Cinta terpendam adalah salah satu hal yang menguras ragam rasa; senang, penasaran, geregetan, rindu, sakit, sedih, sesal, dan sebagainya. Setiap orang mungkin pernah mengalami cinta diam-diam yang rumit ini, termasuk kamu kah?
Lewat Media Sosial
Kamu melihatnya pertama kali lewat media sosial. Wajah rupawan dan prestasi yang tak biasa akhirnya menggerakkan jemarimu untuk memeriksa akunnya. Semakin banyak posting-an yang kamu buka, semakin besar rasa kagummu padanya. Lewat celotehan-celotehannya di status, caption, hingga komentar, kamu bisa menyimpulkan beberapa hal tentangnya. Ia adalah seorang yang ramah, santai, humoris, cerdas, senang berpuitis, sosialis, pemimpi dan menjaga jarak dari perempuan. Sempurna memenuhi kriteria yang kamu inginkan. Jadilah ia masuk dalam daftar ‘harapan’mu.
Tak Sekalipun Bertemu
Ia berasal dari daerah yang jauh. Karena itu, melihat dan mengenalnya hanya bisa kamu lakukan lewat layar, hingga suatu saat kalian mengikuti suatu event nasional yang sama. ‘Kesempatanmu untuk bisa melihatnya’, begitu pikirmu. Namun berhari-hari event terlaksana, hingga sampai penghujung hari, tak sekalipun kamu menemukan sosoknya di antara ribuan peserta event lainnya. Seminggu lebih kalian berada di daerah yang sama, tak satupun temu terwujud. Kamu pun pulang dengan rasa sesal.
Menanggung Rasa Sendiri
Kamu mulai berkali-kali merana karena merindukannya. Setiap rindu itu membuncah, media sosial menjadi jalanmu untuk bisa mengatasinya. Sayangnya, berhari-hari ia tak muncul. Begitu akhirnya ia muncul, posting-annya membuatmu sangat geregetan. Ia mengunggah gambarnya di suatu tempat wisata daerah yang juga kamu singgahi.
Kisah yang Stagnan
Layaknya kisah cinta diam-diam secara umum, kisahmu juga sama sekali tak mengalami perkembangan. Diam beroleh ‘diam’. Diam tanpa kata ungkapan rasa menghasilkan kisah yang ‘diam’ pula, tanpa gerak. Beberapa lama ia hilang dari media sosial hingga tak ada jalan untuk mengetahui kabarnya. Cukup lama hingga perhatianmu tak lagi dikuasainya, terganti oleh kesibukan-kesibukan yang menguras pikiran dan tenaga.
Terima Kasih!
Saat tiba masanya, ia akhirnya muncul kembali dengan mengunggah gambar dirinya bersama teman-temannya, seperti biasa, kamu memekik tertahan seraya menyungging senyum. Celoteh kerinduan tak jelas spontan keluar dari mulutmu. Kamu tersenyum simpul. Saat itulah kamu sadari rasamu yang ‘liar’ telah melunak. Sebelumnya kamu begitu berharap untuk dipertemukan dan ditakdirkan bersamanya. Kini tidak. Kamu tak ingin memaksa Tuhan lagi. Apapun akhir dari kisah ini, aku tak akan menyesal. Apapun keputusan-Nya, itulah yang terbaik untuk kami berdua.
credit photo: Testament of Youth Movie/Sony Pictures Classic/www.imdb.com
Informasi lebih lengkapnya, kamu bisa cek di sini.