Dalam menjalani sebuah hubungan asmara, baik laki-laki maupun perempuan, keduanya memiliki pandangan masing-masing terhadap pasangannya. Pandangan ini biasanya didasari atas mitos yang berkembang mengenai sikap atau pikiran yang berdasar dari jenis kelamin.
Sayangnya, mitos yang merupakan hasil dari bentuk penafsiran yang keliru tersebut mampu membawa efek buruk pada hubungan, lho. Hal ini dikarenakan mitos tersebut akan melekat pada pikiran dan berkembang menjadi sebuah asumsi. Asumsi tersebutlah yang berbahaya karena nantinya akan menjadi tolak ukur dalam menilai sikap ataupun perilaku pasangan. Tentu kamu tidak ingin mitos-mitos tersebut berkuasa dalam hubunganmu, kan.
Nah, agar tidak terjebak dalam mitos tersebut, maka kamu perlu mengetahui mitos mengenai sikap dan pikiran perempuan dan laki-laki dalam hubungan asmara. Berdasarkan hasil penelitian, berikut 6 mitos tersebut!
1. Perempuan lebih romantis
Mitos yang satu ini seolah menjadi mitos yang abadi karena turut dilanggengkan oleh cerita-cerita romansa di media massa ataupun di novel. Nyatanya, mitos ini hanyalah isapan jempol belaka. Hal ini merujuk kepada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa laki-laki memiliki ukuran romantisme yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan. Hasil penelitian ini didapat dengan mengajukan pernyataan mengenai kesetiaan dan keteguhan dalam sebuah hubungan. Hasilnya, laki-laki lebih menunjukkan keromantisannya jika dibandingkan dengan perempuan. Selain itu, laki-laki juga lebih menyetujui gagasan mengenai "cinta pandangan pertama" dibanding perempuan.
2. Penampilan fisik pasangan jauh lebih penting bagi laki-laki
Mitos ini lahir dari penelitian terlebih dahulu yang meyebutkan bahwa laki-laki lebih mementingkan penampilan fisik dibandingkan dengan perempuan. Namun, nyatanya, sebuah penelitian terbaru menunjukan, baik laki-laki ataupun perempuan, keduanya sama-sama menempatkan penampilan pada posisi yang sama penting. Oleh karena itu, daya tarik fisik ialah hal yang sama pentingnya bagi perempuan ataupun laki-laki.
3. Perempuan kurang tertarik dengan seks
Mitos ini sempat didukung oleh penelitian terdahulu. Namun, penelitian terbaru menunjukkan hal yang bertolak belakang terhadap hal ini. Hasil studi tersebut mengungkapkan bahwa perempuan bukanlah pihak yang kurang menaruh ketertarikan pada seks, begitu pula laki-laki. Anggapan terhadap perempuan tersebut ada lantaran fakor sosial dan juga faktor situasi.
Pada faktor sosial, perempuan dianggap tabu jika mengakui minatnya pada hal seksual. Oleh karena itu, peneliti berspekulasi bahwa perempuan cenderung memanipulasi jumlah pasangan yang pernah mereka miliki. Sedangkan pada faktor sosial, perempuan lebih memilih siapa yang akan mereka pilih untuk dikencani. Oleh karena itu, anggapan bahwa perempuan kurang tertarik terhadap seks ialah sebuah anggapan yang salah besar.
4. Laki-laki dan perempuan memiliki kepribadian dan orientasi yang berbeda terhadap hubungan
Sama dengan poin di nomor 1, mitos ini juga turut dilanggengkan oleh media populer, salah satunya ialah buku Men Are From Mars, Women Are From Venus. Pada buku karyaJohn Gray tersebut, terdapat sebuah asumsi yang berpendapat bahwa perempuan dan laki-laki begitu berbeda dalam memandang sebuah hubungan.
Namun, faktanya, terdapat banyak kesamaan pada apa yang diinginkan oleh laki-laki dan perempuan dari sebuah hubungan, lho. Kesamaan tersebut salah satunya mengenai karakteristik terpenting yang harus ada dalam diri pasangan. Pribadi yang baik dan menarik serta kecerdasan ialah karakteristik yang dinilai penting dan harus ada pada diri pasangan, baik pada laki-laki maupun perempuan.
5. Laki-laki dan perempuan memiliki cara yang berbeda dalam menangani konflik
Baik laki-laki maupun perempuan, keduanya memiliki cara yang sama dalam penanganan konflik. Perbedaan gender tidak memengaruhi bagaimana perempuan atau laki-laki menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi.
Dalam konflik, perubahan ialah tujuan yang ingin dicapai. Namun, biasanya, orang yang menginginkan perubahan tersebut adalah orang yang kurang memiliki kekuatan dalam hubungan, sementara pasangannya ialah pihak yang termotivasi untuk mempertahankan status quonya. Dalam masyarakat kita, laki-laki dianggap memiliki lebih banyak kekuatan dibandingkan perempuan. Oleh karena itu, perempuan sering kali dicap sebagai orang yang mendesak untuk perubahan. Padahal, baik laki-laki maupun perempuan, keduanya sama-sama bisa menjadi pihak yang berkuasa atau pihak yang menginginkan perubahan.
6. Laki-laki selalu menjadi pelaku kekerasan fisik dalam hubungan
Ketika orang berpikir mengenai korban kekerasan dalam rumah tangga, maka yang langsung terbayang ialah sosok perempuan yang menjadi korbannya. Namun, nyatanya, laki-laki juga sangat berpotensi menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Memang benar bahwa luka yang dialami oleh perempuan korban KDRT cenderung lebih serius dibandingkan yang dialami oleh korban laki-laki dan kekerasan yang dilakukan oleh pria cenderung lebih sering dan parah. Namun, bukan berarti laki-laki tidak pernah menjadi korban KDRT. Di Inggris, pada tahun 2016, tercatat ada sekitar 700.000 laki-laki yang menjadi korban KDRT. Hal ini membuktikan bahwa korban KDRT bukan hanya menimpa perempuan saja melainkan juga laki-laki.
Itulah beberapa mitos antara sikap perempuan dan laki-laki dalam hubungan. Kamu setuju dengan yang mana, Bela?