Keuangan, gaya hidup, dan motherhood adalah hal yang menggambarkan pembicara perempuan satu ini. Menjalani kesibukan sebagai ibu, Prita Ghozie juga tengah menjabat sebagai Bendahara Komite 6 Masyarakat Ekonomi Syariah 2021-2024, Principal Consultant, serta CEO ZAP Finance.
Tak hanya itu saja, perempuan ini juga mengerahkan jasanya sebagai dosen tetap Departemen Akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia sejak 2009. Dengan kesibukan begitu padat itu, Prita Ghozie mengakui bahwa hal tersebut adalah tantangan luar biasa.
Memiliki perusahaan yang self-funded, tentu ada kesulitan dalam mengatur keuangannya. Namun, dengan adanya dukungan keluarga, perusahaan, hingga kewajiban mengajar sebagai dosen, Prita Ghozie pun bagikan caranya membangun dan memberdayakan hal tersebut.
"Perempuan kalau mau bisa melakukan apa pun, termasuk build start-up atau usaha apa pun, itu kita mesti ada isinya. Nah, untuk kapan kita bisa isinya itu anytime. Kita punya waktu 24 jam, but how kita manage dan membagi waktu 24 jam itu beda-beda setiap orang," tuturnya.
Terkadang ketika memulai sesuatu, pasti ada halangan yang mengganggu perkembangan pekerjaan kita. Prita Ghozie pun menceritakan apa yang menjadi showstopper menurutnya.
"Menurut aku, perempuan itu harus punya internal motivation dan dia perlu punya rasa secure karena kalau tidak dia akan merasa bahwa apa yang dia lakukan itu tidak ada gunanya," tuturnya.
Setelah mempunyai ambisi dan mimpi, langkah selanjutnya adalah mengeksekusinya. Menurutnya, kebanyakan orang cenderung lama untuk bertindak sesuatu karena terus-menerus menjadi hambatannya.
Showstopper ketiga dari Prita Ghozie adalah perempuan tidak bisa melakukan apa pun jika support system-nya menggerogoti dari dalam. Ia juga mengungkapkan alasan mengapa orang sulit percaya dengan perempuan yang mengelola suatu bisnis adalah karena terkadang komitmennya juga rendah.
"Kadang kita sendiri yang suka menggunakan domestic reasons untuk memaklumi bahwa aku nggak apa-apa, ya. Menurut aku, kalau perempuan sudah siap untuk mampu mengelola dirinya dan dia tetap bisa berkomitmen dengan siapa pun, termasuk investor, aku rasa memulai start-up itu bakal banyak banget," lanjut Prita.
Kembali lagi dengan pola pikir masing-masing bagaimana kita mengatur dan bereaksi sesuatu.
Meskipun suatu perusahaan mendapat biaya dari pihak lain, pada akhirnya orang membuat perusahaan memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Investor mencari perusahaan yang menarik, tentu ingin mendapatkan keuntungan yang bertahan.
Sama halnya dengan self-funded company, mereka menaruh modal di sana agar tumbuh menjadi sesuatu yang menguntungkan juga. Bagi Prita Ghozie, kerapihan finansial itu menjadi nomor satu.
"Menurut aku, pertama kali kita bikin usaha, jangan mengecilkan arti dari financial planning untuk bisnis. Yang kedua, dengan adanya financial itu sebenarnya membuat kita tahu butuhnya sampai berapa. Jangan sampai ketika mendapatkan dana besar sekali, tetapi scalability-nya nggak sampai ke situ, dan ternyata profitability-nya nggak dapat, malah kita hire lagi untuk boost up, tapi memang perusahaan itu tidak bisa scalable," ucapnya
Dalam self-funding pun tetap harus mengukur untuk menentukan kapan menambah modal hingga memulai expand. Kita sendiri juga harus cekat melihat apa yang market inginkan. Prita Ghozie mengatakan bahwa fleksibilitas itu membuat suatu perusahaan dapat bertahan.
Walaupun keluarga termasuk ke dalam bagian self-funded, tentu ada ranah yang jelas untuk menjaga kepercayaan orang lain. Menjadi seorang Principal Consultant, Prita Ghozie mengakui bahwa banyak UMKM yang mencari funding selain investor, seperti ke lembaga perbankan.
Untuk menjaga kepercayaan dari berbagai tipikal kepribadian orang, ia memberikan tips pertama dari karakteristik dari founder itu sendiri.
"Culture perusahaan itu juga sangat berpengaruh terhadap bagaimana berkembang dan lain-lain karena perusahaan itu tidak akan berdiri sendiri. Dia membutuhkan human capital untuk meningkatkan apa pun jenis perusahaannya. Technology is just technology, but still human itu tetap harus ada," tuturnya.
Tips kedua dari Prita Ghozie adalah financial. Terdapat tiga pilar untuk setiap orang atau founders, baik mencari investor, funding, hingga liability sight. Pilar-pilar tersebut adalah financial security, financial stability, dan financial sustainability.
Kita harus memastikan bisnis kita secure dan mitigasi risikonya jelas. Stabilitas bisa didapat dari seberapa banyak reservasi kas untuk bertahan. Kemudian, melihat dari keberlanjutan usaha tersebut bisa berada tetap di market. Dari situlah kita bisa menjaga kepercayaan orang lain untuk menaruh uangnya di usaha kita.
"Terakhir, deliver your commitment. Itu menurut aku penting, jadi apa pun yang dijanjikan dan diusahakan, itu benar-benar kita upayakan dan kita coba deliver," pesannya.
Masa pandemi memang menjadi sesuatu yang menakutkan bagi bisnis yang sedang karena semuanya harus berhenti dari segi pendapatan. Saat itu, Prita Ghozie mengungkapkan rasa syukurnya terhadap seorang klien yang memercayainya untuk mau mengubah bagaimana mereka memberikan pelatihan.
Perusahaannya lebih banyak financial training sehingga belum terbiasa jika dilaksanakan melalui webinar. Akhirnya, ia bersama teman-temannya tetap berkeinginan untuk mengubahnya karena menurutnya feedback yang konstruktif itu akan membuat progress berjalan.
"Di pandemi kemarin, itu malahan punya revenue goal sampai 30 persen. Tetapi, itu juga hasil kerja keras teman-teman yang mau untuk mengubah, ganti mindset, nggak saling hard feelings karena motivasi kita cuma satu, we need to survive and we need to survive fast, kita harus lebih baik lagi dari kemarin," pungkasnya.
Begitulah cara mengelola suatu perusahaan menurut Prita Ghozie. Apakah kamu sudah siap untuk mengembangkan perusahaanmu lebih baik lagi, Bela?