Meskipun kamu merasa sudah terdesak oleh umur, bukan berarti kamu boleh sembarangan dalam memilih pasangan. Salah memilih pacar saja sangat bisa menurunkan kebahagiaanmu, apalagi kalau salah memilih suami atau istri? Terlebih bila kamu masih muda.
Buat apa terburu-buru? Hentikan dorongan untuk mengejar status belaka atau sekadar demi memuaskan harapan orang-orang di sekitarmu yang ingin kamu segera punya pacar atau menikah. Delapan hal di bawah ini harus menjadi bahan pertimbanganmu sebelum menerima seseorang sebagai pasangan.
1. Apakah dia suka bergenit-genit pada siapa pun?
Ingat, ya, hatimu nggak terbuat dari batu. Bahkan batu pun bisa berlubang, pecah, dan hancur. Jadi, nggak usah berpura-pura kuat melihat tingkah genitnya pada orang lain. Kamu akan sulit untuk memberi garis batas yang jelas antara sifat genitnya pada siapa pun dengan kecenderungannya melakukan perselingkuhan.
Di depanmu tentu dia nggak akan mengakui tindakannya bergenit-genit pada orang lain sebagai keinginan berselingkuh. Namun, kalau isi pikirannya didominasi bayangan orang lain dan bagaimana cara untuk membuat orang itu tertarik padanya, apakah ini bukan perselingkuhan?
2. Apakah dia suka sekali berkomentar negatif tentang penampilanmu?
Sesekali, komentar negatifnya soal penampilanmu tentu akan mendorongmu untuk lebih menjaga penampilan. Kamu jadi lebih rapi dan trendi. Namun, bila terlalu sering, apakah dia tidak bisa melihat sisi positif dari penampilanmu?
Atau, dia nggak ingin memberimu kesempatan untuk menjadi diri sendiri? Sebagai calon pasanganmu, seharusnya dia bisa menjaga perasaanmu. Komentar negatif yang terus-menerus terkait penampilan sangat ampuh untuk meruntuhkan kepercayaan dirimu. Terlebih bila dia kerap melontarkannya di depan orang banyak.
3. Apakah dia bisa menghargai setiap usahamu?
Ini terkait usahamu untuk membahagiakannya maupun usaha membangun hidupmu sendiri. Terkait hidupmu sendiri misalnya usahamu mengejar mimpi-mimpimu. Apakah dia tampak mendukungmu atau justru selalu menganggapnya nggak penting? Atau malah dia yakin kamu nggak akan pernah berhasil meraihnya?
Lalu tentang usahamu membahagiakannya. Seharusnya, sih, kebahagiaannya nggak sepenuhnya menjadi tugasmu. Itu bahkan lebih layak menjadi tugas pribadinya. Bila dia terlalu membebanimu dengan tugas membahagiakannya padahal dia sendiri nggak mudah dipuaskan, kamu akan merasa sangat lelah menjadi pasangannya.
4. Apakah dia bisa bersikap setara dan menghargai pendapatmu?
Bahkan sekalipun kamu perempuan, bukan berarti pendapat dan hak-hakmu bisa dinomorduakan. Nggak ada aturan seperti itu apalagi di zaman semodern ini. Kamu juga perlu didengar, terlebih terkait hal-hal dalam hidupmu sendiri.
Menjadi pasanganmu bukan berarti menjadi penentu segala hal dalam hidupmu. Kamu nggak butuh orang yang selalu mendominasimu. Sebab, belum tentu dia lebih benar atau lebih tahu segalanya ketimbang kamu, kan?
5. Bagaimana dia memengaruhi hidupmu, positif atau negatif?
Kalau belum apa-apa dia sudah jelas memberikan pengaruh buruk dalam hidupmu, langsung di-skip saja. Tugas terbesarmu ialah menjaga hidupmu sendiri. Jangan sampai orangtua sudah membesarkan dan mendidikmu dengan susah payah, lalu hidupmu berantakan gara-gara kehadirannya.
Percayalah, kamu punya banyak sekali pilihan calon pasangan yang lebih baik darinya. Bahwa sekarang belum dipertemukan, bukan berarti selamanya nggak akan terjadi. Justru bila kamu nekat meneruskan hubungan dengan orang yang sejak awal sudah berpengaruh buruk pada hidupmu, peluang itu akan sirna.
6. Sebanyak apa permintaannya padamu?
Minta ini, minta itu, seolah-olah kamu toko serba ada atau bahkan seorang dermawan kaya raya yang selalu mampu memberikan segalanya. Padahal kenyataannya, kamu juga manusia biasa yang penuh keterbatasan.
Bila permintaannya terkait materi, gajimu tetap ada angkanya. Artinya, maksimal hanya sebanyak itulah yang bisa kamu gunakan untuk membelikannya ini-itu. Bahkan, bila ia meminta terlalu banyak waktu untuk bersama, memangnya urusanmu dalam hidup ini cuma berduaan dengannya?
7. Apakah kehadirannya merenggut kebebasanmu berekspresi?
Mungkin saja caramu mengekspresikan diri memang sudah berlebihan sehingga perlu dikendalikan. Namun, apabila sikapnya sampai membuatmu kehilangan kebebasan berekspresi, apakah kamu masih menjadi dirimu sendiri?
Kamu nggak akan betah terus dipaksa untuk mengikuti aturannya dalam berekspresi. Misalnya, mengunggah foto sendiri di akun media sosial sendiri pun nggak boleh. Padahal penampilan dan posemu sudah cukup sopan. Atas nama kecemburuan atau apa pun itu, kamu akan merasa kehilangan kemerdekaanmu.
8. Apakah dia memperlakukanmu selayaknya manusia atau menganggapmu seperti barang saja?
Bentuk perilaku dari menganggapmu sebagai barang saja misalnya, nggak menghargai pendapat dan pilihanmu. Bisa juga bersikap kasar padamu setiap dia merasa kesal, bahkan sekalipun penyebab kekesalannya bukan kamu.
Atau dengan kata lain, hanya menjadikanmu pelampiasannya. Juga suka memaksakan nafsu seksualnya padamu baik di tempat sepi maupun ramai sehingga kamu merasa sangat tidak aman dan malu. Bukan begini orang yang terbaik untukmu.
Asal punya pasangan nggak bakal bikin hidupmu bahagia. Malah bisa menjadi sumber masalah dan penderitaan yang nggak ada habisnya. Ingin cepat diakhiri pun kadang amat sulit. Maka delapan pertimbangan di atas jangan dianggap nggak penting, ya!
Disclaimer: Artikel ini sudah diterbitkan di laman IDN Times dengan judul "8 Pertimbangan Sebelum Menerima Seseorang sebagai Pasangan"