Sejak Isyana Sarasvati muncul dan langsung menjadi penyanyi favorit hingga lagunya selalu jadi hits, banyak pula netizen yang kagum ketika tahu ia juga pernah menjadi penyanyi opera. Bahkan tahukah kamu kalau Isyana juga pernah masuk dalam 12 besar dalam kompetisi Composer Electone Dunia? Ya, kamu nggak akan berhenti berdecak kagum ketika mengetahui perjalanan karier Isyana. Apalagi ketika ia membocorkan bagaimana rasanya ketika ia harus dibandingkan dengan Raisa!
Simak hasil wawancara di bawah ini, Bela.
Isyana, Kamu kan lahir dari keluarga yang suka dengan musik, lalu apa makna musik bagi kamu?
Aku selalu bilangnya music is my language. Karena aku tuh orangnya yang sangat introvert aku tidak bisa nge-share semuanya yang aku rasain melalui verbal, tapi semua itu lewat musik. Jadi benar-benar tidak bisa hidup tanpa musik. So, music is my language.
Kakak kamu, Rara, yang juga seorang musisi pernah mengarahkan kamu bagaimana menjadi musisi?
Nggak sih. Kan aku dulu yang jadi musisi, barulah kakak aku menyusul.
Tapi kakak kamu pernah berkontribusi nggak untuk karier kamu?
Ada, waktu aku SD kelas 1 atau sebelumnya, dia yang memperkenal aku bahwa musik itu nggak sekedar klasik, tapi ada juga aliran musik R&B.
Sebetulnya gimana sih cerita awal karier kamu hingga ditawari rekaman?
Awalnya tuh aku sering banget ikut kompetisi elektone sebagai seorang composer dan memainkan lagunya sendiri dan pada akhirnya tahun 2008 aku pernah menangin 12 besar sedunia, dan berkesempatan konser di Jepang. Dari situlah akhirnya aku benar-benar yakin aku pengen jadi musisi dan akhirnya aku ambil kuliah di Singapura dan London untuk mengisi Performance Ukraine Competition. Terus pas aku lulus nggak tau pas banget aja langsung ditawarin sama Sony, komunikasi dengan mereka juga enak, lalu aku gabun. Kayanya takdir telah menentukan aku bersama Sony.
Berarti rekaman awal kamu di Sony ya?
Nggak sih, pertama kali rekaman itu saat berkarier di dunia klasik sekitar 10 tahun lalu, tapi namanya juga musik klasik jadi terlalu segmented banget. Dan cuma kalangan tertentu aja yang tau, barulah setelah itu aku ikut Sony, sekarang orang jadi banyak mengenal karya aku.
Menurut kamu musisi atau penyanyi yang baik itu haruskan bisa bikin lagu?
Sebenernya nggak ada sih kalimat musisi yang baik itu seperti apa, karena menurut aku musik itu nggak bisa dinilai dengan angka terutama dan tidak bisa kita judge juga. Karena musik itu kan selera orang dan biasanya orang itu bermusik ingin melimpahkan ekspresi yang dia rasakan. Jadi kita nggak bisa nge-judge apa yang orang lain bicarakan. Intinya jadi diri sendiri aja.
Kalau boleh pilih, lebih pilih genre pop atau opera?
Aku sih nggak pernah mengkotak-kotakan musik.
Apa kesan pertama ketika kamu mengingat album pertama kamu, “Explore”?
Kesan album pertama explorative sih.
Lalu apa yang menjadi pembeda dengan album terbaru kamu, “Paradoks”?
Paradoks itu lebih paradoksikal, karena nanti kalau dengar album kedua, nada-nada ritmenya akan jauh lebih dinamis dan yang pasti akan ada proses pendewasaan. Album pertama kan umur 19 dan sekarang kan aku sudah 24 tahun, pasti ceritanya pun lebih dewasa.
Pernah nggak sih dibandingkan dengan Raisa? Lalu gimana tanggapan kamu kalau dibandingkan?
Udah nggak pernah inget sih. Soalnya itu kan sudah sekitar dua tahun lalu dan aku tipikal orang yang sangat cuek sih, aku lebih berorientasi pada tujuan aku sendiri, jadi nggak pernah peduli dengan hal semacam itu.
Nah, siapa nih yang makin kagum dengan Isyana dan ikut menyetujui Isyana kalau kita lebih baik fokus dengan diri sendiri ketimbang pusing memikirkan penilaian orang lain? Popbela sih setuju banget.