurel Hubbard sebagai perwakilan dari Selandia Baru di cabang olahraga angkat besi. 

Laurel menjadi atlet transgender pertama yang ikut berkompetisi di Olimpiade Tokyo 2020. Kehadiran Laurel bukan hanya mencetak sejarah, tapi juga menuai kontroversi.

Siapa sebenarnya sosok Laurel Hubbard dan bagaimana prestasinya? Simak selengkapnya berikut ini.

Berkarier sebagai atlet sejak tahun 1998

Kontroversi Atlet Transgender di Olimpiade, Ini Fakta Laurel Hubbard

Laurel Hubbard memulai kariernya sebagai atlet angkat besi sejak tahun 1998 atau saat usianya menginjak 20 tahun. Kelahiran 9 Februari 1978 itu pertama kali mencuri perhatian dunia saat berhasil mencetak rekor baru, yakni berhasil mengangkat beban angkatan dengan total 300 kg.

Sejak saat itu, Laurel diketahui memiliki karier sebagai atlet yang cukup cemerlang. Namun, di puncak kariernya, atau pada tahun 2001, Laurel memutuskan cuti sementara karena merasakan sulit mengendalikan emosi dan kondisi psikisnya yang tidak stabil.

"Saat itu aku merasa tidak bisa menanggung semuanya. Aku bingung dengan kondisiku. Yang lebih berat adalah aku merasa tekanan yang begitu hebat saat aku mencoba beradaptasi dengan dunia yang mungkin tidak ramah untuk orang sepertiku. Sehingga, aku merasa beristirahat sejenak adalah jalan terbaik," ungkap Laurel, seperti dikutip dari  Stuff.co.nz.

Memilih olahraga angkat besi supaya terlihat maskulin

Laurel begitu serius menekuni olahraga angkat beban bukan tanpa alasan. Dalam wawancaranya bersama Time.com, Laurel mengatakan bahwa ia memilih angkat beban dengan alasan agar terlihat maskulin. 

Bagi Laurel, tak seperti kebanyakan laki-laki pada umumnya yang memiliki penampilan maskulin, Laurel justru merasa dirinya tampak feminin. Maka dari itu, ia memilih angkat beban yang menurutnya bisa membuatnya terlihat lebih maskulin dan tidak tampak feminin. 

Membuat keputusan untuk menjadi transgender di tahun 2012

Setelah mengalami perdebatan batin yang cukup panjang, Laurel akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang transgender di tahun 2012. Ia mulai menjalani terapi hormon dan berbagai prosedur lainnya.

Selain itu, di tahun yang sama, Laurel juga mengumumkan secara terbuka melalui media massa di Selandia Baru terhadap statusnya sebagai transgender. Banyak yang mendukung keputusan Laurel, tapi tidak sedikit pula yang mencibirnya dan memberikan komentar negatif.

Kembali aktif sebagai atlet di tahun 2017

Setelah kondisinya jauh lebih stabil, Laurel kemudian kembali menjadi atlet angkat beban di tahun 2017. Kehadirannya di pentas olahraga angkat beban tentu menimbulkan kontroversi.

Namun, komite olahraga tetap mengizinkan Laurel untuk mengikuti Australian International 2017 dan Australian Open 2017. Dalam dua kompetisi tersebut, Laurel berhasil membawa pulang medali emas.

Kehadirannya di Olimpiade Tokyo 2020 juga sempat mendapat protes

Kehadiran Laurel di cabang olahraga angkat besi tentu menjadi kontroversi. Beberapa pihak sempat memprotes keikutsertaan Laurel dalam Olimpiade Tokyo 2020. Salah satunya Anna Vanbellinghen, lifter dari Belgia.

Anna mengatakan bahwa tidak adil jika Laurel berkompetisi di cabang olahraga angkat beban khusus perempuan. Sebab, secara fisik saja, kedua gender itu berbeda. 

Namun, bagi Komite Olimpiade Internasional (IOC) mengatakan bahwa Laurel telah memenuhi syarat. Ketentuan atlet transgender untuk dapat berkompetisi adalah kadar hormon testosteron setidaknya di bawah 10 nanomol per liter, minimal satu tahun sebelum pertandingan digelar.

Laurel memenuhi syarat tersebut sejak tahun 2015, sehingga IOC mengizinkannya untuk ikut bertanding di olimpiade tahun ini. Sehingga, ia mencatatkan sejarah sebagai atlet angkat beban pertama yang berlaga di ajang olimpiade.

Tiga atlet transgender di tiga cabang olahraga berbeda Olimpiade Tokyo 2020

Selain Laurel, ada dua atlet transgender lainnya yang ikut berlaga di Olimpiade Tokyo 2020. Mereka adalah Quinn, atlet sepak bola Kanada, serta Alana Smith, dari cabang olahraga skateboard asal Amerika Serikat.

Itulah tadi deretan fakta menarik Laurel Hubbard, atlet transgender pertama dari cabang olahraga angkat beban. Ada lagi fakta lain yang kamu tahu? Tulis di kolom komentar, ya!

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here

























© 2024 Popbela.com by IDN | All Rights Reserved

Follow Us :

© 2024 Popbela.com by IDN | All Rights Reserved