Saat ini, mungkin inilah yang menjadi akhir pena yang aku gariskan untuk kisah yang pernah ada selama aku, kamu dan hujan bersatu. Aku berharap kamu mengetahui, di mana aku harus berteman dengan luka yang indah. Aku bahkan membiarkan luka ini semakin lebar, karena aku tidak tahu bagaimana harus ku sembuhkan.
Terimakasih berkat dirimu, aku pernah merasa hangat untuk beberapa waktu
Terima kasih telah menyentuh hidup ku yang benar-benar kacau. Terimakasih bahwa kamu pernah menerima apa adanya diriku. Terimakasih untuk tetap bersabar menghadapi kerasnya egoku, walaupun kini, aku tidak lagi kau sinari. Terimakasih untuk mengatakan yang sejujurnya. Terima kasih telah menjadi apa yang benar-benar kubutuhkan. Aku tahu bahwa kamu adalah seseorang yang pernah Tuhan kirim untuk singgah di hidupku untuk masa yang singkat. Untuk mengubahku menjadi lebih baik. Untuk mengerti apa itu hidup. Untuk mengerti segala yang kuperlukan di dunia ini di kemudian hari. Terimakasih telah mengajarkan ku pelajaran bahwa hidup tidak harus selalu bersandar. Aku mengerti setelah kamu tidak lagi di sisi, banyak hal yang kamu tinggalkan, kepedulianmu, hangatmu, apa adanya dirimu, dan terimakasih untuk lebih memperkenalkan ku pada sosok Tuhan kita sang pencipta yang telah mempertemukan kita.
Tidak peduli seberapa keras aku telah mencoba, kamu mungkin tidak akan berpaling dari dia
Aku telah mencoba untuk tetap berdiri teguh di sampingmu, melawan ego ku yang paling keras, mengurangi sisi burukku dan selalu mencoba apa yang kau inginkan. Tetapi mungkin aku tidak akan pernah mengerti apa yang kau butuhkan. Saat itu, aku tahu betapa jauh kita, bukan karena jarak, tetapi karena bagaimana cara kita berpikir. Akal kita yang selaras tetapi tidak sepaham. Aku tahu itu, tetapi saat itu aku tidak tahu bagaimana cara mengendalikan ego ku yang begitu keras. Dan kamu tahu, saat kamu masih menjadi payung ku hingga tak lagi ku temukan tanganmu yang menutupi ubun-ubun ku, maka saat itu aku terus berjuang, selalu mencoba. Aku selalu berusaha menyelami sisi-sisimu yang dalam, bahkan aku selalu berusaha mengerti bagaimana kisahmu. Bahkan aku berlari di tengah hujan untuk memperbaiki semua kisah kita. Walaupun pada akhirnya aku terlambat, aku sudah tidak pernah lagi menemukanmu. Jalan yang pernah kita lalui kini buntu dan tak berarah. Aku sudah tidak lagi merasa silaumu, aku berharap kamu dapat hidup dengan baik dengan dirinya yang telah dipilihkan untukmu.
Aku tidak pernah benar-benar tahu alasan mengapa kau tidak lagi menjadi payung ku
Aku masih selalu berpikir bahwa mungkin ini hanya kesalahpahaman sehingga semua ini harus kita lalui. Aku merindukan silaumu di kala hujan membasahi kita. Disaat malam gelap dan kita terhenti untuk sebuah kisah fatamorgana ini. Aku bahkan tidak pernah percaya karena pernah mengenal sosok yang seperti dirimu. Aku bahkan tidak dapat mengeja apa yang pernah ada dan yang pernah kita lalui. Aku bahkan belum mengucapkan betapa aku menyayangimu, tetapi aku tidak menyuruhmu untuk menengokku kembali. Sekalipun aku dapat mengerti hal terakhir yang kamu sampaikan, aku masih saja tidak berhenti untuk menunggu. Aku bahkan masih berdiri dalam kekosongan pahit yang kau tinggalkan. Sisa-sisa kisah semu ini belum bisa menjadi akhir ku sepenuhnya. Mungkin kini aku seperti sedang merasakan kasih yang tidak sempurna, yang bertepuk sebelah tangan karena hanya aku di sini yang masih terus memegangi payung dalam kegelapan. Guyuran hujan juga seolah tidak dapat menghentikan hatiku.
Dan aku berdoa supaya kamu benar-benar memiliki hati yang tulus selama ini, dan jika tidak maka tumbuhkanlah hati mu, hiduplah dengan ketulusan hati, lihatlah betapa keras Tuhan mengajarkanmu arti seseorang yang pernah kau temui. Lihatlah semua pelajaran dengan hatimu, sandarkanlah logikamu dengan hatimu agar kamu mengerti apa itu kasih dan ketulusan.
photo credit: Fifty Shades Darker/Universal Pictures/www.imdb.com