Artikel ini telah ditinjau secara medis oleh dr. Jiemi Ardian, SpKJ
Pernah melihat video viral di TikTok yang menunjukkan sebuah kamar kos penuh dengan sampah? Berdasarkan unggahan itu, terlihat banyak barang berserakan, mulai pakaian hingga kardus yang tersebar di seluruh penjuru ruangan. Fenomena tersebut menimbulkan kecurigaan bahwa penghuni kamar sewa tersebut mengidap hoarding disorder.
Apa itu hoarding disorder? Sering dianggap sama dengan rasa malas, berikut pengertian, gejala, penyebab, dan cara mengobati hoarding disorder.
Pengertian hoarding disorder
Hoarding disorder merupakan penyakit mental yang membuat seseorang kesulitan membuang atau berpisah dari suatu benda. Individu dengan gangguan ini meyakini perlu menyimpan barang apa pun.
American Psychiatric Association mendeskripsikan kondisi tersebut dapat mengganggu kemampuan dalam menggunakan ruang hidup. Sebelum membahas lebih lanjut, perlu diketahui bahwa menimbun berbeda dengan mengoleksi, ya.
Kolektor akan menyimpan barang secara rapi dan tidak ragu untuk menjualnya ketika dibutuhkan. Sementara penimbun justru menyimpan aneka jenis barang secara impulsif, meskipun benda tersebut tidak penting.
Dari penjelaskan di atas, diketahui hoarding disorder dapat menimbulkan masalah dalam hubungan, aktivitas sosial, pekerjaan, dan sektor kehidupan lainnya. Seseorang yang mengidapi masalah kesehatan ini cenderung mengisolasi diri dan merasa kesepian.
Penyebab hoarding disorder
Penyebab seseorang mengidap hoarding disorder tidak bisa dipahami sepenuhnya. Pemicunya bermacam-macam, misalnya gangguan mobilitas secara fisik sehingga tidak mampu membereskan barang berantakan. Selain itu, depresi dan gangguan obsesif kompulsif (OCD) juga terkadang bisa memunculkan gejala gangguan penimbunan barang.
Gejala hoarding disorder
Ciri-ciri gejala hoarding disorder bisa dikenali saat seseorang mencapai usia remaja dan dewasa awal. Pada awalnya, penyakit ini dapat diketahui ketika seseorang dapat mulai mengumpulkan benda yang menurutnya bermanfaat. Semakin lama, kebiasaan menimbun ini berubah menjadi semakin serius hingga memakan banyak ruang.
Gejala hoarding disorder dapat diketahui dengan beberapa ciri berikut:
- Sulit membuang atau berpisah dengan barang-barang secara terus-menerus, tanpa melihat fungsi sebenarnya.
- Merasa tertekan untuk membuang benda-benda.
- Menumpuk banyak jenis benda hingga mengacaukan tempat tinggal sampai mengganggu fungsinya. Contoh, wastafel tidak lagi bisa digunakan untuk cuci tangan karena dipenuhi barang.
Gangguan penimbunan dapat menimbulkan tekanan dalam diri sendiri serta memicu konflik dengan orang lain yang berusaha mengurangi atau membuang tumpukan barangnya.
Tahapan hoarding disorder
Pengidap hoarding disorder meyakini bahwa barang yang disimpannya akan dibutuhkan suatu saat. Penyakit mental ini juga membuat pengidapnya merasa bahagia saat menimbun barang.
Ada lima tahapan hoarding disorder yang perlu diketahui, yakni:
- Tahap pertama: Penumpukan barang yang ringan tanpa tanda serius;
- Tahap kedua: Pengidapnya enggan menerima pengunjung;
- Tahap ketiga: Tempat tinggal beraroma tidak sedap dan minim ruang akibat lorong yang sempit karena penumpukan;
- Tahap keempat: Hoarding disorder bisa menyebabkan kerusakan struktural, masalah limbah, dan disfungsi ruangan;
- Tahap lima: Penumpukan level parah ditandai dengan bahaya seperti kebakaran, tidak ada listrik atau air bersih, hingga kotoran menumpuk.
Perbedaan hoarding disorder dan malas beres-beres
Hoarding disorder kerap dianggap sebagai perilaku malas beres-beres. Padahal, keduanya hal yang berbeda lho, Bela.
Hoarding disorder adalah kondisi mental yang membuat pengidapnya melakukan penimbunan kompulsif. Bukan hanya malas atau ceroboh, gejalanya terjadi sebagai perwujudan dari kecemasan. Sementara seseorang dengan rasa malas masih punya kesadaran untuk tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan.
Beda halnya dengan hoarding disorder. Kondisi mental ini tidak selalu dikondisikan. Alasan kemalasan bisa menjadi alasan untuk enggan menata barangnya.
Cara mengobati hoarding disorder
Popbela sudah membahas mengenai pengertian dan gejala hoarding disorder. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui metode pengobatan dalam menyembuhkan hoarding disorder.
Umumnya, ada dua jenis terapi utama untuk mengobati hoarding disorder, yaitu:
- Terapi perilaku kognitif
Pengobatan umum untuk gangguan hoarding disorder ini dilakukan dengan bantuan ahli kesehatan mental berlisensi, seperti psikolog. Para ahli akan mencoba memahami alasan mereka menimbun barang dan membantunya untuk mengurangi rasa cemas saat membuangnya.
- Obat antidepresan yang biasanya berupa inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI)
Layanan kesehatan mental seperti psikiater bisa meresepkan obat antidepresan. Pengobatan ini dinilai dapat membantu mengatasi gejala kecemasan atau lainnya pada individu dengan hoarding disorder.
Dengan pengobatan tersebut, apakah hoarding disorder bisa disembuhkan? Beberapa prognosis gangguan penimbunan kerap buruk. Meski demikian, para pengidapnya akan membaik setelah rutin melakukan terapi perilaku kognitif.
Dari pembahasan di artikel ini, dapat disimpulkan bahwa hoarding disorder tidak sama dengan kemalasan, ya. Kondisi ini perlu mendapat bantuan medis untuk sembuh karena termasuk kategori gangguan kesehatan mental.
Referensi:
American Psychiatric Association. What is Hoarding Disorder?. Diakses November 2024.
Cleveland Clinic. Hoarding Disorder: What It Is, Causes, Symptoms & Treatment. Diakses November 2024.
Resources to Recover. Understanding Hoarding Disorder: What You Need to Know. Diakses November 2024
Good Therapy. Hoarding. Diakses November 2024.
Spaulding Decon. 5 Stages of Hoarding Explained. Diakses November 2024.