Pertanyaan “kapan nikah?” kerap dilontarkan pada para perempuan, atau bahkan laki-laki, yang masih single di usia matang. Usia matang ini sendiri pun berbeda-beda. Ada yang menganggap usia 25 tahun adalah usia yang siap untuk menikah, ada pula yang menganggap usia 30 tahun merupakan usia yang sudah sangat matang untuk melangkah ke jenjang pernikahan.
Urusan pernikahan ini pula yang sempat jadi perbincangan lantaran pernyataan Kartika Putri saat menjadi bintang tamu di podcast kanal YouTube TS Media dengan host Luna Maya dan Marianne Rumantir.
Kartika Putri sempat mengatakan pada Luna Maya, “Mbak, buru-buru, deh, nikah. Enak nikah, mbak. Tidur ada yang melukin. Kalau selimut kebuka, nih, ntar ada yang nyelimutin.”
Luna Maya menanggapi dengan, “Tidak semua orang seberuntung kamu.”
Gara-gara percakapan itu, Kartika Putri langsung mendapat kecaman dari warganet. Perkataannya dianggap tak menghargai Luna Maya. Setelahnya, Kartika Putri meminta maaf jika perkataannya itu tidak tepat, Luna Maya pun sudah memberikan pernyataan bahwa dirinya tidak tersinggung dan dia pun meminta pada warganet untuk tidak lagi menghujat Kartika Putri.
Terlepas dari percakapan antara Luna Maya dan Kartika Putri, faktanya di masyarakat Indonesia, orang-orang masih senang bertanya “kapan nikah?” pada perempuan yang berstatus single. Entah itu sekadar basa-basi atau sedikit memaksa, pertanyaan itu sebenarnya sudah tidak pantas lagi untuk dilontar.
Simak alasannya di sini.
1. Tidak sopan untuk ditanyakan
Sejujurnya, pertanyaan seperti ini tidak sopan untuk ditanyakan, karena hal tersebut masuk ke ranah pribadi seseorang. Bahkan jika kamu bertanya pada teman dekat atau saudara, tetap saja pertanyaan “kapan nikah?” terkesan tidak sopan untuk dilontarkan. Masih ada banyak, kok, pertanyaan dan topik-topik lainnya yang bisa kita bicarakan, seperti soal kegiatan sehari-hari, hobi, pekerjaan, pendidikan, berita terkini, dan lainnya.
2. Pernikahan tidak menjamin kebahagiaan seseorang
Dalam podcast tersebut, Kartika sempat menyebut, “Enak nikah, mbak. Tidur ada yang melukin.” Namun pada kenyataannya, pernikahan tidak bisa menjamin kebahagiaan seseorang. Pernikahan juga bukan akhir dari kehidupan cinta kita. Itulah mengapa, kita harus berhenti bertanya soal “kapan nikah?”, karena kita tidak bisa mengukur bahwa orang yang belum menikah itu pasti tidak bahagia. Jika dia bahagia walaupun tidak menikah, toh tidak apa-apa juga, kan?
3. Bukan urusan kita
Seperti sudah disebut di atas, urusan pernikahan adalah ranah pribadi seseorang. Sehingga itu merupakan pilihan dari orang tersebut apakah dia ingin menikah atau tidak. Kita, sebagai pihak luar, nggak berhak untuk memaksa orang lain untuk buru-buru menikah, hanya karena usianya sudah dianggap matang.
4. Bisa menyakiti hati orang lain
Kenyataannya, pertanyaan seperti “kapan nikah?” bisa menyakiti hati orang lain. Bagaimana kalau seandainya dia sudah punya rencana menikah, tapi ternyata sang kekasih malah meninggalkannya? Atau dia memiliki trauma dalam hubungan asmara yang kita tak ketahui? Dia mungkin hanya tersenyum saat mendengar pertanyaan itu, tapi kita tak akan bisa tahu apa yang sungguh-sungguh dia rasakan.
5. Setiap orang memiliki jalan yang berbeda
Saat ditanya soal pernikahan, Luna Maya sempat berkata, “Nggak semua orang seberuntung kamu.” Ya, itu benar. Setiap orang memiliki rezeki, jodoh, dan jalan yang berbeda-beda. Ada yang bisa langsung bertemu jodohnya, tapi ada juga orang yang perlu butuh waktu lama untuk bertemu sang belahan jiwa. Setiap orang juga punya waktunya masing-masing dan kita harus menghargai hal itu.
6. Pilihan orang lain bukan hak kita untuk menghakimi
Ada perempuan yang memang memilih untuk hidup sendiri, ada juga perempuan yang ingin mengejar kariernya sebelum menikah. Itu semua adalah pilihan hidup masing-masing orang, kita tak punya hak untuk menghakiminya. Jadi sudah saatnya kita berhenti bertanya soal “kapan nikah?”, jika memang pilihan orang tersebut adalah untuk tidak menikah.
Selain “kapan nikah?” ada banyak pertanyaan lainnya yang juga sebaiknya tak ditanyakan lagi, seperti “kapan punya anak?” atau “kapan nambah anak lagi?”. Alasannya pun sama seperti di atas, setiap orang punya hak untuk memilih berbagai hal dalam hidupnya dan kita tak bisa mengatur kehidupan mereka.