Pernikahan merupakan ikatan sakral antara kedua belah pihak, disatukan sendiri oleh Tuhan, alam dan hukum. Pernikahan memang sarana untuk beranak cucu, namun, jika memang tidak dikaruniai anak, apakah itu artinya ikatan sakral itu terputus? Tidak sama sekali. Pernikahan merupakan sebuah konsep matang untuk "hidup" bersama, yang artinya tidak lagi melakukan atau mengambil keputusan secara sepihak, bukan hanya itu, komitmen untuk saling melengkapi, melindungi dan menghormati juga berperan di dalam konsep tersebut.
Faktanya, tidak sedikit orang yang akhirnya memutuskan untuk berpisah dengan pasangannya karena alasan tidak memiliki anak. Berikut ini 5 alasan penting mengapa "tidak punya anak" tidak bisa dijadikan alasan untuk berpisah.
1. Goal pernikahan bukanlah anak
"Cepat dapat momongan ya.."
"Kapan punya anak?"
"Ayo jangan ditunda. Tunggu apa lagi?"
Saat menikah, setelah menikah, setelah bertahun-tahun menikah, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan sering terdengar. Kita sering kali tidak sadar tersugesti oleh kalimat-kalimat tersebut sehingga kita menganggap memiliki anak merupakan puncak sukses dari sebuah pernikahan, akhirnya kita terbanyang-bayang untuk terus menjadikan anak sebagai patokan, kita menjadi lupa, bahwa goal pernikahan bukanlah anak, melainkan mampu mempertahankan pernikahan itu sendiri sampai maut memisahkan.
2. Anak tidak disebutkan dalam janji pernikahan
Saat memutuskan untuk menikah, apakah memiliki anak disebutkan dalam janji setia pernikahan? Tidak memiliki anak artinya bebas bercerai? Tidak memiliki anak artinya janji setia juga batal? Tidak. Sama sekali tidak. Memiliki anak atau tidak, tidaklah disebutkan di dalamnya. Melainkan menerima kekurangan, melindungi dan menghormati serta setia dalam keadaan sakit maupun sehat dan miskin maupun kaya.
3. Cinta
Pernikahan, pada dasarnya adalah keputusan untuk saling mengikatkan diri dengan pasangan berdasarkan cinta. Memiliki, atau tidak memiliki anak seharusnya tidak akan mengurangi perasaan cinta yang sejak awal sudah kuat. Jangan sampai menjadikan anak sebagai alasan lunturnya perasaan cinta, karena cinta yang sebenarnya tidak akan berkurang dengan adanya kekurangan dari salah satu pihak.
4. Tidak ada pernikahan yang tanpa masalah
Sejak awal sebelum pernikahan, pasti sudah saling mengetahui bahwa perjalanan pernikahan tidak akan selalu mulus. Akan ada banyak sekali kerikil yang menemani, tidak dikaruniai anak juga merupakan bagian dari banyaknya kerikil yang akan dilalui, oleh karena itu, jangan terpengaruh dengan masalah, namun terpatoklah pada apa yang sudah dimiliki, yaitu pasangan itu sendiri.
5. Anak adalah bonus, bukan hadiah utama
Dalam pernikahan, sebenarnya bukan anak-lah yang menduduki posisi sebagai hadiah utama, melainkan pasangan itu sendiri. Anak adalah bonus yang artinya memang tidak semua orang bisa mendapatkan bonus tersebut. Jangan salah kaprah, apalagi sampai rela menyakiti pasangan yang adalah hadiah utama kita itu karena kekurangan tersebut.
Bela, tidak adanya kehadiran anak seharusnya tidak menjadi penghalang untuk tetap setia - apalagi sampai dijadikan alasan untuk berpisah.
credir: Did You Hear About the Morgans/Columbia Pictures/ww.imdb.com
Informasi lebih lengkapnya, kamu bisa cek di sini.