Kata orang, anak pertama haruslah pintar dan berbakat karena ia akan menjadi sumber ilmu bagi para adiknya. Jika ia merupakan anak tunggal, ia akan menjadi tumpuan harapan orang tua yang sangat menyayanginya. Anak pertama haruslah sukses, memiliki pekerjaan yang bagus, kondisi keuangan yang baik dan memiliki fisik dan mental yang kuat. Intinya, anak pertama dituntut untuk sempurna. Padahal, ini semua hanya masalah urutan kelahiran. Hanya karena aku dilahirkan untuk pertama kalinya, bukan berarti aku harus menanggung semua harapan dan masalah.
Bagaimanapun, anak pertama akan menjalani kehidupan terbaiknya di masa depan, sang orangtua melihatnya sebagai simbol kasih sayang yang selalu ditunggu. Kelahiranku sebagai anak pertama, disambut dengan sukacita oleh semua pihak. Namun, tidak semua anak pertama mendapatkan pengalaman bahagia yang sama sepertiku. Banyak fakta mengerikan ketika orangtua menggugurkan kandungan dan ternyata adalah anak pertamanya, atau orangtua yang menyakiti anaknya setelah melakukan kesalahan kecil.
Di mata anak-anak urutan lain, mungkin bagi mereka anak pertama selalu mendapatkan keistimewaan. Paling diperhatikan, paling disayang, paling ditunggu, dan beragam paling lainnya. Anak pertama memang mendapatkan semua hal yang pasti diirikan oleh adik-adik di belakangnya. Tapi jikalau sudah mengetahui beban yang dimiliki anak pertama, masih inginkah iri? Semua tantangan hidup harus kulewati sendiri, tanpa dapat melihat panutan siapapun. Mungkin sebagai anak pertama, aku tidak selalu istimewa, terlepas dari kegagalan dan kesalahan yang pernah kubuat. Tapi setidaknya, aku berusaha untuk memberikan yang terbaik pada keluarga, dengan membawa pangkat ‘anak pertama’.