Bagaimana cara menjaga hubungan yang berkualitas bersama pasangan? Melansir dari Her Campus, terapis mengatakan salah satu caranya adalah menjaga kehidupan seks yang sehat. Namun sehat di sini, nggak hanya berkaitan dengan kesehatan fisik semata, Bela. Lebih dari itu, terapis mengungkapkan kalau kehidupan seks yang sehat adalah saat kamu dan pasangan merasa nyaman untuk membicarakan kebutuhan seks satu sama lain.
Mau terbuka dan percaya diri untuk membicarakan seks bersama pasangan dapat membantu membangun kehidupan seks yang sehat. Misalnya, membicarakan fantasi seks satu sama lain atau mengungkapkan masalah seksual yang dapat mengganggu sesi bercinta bersama. Menurut terapis, ada beberapa kebiasaan yang dilakukan pasangan untuk memiliki kehidupan seks yang sehat, yang berdampak pada meningkatnya kualitas hubungan secara keseluruhan. Apa saja?
1. Berani mengungkapkan jika kamu merasa kurang puas
Komunikasi adalah kunci penting dalam setiap hubungan yang sehat, baik itu romansa, seksual, maupun jenis hubungan lainnya. Namun, cara kamu menyampaikan pikiran maupun perasaanmu juga sama pentingnya untuk membantu agar diskusi mengarah pada menemukan solusi, bukan menjadi menyalahkan satu sama lain.
Misalnya, kamu merasa kurang puas dengan kehidupan seks kalian, hindari menyampaikan hal tersebut seakan sedang menyalahkan pasangan. Coba untuk membuat kalimat seperti, "Penting bagiku kalau kehidupan seks kita dapat memenuhi diri kita, dan aku ingin itu menjadi bagian penting dalam hubungan ini."
Memang, mengungkapkan kejujuran dan keinginan membuatmu merasa kurang nyaman, terutama jika berhubungan dengan seks. Namun, komunikasi yang terbuka adalah kunci penting dalam membangun kehidupan seks yang sehat dan penuh rasa percaya.
2. Seks lebih sering bukan berarti menambah kebahagiaan
Banyak pasangan yang memiliki jadwal seks rutin merasa kebingungan, "Mengapa hubungan masih terasa kurang memuaskan?" Faktanya, jumlah sesi bercinta kamu dan pasangan nggak dapat memengaruhi kebahagiaan hubungan kalian, melainka, kualitas seks yang memiliki pengaruh penting.
Sebuah penelitian yang dipublikasikan pada The Social Psychological and Personality Science Journal tahun 2015 lalu menemukan kalau pasangan yang bercinta setidaknya seminggu sekali lebih bahagia dengan hubungannya daripada mereka yang jarang bercinta. Namun, penelitian itu juga mengungkapkan kalau pasangan yang bercinta lebih dari sekali dalam seminggu nggak merasa bahagia daripada mereka yang bercinta sekali saja dalam seminggu. Artinya, meski seks berdampak pada ikatan dan kepuasan satu sama lain, intensitasnya nggak memengaruhi kebahagiaan dalam hubungan.
Terapis mengatakan kalau kualitas suatu sesi bercinta yang perlu kamu dan pasangan perhatikan. Apa kamu dan pasangan sama-sama merasa puas dengan kehidupan seks kalian? Jika jawabannya ya, kamu dan pasangan telah memiliki hubungan yang berkualitas. Ingat kalau seks nggak hanya menjadi cara untuk membangun ikatan antara satu sama lain. Dalam hubungan romansa, pastikan kalian berdua mengutamakan ikatan perasaan bersama dengan kegiatan intim ini.
3. Wajar jika kehidupan seks berubah
Terapis mengatakan ada tiga fase romansa: Lust, yang mana dipenuhi dengan gairah seksual; Attraction atau jatuh cinta; lalu yang terakhir adalah Attachment, yang mana gairah seks menurun dan merasakan keamanan dalam hubungan.
Jika kamu dan pasangan merasa nyaman, namun nggak memiliki kehidupan seks yang variatif, boleh jadi kalian sudah masuk ke fase terakhir. Kalian berdua merasa nyaman dalam hubungan dan selalu melakukan rutinitas seks yang sama setiap kali bercinta.
Sebenarnya, nggak masalah jika sudah masuk ke fase akhir ini, Bela. Namun, melakukan rutinitas seks yang itu-itu saja dapat menimbulkan kebosanan. Perasaan ini kemudian dapat memengaruhi kualitas hubungan secara keseluruhan. Coba untuk mendiskusikan hal ini dengan pasangan. Ajak dirinya untuk mengganti gaya seks atau mencoba rutinitas seks yang berbeda. Dengan begitu, kalian berdua membangkitkan kembali gairah seks yang tinggi seperti awal pernikahan.
4. Seks aman nggak selalu berkaitan dengan kontrasepsi
Seks yang aman, nggak selalu tentang alat kontrasepsi. Keamanan dalam bercinta harus meliputi semua aspek, fisik, mental, dan emosional. Seks yang aman lebih dari sekadar mengendalikan kehamilan atau mencegah penularan gangguan kesehatan seksual. Tetapi juga persetujuan pasangan dalam melakukan seks. Apakah pasangan nyaman melakukan gerakan seks yang kamu inginkan? Apa kamu merasa aman ketika melakukan hal yang pasangan inginkan?
Terkadang, salah satu pihak enggan mengatakan 'tidak' atau nggak mau menolak keinginan pasangan dengan alasan takut kurang memuaskannya. Padahal dalam bercinta, baik kamu dan pasangan harus saling merasa aman dan nyaman melakukannya. Itu adalah seks yang aman, dan dapat berdampak pada hubungan yang berkualitas. Karena itu, jangan ragu untuk mengutarakan pendapatmu ketika merasa kurang aman atau kurang nyaman dalam bercinta. Lalu, diskusikan dengan pikiran terbuka untuk mendapatkan sesi bercinta yang dapat memuaskan satu sama lain.
5. Memahami kalau seks nggak selalu sama untuk setiap orang
Seks memiliki makna yang berbeda pada setiap orang. Ada yang menganggap seks itu nggak selalu tentang penetrasi atau intercourse. Ada yang menganggap seks sebagai sesuatu yang sakral. Ada banyak lagi makna dan pandangan lainnya mengenai seks. Kamu dan pasangan boleh jadi memaknai seks dengan pandangan berbeda, boleh jadi memiliki preferensi yang berbeda pula. Karena itu, pastikan untuk membicarakan hal ini bersama-sama dengan pikiran yang terbuka dan mau mencoba hal baru bersama. Dengan begitu, kamu dan pasangan dapat membangun kehidupan seks yang sehat, yang berdampak pada hubungan berkualitas.
6. Menerima stigma yang ada pada satu sama lain
Stigma sosial dapat memengaruhi kehidupan seks kamu dan pasangan. Contohnya, pandangan negatif dari orang sekitar mengenai bentuk badanmu dapat menurunkan kepercayaan dirimu di hadapan pasangan, dan itu sangat berpengaruh pada sesi bercinta bersamanya.
Jika pasangan mengalami stigma, penting bagimu untuk mau menerima dan membantunya melawan isunya tersebut. Vice versa. Saling menerima dan membantu adalah kunci untuk melawan stigma yang memengaruhi diri. Bahkan jika memungkinkan, jalani konsultasi dengan terapis untuk membantu mengatasi hal ini. Sebab, kamu atau pasangan nggak akan dapat merasakan kepuasan seks selama masih merasa insecure, baik secara mental maupun emosional.
Enam kebiasaan ini dapat membantu menjaga bercinta yang sehat sehingga membangun hubungan romansa yang berkualitas. Pada dasarnya, kamu dan pasangan harus membiasakan komunikasi, kejujuran, dan keterbukaan dalam keidupan seks kalian.
Apa kamu sudah mencoba menerapkan kebiasaan ini bersama pasangan, Bela? Yuk, mulai jaga seks yang sehat bersama pasangan, demi hubungan yang bahagia!