Meski sudah gencar disuarakan, nyatanya perundungan atau bullying masih banyak terjadi di sekitar kita. Tak selalu di sekolah atau di tempat kerja, penindasan marak terjadi di mana saja. Baik itu di rumah, lingkungan masyarakat, dunia maya (cyberbullying), bahkan tempat umum.
Banyak cara untuk mengasosiasikan dampak buruk dari bullying kepada masyarakat. Termasuk, melalui media hiburan seperti film. Para sineas Indonesia yang tergerak hatinya pun menjadikan isu tersebut sebagai tema film. Bukan hanya sebagai hiburan belaka, film bertema ini bisa menjadi pengingat bahwa bullying merupakan perilaku buruk yang bisa menimbulkan efek traumatis bagi korbannya.
Lewat 7 film Indonesia yang mengangkat tema bullying di bawah ini, semoga kita bisa belajar untuk menjadi pribadi yang peduli dan peka terhadap sekitar. Serta tak segan untuk melindungi korban serta melawan para pelaku bullying di sekitar kita.
1. Sajen (2018)
Tayang serentak di seluruh bioskop Nusantara pada 2018, Sajen menjadi film horor bertema penindasan yang cukup menarik perhatian. Ceritanya tentang seorang siswi bernama Alanda (Amanda Manopo) yang berupaya untuk memutus rantai bullying di sekolahnya.
Tapi siapa sangka, perbuatan mulianya justru menjadi senjata makan tuan. Tradisi perundungan tak hilang, ia justru malah berbalik menjadi korban bullying. Ia yang tak kuat menerima perundungan tersebut pun berakhir depresi berat dan memilih gantung diri. Mati dalam keadaan sakit dan dendam, Alanda pun menjadi arwah jahat yang membalas dendam kepada pelaku bullying di sekolahnya.
Film ini mengajarkan hikmah baik untuk lebih peka dan tidak diam saja saat melihat kasus perundungan di depan mata. Sekecil apa pun bantuan kita, pasti memiliki dampak besar untuk membantu korban bullying dari penderitaan mereka.
2. Aib #Cybrerbully (2018)
Dari judulnya saja, sudah dipastikan bahwa film ini mengacu pada fenomena cyberbully yang marak terjadi di dunia maya. Kalau melihat dari trailernya, Aib: #Cyberbully bisa dibilang mirip Unfriended versi Indonesia (dan tentunya dilokalisasi supaya bisa relate dengan penonton Indonesia).
Karya sinematik yang ditulis Amar Mulkhi ini mengisahkan sekumpulan anak SMA yang terjebak dalam permainan mematikan. Setiap peserta harus meneror dan membongkar aib satu sama lain supaya bisa lepas dari permainan ini. Penonton juga diajak untuk melihat kebusukan dibalik cemaranya persahabatan mereka.
Sebuah tayangan horor penuh makna kehidupan. Karena di dalamnya mengajarkan kepada kita untuk lebih bijak dan menjaga etika saat bermain media sosial.
3. Sunyi (2019)
Masih dalam genre horor, Sunyi merupakan film bertema perundungan yang dibintangi oleh aktor muda Indonesia Angga Yunanda dan Amanda Rawles. Dalam film yang disutradai Awi Suryadi, Angga berlakon sebagai Alex, seorang murid SMA yang mendapat perlakuan kasar dan penindasan oleh seniornya. Sedangkan Amanda Rawles berperan sebagai teman Alex bernama Maggie.
Sebagai anak dari paranormal terkenal, ia pun sering dipaksa oleh ketiga seniornya, Fachri, Erika, dan Andre untuk melakukan ritual pemanggilan arwah di sekolahnya. Karma tak pernah salah alamat, keusilan ketiga senior ini membuahkan petaka. Erika dan Fachri pun meninggal dengan cara yang tak masuk akal. Hal ini tentu menjadi misteri akan kematian keduanya, yang dikaitkan dengan marahnya arwah di sekolah mereka.
Dari film ini kita belajar untuk saling menghargai dan menghormati satu sama lain, tanpa memandang status dan tingkatan kelas. For your information, film ini merupakan hasil adaptasi dari film horor Korea berjudul Whisperring Corridors (1998).
4. Ayah Mengapa Aku Berbeda? (2011)
Film Ayah Mengapa Aku Berbeda? merupakan film dengan genre drama yang mengangkat kisah seorang remaja penderita tunarungu.
Angel merupakan gadis tunarungu yang tinggal berdua bersama ayahnya. Karena kekurangannya tersebut, ia kerap mendapat perlakuan tak mengenakkan dari kurang baik dari teman-temannya. Tidak jarang Angel mendapatkan perlakukan kurang baik dan dihina sebagai seorang cacat oleh teman-temannya.
Namun hal tersebut tak membuat Angel pundung. Ia yang lihai bermain piano, menjadikan kekurangannya tersebut sebagai pembuktian bahwa dirinya juga sama hebatnya dengan orang normal. Sebuah film mengharukan yang bisa memberikan motivasi untuk tidak menjadikan kekurangan sebagai alasan untuk takut meraih mimpi.
5. Sweet Heart (2010)
Film berdurasi 108 menit ini resmi naik layar di seluruj bioskop Tanah Air pada September 2010. Menceritakan seorang siswa bernama Nina yang terpaksa pindah ke sekolah khusus putri karena ibunya baru saja menikah siri dengan pengusaha kaya. Bukan sambutan hangat yang didapat, Nina justru mendapat perundungan dari geng populer di sekolahnya, Sweetheart. Geng yang beranggotakan Imel, Fifi dan Cherry ini tak segan menyakiti dan mengancam siapa pun yang berani melawannya.
Sweet Heart dibintangi oleh Marcel Chandrawinata, Aurelie Moeremans, Sabai Morscheck, Joanna Alexandra dan disutradai oleh Hanny R. Saputra.
6. Serendipity (2018)
Serendipity merupakan film drama teenlit besutan Indra Gunawan yang tayang pada 2018 dan kini bisa disaksikan dalam platform streaming Viu. Menggandeng Maxime Bouttier, Mawar Eva De Jongh, dan Kenny Austin sebagai tokoh utama, kisahnya disadur dari novel karya Erisca Febriani dengan judul yang sama.
Ceritanya tentang Rani (Mawar de Jongh) yang terpaksa bekerja sebagai lady escort di klub malam demi menafkahi keluarganya. Rahasia ini ia tutupi dari teman-temannya. Bahkan Rani menjalani kehidupan SMA yang normal dan memiliki kekasih bernama Arkan (Kenny Austin).
Namun nasib sial tak pernah ada yang tahu. Suatu hari, Arkan membuntuti Rani dan mengetahui bahwa pekerjaan kekasihnya sebagai lady escort setelah pulang sekolah. Naas, berita panas ini kemudian menyebar cepat. Kehidupan Rani menjadi perih setelah teman-temannya menjauhi dan menggunjingnya setelah mengetahui pekerjaannya di luar sekolah.
7. Kalian Pantas Mati (2022)
Menyajikan ketegangan dan pilu yang mendalam, tak mengherankan tema bullying identik sebagai film horor. Termasuk film Kalian Pantas Mati yang merupakan film horor Indonesia garapan Ginanti Rona. Hasil adaptasi film Korea Selatan berjudul Mourning Grave (2014) ini berfokua pada Rakka (Emir Mahira) yang sering sekali menjadi korban perisakan oleh teman sekolahnya.
Karena kemampuan indigonya, ia lantas ditindas karena dianggap freak. Lewat kelebihannya tersebut, ia mampu berkomunikasi arwah orang mati. Rakka pun memutuskan pindah sekolah karena tidak sanggup menghadapi penindasan yang dialaminya.
Ternyata nestapa tetap mengikuti Rakka sampai di sekolah barunya. Di sana, ia harus menghadapi gangguan sosok hantu jahat bermasker yang membuat satu demi satu teman sekolahnya menghilang secara misterius. Mau tak mau, Rakka pun harus mencari tahu siapa arwah bermasker tersebut dan alasan ia meneror sekolahnya.
Nah, itulah deretan film Indonesia yang mengangkat isu bullying. Manakah yang menjadi favoritmu, Bela?