Sejatinya, banyak orangtua di luar sana yang ingin anaknya punya tingkat kepandaian yang menonjol, melebihi teman-temannya. Sayangnya, harapan mereka tak sesuai dengan kenyataan. Semakin ditekan untuk terus belajar, anak semakin terbebani.
Untuk memotivasi anak, beragam cara dilakukan orangtua. Sayangnya ada cara yang justru salah, seperti membanding-bandingkan anak dengan teman-temannya. Padahal, hal ini justru berdampak buruk. Untuk kamu yang akan menjadi orangtua, yuk ketahui dampak buruknya di bawah ini, agar anak kamu nanti tidak mengalaminya. Dilansir dari laman Being The Parent, berikut ini adalah 8 dampak negatif yang ditimbulkan dari sikap orangtua yang suka membanding-bandingkan anak.
Saat terus-terusan dibandingkan dengan anak lain, anak kamu nantinya akan merasa terbebani. Sikap orangtua yang menekan dia untuk menunjukkan kemampuan yang lebih baik, akan membuat anak gelisah dan sulit tidur. Sebaiknya yang kamu lakukan adalah mencoba bicara dengan anak, tanyakan dengan lembut apa yang membuat performanya turun, apakah ada hal yang mengganggu pikirannya, kemudian cari solusinya bersama-sama.
Dengan dibandingkan, anak akan mulai berpikir bahwa anak-anak lain selalu lebih baik darinya. Dia tidak mampu membuat sesuatu yang baik atau memenuhi harapan orangtua. Perasaan seperti ini sangatlah buruk bagi kepribadian anak dan akan membuat prestasi akademiknya menurun drastis.
Ketika anak terus-terusan dicibir karena kemampuannya kurang dibandingkan yang lain atau terlalu sering menjadi bahan perbandingan, dia akan mulai menghindari interaksi sosial dan keramaian. Akibatnya, anak akan menjadi pribadi yang introvert dan tidak memiliki banyak teman.
Bila segala pencapaian yang dilakukan anak selalu diabaikan karena dianggap tidak sepadan dengan anak lain. Maka anak akan bersikap cuek dan malas untuk meraih prestasi apapun untuk menyenangkan orangtuanya. Karena orangtua terus-terusan memuji anak lain, maka anak akan berpikir bahwa apa yang dilakukannya adalah kesia-siaan sehingga dia merasa tidak perlu repot berusaha untuk memuaskan orangtuanya lagi.
Saat anak suka sekali melakukan satu hal, ini bisa jadi indikasi bahwa bakatnya ada di bidang tersebut. Namun, saat orangtua menyuruhnya melakukan hal lain yang jauh lebih bermanfaat menurut orangtua, anak akan mengalami dilema.
Bakat yang sedang ia kembangkan tidak diapresiasi dan iapun melakukan hal yang diinginkan orangtua dengan setengah hati. Akhirnya, anak tidak bisa mencapai apapun dengan maksimal. Bakatnya tidak bisa tumbuh karena ditekan orangtua dan kemampuannya di bidang yang lain tidak bisa maksimal karena bukan dari hatinya.
Saat dia sudah berusaha keras mencapai sesuatu, namun masih dibilang untuk mencontoh anak lain. Hal ini akan mematahkan kepercayaan dirinya. Anak pun mulai mengembangkan pemikiran bahwa apa yang dilakukannya tidak akan pernah cukup. Hal ini akan sangat memengaruhi prestasi dia ke depannya.
Bila anak terus-terusan dibandingkan dengan anak lain, entah itu teman, tetangga, sepupu, atau bahkan saudara kandungnya sendiri. Akan menjadi jelas bagi anak bahwa ada yang salah dengan dirinya, dan kamu tidak merasa senang dengannya.
Orangtua menjadi sumber kesakitan bagi anak, sehingga dia mulai menjaga jarak dari kamu. Anak juga akan merasa rapuh dan kehilangan kepercayaan pada orangtuanya sendiri. Hal ini bisa memicu masalah tumbuh kembang, atau masalah perilaku seiring anak bertumbuh dewasa.
Saat kamu memuji anak lain di hapadannya, dia akan mulai membenci anak tersebut, bahkan bila yang kamu puji itu saudaranya sendiri. Secara tak langsung, kamu menyampaikan pesan bahwa anak yang berprestasi lebih baik akan lebih dicintai dan disayangi. Hasilnya, anak akan menilai rendah terhadap dirinya sendiri. Hal ini juga memicu sikap agresif anak, dia bisa mulai berkelahi dengan anak yang selalu kamu puji lho, Bela.