Di dalam agama Katolik terdapat larangan yang antara pastor dan biarawati untuk menikah. Namun, cinta bisa datang kapan saja dan dari mana saja. Hal itu dirasakan oleh seorang biarawati bernama Mary Elizabeth.
Pertemuan pertamanya dengan pastor Robert tak dapat ia lupakan. Elizabeth bertemu dengan Robert saat sedang berkunjung dari sebuah biara di Oxford. Keduanya pun berada di ruangan makan sendirian, karena kerabatnya harus mengangkat telepon.
“Sejak pertama kali aku bertemu dengan dirinya, aku merasakan ada sesuatu di hatiku. Aku awalnya malu, namun dia juga merasakan hal itu juga. Kejadian itu jika diingat-ingat cukup membuatku canggung,” ujar Elizabeth.
Seminggu kemudian, Elizabeth mendapatkan pesan dari Robert, ia mengajak Elizabeth untuk menikah. Simak kisah cinta keduanya berikut ini.
1. Kehidupan suster Elizabeth sebelum mengenal Robert
Sebelum mengenal Robert, Elizabeth bernama Lisa Tinkler. Meskipun kedua orangtuanya tidak religius, saat berziarah di usianya yang ke enam tahun, ia meminta ayahnya untuk dibangunkan sebuah altar di kamar tidurnya.
Lisa kemudian pergi sendiri ke salah satu gereja Katolik Roma di kota asalnya dan duduk sendirian di bangku kedua. Sejak saat itu, ia yakin menjadi suster menjadi panggilan dirinya. Meskipun Lisa ingin segera bergabung untuk mengabdi kepada Tuhan, ibunya tidak serta merta merestuinya, dan kepergian Lisa untuk mengabdi sempat ditunda.
Selama bertahun-tahun, Suster Mary Elizabeth merasa perbendaharaan katanya berkurang karena dia hanya memiliki sedikit hal untuk dibicarakan dengan para biarawati lain, yang semuanya puluhan tahun lebih tua darinya. Oleh sebab itu, Lisa merasa terkejut saat Robert melamarnya.
2. Tidak langsung menjawab lamaran Robert
Suster Mary Elizabeth tidak memberi Robert jawaban atas pertanyaannya dan tidak tahu harus berbuat apa. Elizabeth merasa Robert tidak tahu apa-apa tentangnya, tetapi Elizabeth mengetahui sedikit tentang lelaki itu.
Lisa sering melihat Robert saat memberikan khotbah. Melalui khotbah itu, ia seperti merasakan sosok Robert yang sebenarnya.
“Saya tidak tahu rasanya jatuh cinta dan saya pikir suster lain bisa tahu seberapa bingungnya saya. Terkadang saya menjadi takut karena ada sesuatu yang baru,” ujar Lisa.
Lisa membayangkan reaksi keluarganya, atau uskupnya, jika dia pergi. Dia juga bergumul tentang apakah hubungannya dengan Tuhan akan berubah.
3. Robert mengunjungi gereja Lisa untuk meminta izin
Dengan niat yang sungguh-sungguh, Robert mengunjungi Lisa dan ingin meminta izin persekutuannya. Lisa memilih sebuah kafe terdekat untuk membicarakan hal tersebut. Alih-alih menjadi momen yang menyenangkan, pertemuan itu justru menimbulkan sedikit gejolak.
“Saya benar-benar berjuang, saya pikir harus menghentikan hal ini jika terjadi agar Robert dapat melanjutkan hidupnya. Namun, saya ingin mengetahui apakah Robert benar-benar mencintai saya,” ujar Lisa.
4. Robert merasa Lisa adalah belahan jiwanya
Robert melihat Lisa kebingungan saat di kafe, di waktu itu, ia merasakan Lisa adalah panggilan hatinya.
“Tapi sebenarnya saya diselimuti oleh rasa takut, bukan kegembiraan. Karena saya tahu pada saat itu bahwa saya harus sepenuhnya untuk Lisa, tetapi saya juga tahu kami belum siap untuk itu," ujar Robert.
Robert sendiri telah mengabdikan hidupnya untuk menjadi pastor selama 13 tahun. Hidupnya sendiri selalu dipenuhi dengan kebingungan dan pencarian.
Setelah bertemu dengan Lisa, ia merasakan hal yang belum pernah dirasakan sebelumnya.
“Saat Lisa menyentuh lengan bajuku, aku merasakan sesuatu yang tumbuh di hatiku. Kurasa aku tidak pernah mencapai titik di mana aku merasa sangat jatuh cinta, karena seorang biarawati atau sister mereka akan mengajarimu bagaimana menghadapi emosi seperti cinta,” ujar Robert.
5. Robert juga sempat mempertanyakan rasa cintanya
Tak hanya Lisa yang ragu-ragu dengan perasaan cintanya, Robert juga mengalami hal serupa. Ia juga merasakan pergolakan batin saat mengajak Lisa menikah.
“Ketika dia muncul di pub, setan kecil dalam diri saya ketakutan. Tapi, ketakutan saya bukan karena agama atau spiritual, melainkan bagaimana saya akan memulai hidup baru di usia 53 tahun,” ujar Robert.
Transisi perubahan kehidupan untuk mereka berdua adalah hal yang sulit. Sesaat sebelum Natal, keduanya telah meninggalkan kehidupan monastik.
“Saya melihat Robert sedih dan menangis. Kami berdua mencapai titik terendah dan merasakan seperti kisah cinta Robert dan Juliet,” ujar Lisa.
Untuk meredakan kesedihannya, mereka berdua mengendarai mobil dari Preston menuju Yorkshire.
6. Lisa dan Robert pindah pekerjaan
Memulai kehidupan baru, keduanya juga harus pindah pekerjaan. Lisa pertama kali bekerja di rumah duka dan rumah sakit. Sedangkan, Robert diterima di sebuah gereja di Inggris.
Mereka berdua telah menikah dan tinggal di desa Hutton Rudby, North Yorkshire. Keduanya masih menyesuaikan diri dengan kehidupan di luar gereja.
Sebelumnya, Lisa merasa terisolasi dari dunia luar selama 24 tahun dan tidak memiliki kehidupan pendidikan seperti yang Robert miliki. Saat ini ia bekerja dengan rambut pendek dan bebas mengenakan baju yang ia inginkan.
“Kami terbiasa hidup dalam kesunyian yang sulit ditemukan dalam dunia modern,” kata Lisa.
Dalam pernikahannya, Lisa mengatakan Jesus selalu ada dalam kehidupannya. Penuh lika-liku, ya, romansa mereka, Bela.