Belakangan ini, negeri kita sedang dirundung banyak kabar duka. Bencana alam menjadi suatu ancaman yang harus dipersiapkan. Kabar tentang itu terus tersiar, baik di media massa, media sosial atau grup whatsapp keluarga. Tapi, apakah semua kabar itu bisa dipercaya?
Berita bohong ini bisa berupa ramalan tentang terjadinya bencana alam yang sangat besar, seperti gempa atau tsunami. Atau bisa juga berupa foto atau video kejadian bencana alam yang tidak bisa dipastikan waktu dan tempat kejadiannya. Kabar semacam ini dipublikasi oleh pihak yang tidak resmi, hal ini bisa dipastikan dengan memeriksa nomor kontak yang tercantum dalam pesan. Untuk mengetahui kebenaran informasinya, baiknya kamu segera mengecek institusi atau lembaga yang memang bertanggung jawab dalam informasi tersebut ya, Bela.
Rasa panikmu ketika membuka pesan yang mengkhawatirkan semacam itu, baiknya ditahan dulu dengan menyaring informasi yang ada. Karena kalau kamu terlanjur ikut membantu penyebaran berita bohong tersebut, kamu juga bisa menjadi agen penyebar hoaks, Bela. Para pelaku penyebar hoaks bahkan bisa dijerat hukuman dengan dengan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang KUHP lho!
Pasalnya berbunyi seperti ini: Barang siapa menyiarkan kabar yang tidak pasti atau kabar yang berkelebihan atau yang tidak lengkap, sedangkan ia mengerti setidak-tidaknya patut dapat menduga, bahwa kabar demikian akan atau mudah dapat menerbitkan keonaran dikalangan rakyat, dihukum dengan hukuman penjara setinggitingginya dua tahun.
Kewaspadaan memang tetap harus dijaga. Dalam menangani beragam kejadian yang tidak terduga seperti bencana alam, kita memang harus menyiapkan segala kemungkinan. Terus perbarui informasi dari sumber-sumber yang berwenang dan terpercaya, menyiapkan kondisi sekitaran tempat tinggal, dan selalu meletakkan dokumen penting di tempat yang aman.
Stay safe, Bela! Dan, jangan lupa untuk terus mendoakan dan membantu keluarga kita yang sedang berduka.
Penulis: Tyas Hanina
