Masyarakat dikejutkan dengan pemberitaan dua pasien pertama virus corona di Indonesia pada awal Maret lalu. Kini, dua pasien pertama, bersama dengan pasien no. 3, yang juga masih berhubungan keluarga tersebut telah dinyatakan sembuh dan diperboleh pulang ke rumah masing-masing.
Mereka kemudian melangsungkan konferensi pers dan bercerita tentang pengalaman mereka dalam berjuang melawan virus corona atau COVID-19.
1. Merasa bersyukur dengan perawatan yang diberikan
“Saya sangat bersyukur dirawat di RSPI Sulianto Saroso, karena mulai dari dokter, suster, sampai pekerja lab dan cleaning service sangat membantu kami. Mereka 24 jam siap mendampingi kami. Saya ingin sekali pemerintah memberikan penghargaan dan apresiasi untuk mereka yang 24 jam berada di garda depan, dan mereka akan bekerja terus, saya nggak tahu mungkin sampai beberapa bulan ke depan. Saya mohon perhatian buat mereka, karena mereka luar biasa kerjanya,” ujar pasien no. 2 yang berusia 64 tahun.
Pasien no. 2 diketahui sebagai ibu dari pasien no. 1 yang berprofesi dosen tari. Pasien no. 1 yang juga berprofesi di dunia tari, terpapar oleh COVID-19, karena berinteraksi dengan seorang WN Jepang di sebuah klub dansa pada 14 Februari 2020. Setelah terbang ke Malaysia, barulah dia merasa sakit dan akhirnya memeriksakan diri. Ternyata dia positif COVID-19.
2. Pasien sempat menangis terus akibat gosip yang beredar
Selain itu, pasien No. 1 bercerita dirinya sempat merasa stres dan menangis terus saat menjalani perawatan. Dia pun meminta untuk masyarakat dan rekan-rekan media untuk melakukan pemberitaan yang sebenar-benarnya.
“Saya meminta masyarakat dan media juga mendukung pasien di rumah sakit, yaitu mendukung secara moral. Penyebaran informasi yang tidak benar oleh berbagai pihak yang tidak bertanggung jawab, bisa mengganggu psikis kami yang sedang dirawat,” tuturnya sambil menahan tangis.
“Saya mengimbau juga agar orang-orang di luar jangan menghakimi pasien yang positif COVID-19 dengan berbagai stigma negatif, karena pasien artinya menjadi korban dua kali.”
“Selama diisolasi, selama seminggu saya itu nangis terus. Saya tahu yang dibicarakan oleh beberapa media serta orang-orang yang menyebarkan info mengenai saya dan ibu saya yang berprofesi sebagai penari. Kami sebagai pegiat seni dan pejuang budaya, yang selama hidup kami, selalu berbuat apa pun yang kami bisa untuk Indonesia dalam hal seni dan budaya,” ujarnya.
“Semua harus ingat kalau virus ini tidak memandang bulu, tidak memandang ras, semua bisa terkena,” jelasnya lagi.
3. Meminta agar masyarakat tidak panik
Satu lagi pasien yang juga masih dalam klaster yang sama dengan pasien 1 dan 2, yaitu pasien 3, yang merupakan kakak dari pasien 1 juga telah dinyatakan sembuh.
“Pesan saya untuk masyarakat Indonesia yang mungkin sekarang agak panik, untuk nggak panik, karena sebenarnya seperti yang sudah pernah dibilang, virus ini adalah self-limiting disease, jadi kita punya kekuatan dalam diri kita untuk menyembuhkan,” katanya.
“Asal kita displin, minum air putih yang banyak, istirahat yang benar, asupan gizi juga harus benar, makan sayuran dan vitamin, jaga immune system kita. Juga terpenting adalah personal hygiene, rajin cuci tangan, dan dengarkan pesan pemerintah. Kalau kita diminta untuk melakukan social distancing dan pembatasan aktivitas sosial untuk sementara, ya kita sebaiknya lakukan sebaik mungkin.”
“Satu lagi, kalau ada yang kasusnya seperti saya, positif memiliki virus tapi tidak memiliki gejala, justru lebih berbahaya, karena bisa menularkan ke orang lain tanpa saya sadari. Itu akan berefeknya lebih parah,” jelasnya.
Baca Juga :