Pagi ini penikmat musik di Indonesia dihebohkan dengan kabar meninggalkan vokalis band rock alternatif Linkin Park, Chester Bennington. Pada hari Kamis pagi (20/7) waktu setempat, Chester memutuskan untuk mengakhiri hidupnya di usia 41 tahun dengan gantung diri di rumahnya. Mungkin diantara kamu masih bertanya-tanya, siapa sih dia dan kenapa beritanya heboh banget? Popbela mencoba mengumpulkan fakta kenapa kematian Chester begitu menyedihkan.
1. Bagian dari masa remaja generasi millennial
Lagu-lagu Linkin Park seperti Numb, Breaking The Habit dan Crawling sempat digandrungi oleh remaja Indonesia sekitar tahun 2000an, bahkan hingga sekarang. Walau lagu mereka terkesan cowok banget, faktanya nggak sedikit cewek yang nge-fans sama mereka. Lagu-lagu mereka lah yang menemani hari-hari generasi millennial saat masih duduk di bangku SMP dan SMA. Biasanya nih, musisi atau penyanyi yang karyanya sudah kita dengar sejak lama dan menemani masa pertumbuhan dan masa puber itulah yang justru lebih membekas di hati dan ingatan ketimbang penyanyi yang baru bermunculan seperti sekarang.
2. Ayah dari 6 orang anak
Chester menikah dengan seorang wanita bernama Samantha Marie Olit pada tahun 1996 dan berpisah pada tahun 2005. Dari pernikahan ini, Chester memiliki 1 orang anak. Setahun setelahnya, Chester menikah dengan Talinda Ann Bentley dan memiliki 3 orang anak. Chester juga memiliki 1 anak dari pacarnya terdahulu, Elka Brand, dan 1 orang anak yang dia adopsi sendiri dan diberi nama Isaiah. Luka atas kepergian Chester tentunya nggak hanya dirasakan oleh wanita-wanita yang pernah dan sedang bersama, tapi juga oleh anak-anaknya.
3. Pernah ingin bunuh diri
Dalam sebuah wawancara, Chester mengaku dia pernah ingin mengakhiri hidupnya karena pernah mengalami pelecehan dan kekerasan seksual oleh seseorang yang lebih tua darinya saat dirinya masih berusia 7 tahun. Ibu dan ayahnya bercerai saat dirinya masih berusia 11 tahun dan sejak itulah dia mulai mengenal obat-obatan terlarang dan alkohol. Kekerasan seksual itu terus berlanjut hingga ia menginjak usia 13 tahun. Saat itu Chester takut untuk meminta pertolongan karena takut dikira gay atau berbohong. Maka dari itu, dia menyalurkan rasa sakitnya melalui puisi dan lagu. Suatu hari, Chester memutuskan untuk melaporkan sang pelaku kepada ayahnya yang juga merupakan seorang polisi. Namun Chester memilih untuk nggak melanjutkan kasusnya setelah mengetahui bahwa pelaku juga merupakan korban dari kekerasan seksual.
4. ‘Menyusul’ sang sahabat
Pada bulan Mei 2017, seorang musisi sekaligus sahabat terdekat Chester yaitu Chris Cornell juga bunuh diri. Tanggal 20 Juli (tanggal Chester meninggal) juga merupakan tanggal ulang tahun mendiang Christ ke-53. Ketika sahabatnya meninggal, Chester juga sempat menulis surat untuk sahabatnya, “Kamu telah menginspirasiku dalam banyak hal yang nggak kamu tahu. Bakatmu sangat murni dan nggak tertandingi. Suaramu sangat menyenangkan dan sakit, marah dan penuh maaf, cinta dan patah hati semua menjadi satu. Aku pikir itulah kita. Kamu telah membantuku memahami itu semua. Aku nggak bisa membayangkan dunia tanpamu. Semoga kamu menemukan kedamaian di kehidupan berikutnya. Aku sampaikan cintaku kepada istri dan anak-anakmu, teman dan keluarga. Terima kasih telah mengizinkanku menjadi bagian dari hidupmu.”
5. Bunuh diri sebelum pemotretan
Dilansir dari TMZ, Chester baru pulang dari Arizona di mana dia dan istrinya tinggal. Sang istri memutuskan untuk menetap di Arizona lebih lama dan Chester kembali ke rumah pribadinya di California. Chester dan teman-teman satu band seharusnya menjalani sesi pemotretan di hari itu. Teman-teman Chester tiba di rumah setelah ada polisi yang mengelilingi rumah Chester dan betapa terkejutnya mereka ketika sang vokalis ditemukan sudah tak bernyawa. Bahkan, satu minggu lagi mereka akan mengadakan tur. Tubuhnya ditemukan di ruang tidur Chester oleh asisten rumah tangganya sebelum jam 9 pagi waktu setempat.
Rest in peace, Chester.
