Terkenal dengan banyak endorse yang ramai menghampirinya membuat nama Karin Novilda alias Awkarin kian tenar. Memanfaatkan penghasilan yang didapatkannya dari endorse, Awkarin memutuskan untuk membuat bisnis sendiri. Mulai dari bisnis pakaian, hijab, hingga talent manajemen. Kini, bisnis Awkarin telah berkembang dengan pesat dan media sosialnya pun punya banyak pengikut. Belajar dari Awkarin, ini lho lima hal tentang bisnisnya yang perlu kamu tahu.
1. Profesional
Kalau diperhatikan, Awkarin bisa mengatur bisnisnya dengan profesional. Misalnya saja talent manajemen yang dibangunnya. Profesionalitasnya terlihat dari cara Karin mengatur jadwal talent, info kontak yang tersedia, hingga tim yang bekerja di baliknya.
2. Media sosial yang tertata rapi
Ciri khas lain dari Karin sekaligus menunjukkan profesionalitas yang dimilikinya adalah media sosial masing-masing lini bisnisnya yang tertata rapi. Karin mengatur feeds Instagram bisnisnya dengan baik agar terlihat profesional sehingga berpengaruh terhadap pemasukan dari lini bisnisnya tersebut.
3. Tim yang solid
Satu hal yang membuat sebuah perusahaan sukses adalah tim yang solid. Adanya tim yang mendukung bisnisnya, Karin bisa mencapai kesuksesannya saat ini. Meski awalnya tim yang membantu di dalam bisnisnya adalah teman-temannya sendiri, namun Karin bisa bersikap profesional dan bisa membagi peran kapan harus bersikap sebagai atasan, serta kapan bersikap sebagai teman.
4. Publikasi dengan cara yang kreatif
Sebuah bisnis nggak akan berkembang kalau nggak dipublikasikan. Bagaimana orang lain tahu dengan apa yang kita jual kalau kita sendiri nggak menyebarkan informasi tentang bisnis yang sedang kita rintis. Belajar dari Karin, untuk urusan publikasi Karin memanfaatkan media sosial serta mengikuti bazaar.
5. Buat jadwal, to do list dan skala prioritas dengan rapi
Semakin berkembang bisnismu tentu semakin sibuk pula kamu. Sama seperti Karin. Banyaknya lini bisnis yang dipegangnya membuat Karin menjadi salah satu selebgram tersibuk. Supaya nggak keteteran dengan semua jadwal yang harus dihadirinya, ada baiknya kita mulai menata ulang skala prioritas, to do list harian dan jadwal lainnya dengan rapi. Kalau sudah begini, nggak akan ada lagi deh namanya lupa dengan janji yang sudah dibuat.