Seperti yang diketahui, bahasa cinta yang dimiliki setiap orang pasti berbeda. Jadi, sangat mungkin kamu memiliki pasangan dengan love language yang sangat berbeda denganmu.
Meskipun kamu dan pasangan akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyesuaikan diri, tetapi tidak berarti hubungan kalian akan hancur.
Menurut Laurel House, pakar hubungan eharmoni, selama ada pembicaraan dari hati ke hati, pemahaman dapat diciptakan.
Untuk pasangan di bawah ini yang memiliki love language berbeda, kalian mungkin akan memiliki hubungan yang penuh perjuangan, tetapi masih mungkin mendapatkan kebahagiaan.
1. Physical Touch dan Words of Affirmation
Pasangan berbeda bahasa cinta yang perlu perjuangan dalam menjalani hubungannya adalh pemilik love language 'physical touch' (sentuhan fisik) dan 'words of affirmation' (kata-kata penegasan).
“Sementara satu pihak menggunakan tubuhnya untuk mengekspresikan koneksi, preferensi pihak satunya lagi adalah konfirmasi verbal,” kata Jennifer Teplin, LCSW, Pendiri Manhattan Wellness.
Hal ini membuat keduanya ini berada di sisi dunia yang berbeda dalam hubungan dan menyebabkan mereka selalu mencoba mencari jalan tengah.
Kompromi adalah kuncinya. Jika tidak, pasangan ini mungkin tidak pernah merasa mendapatkan semua yang dibutuhkan dari satu sama lain karena sangat berbeda.
2. Quality Time dan Receiving Gifts
Karena hadiah fisik dan hadiah waktu berkualitas sulit untuk dibandingkan, pasangan dengan love language berbeda ini merasa seolah-olah orang yang dicintainya tidak mengerti apa yang disukainya.
Jadi, hadiah semahal apa pun tidak akan pernah sama artinya dengan malam yang tak terlupakan bersama.
3. Receiving Gifts dan Emotional Security
Pasangan ini menantang karena orang yang memiliki bahasa cinta 'emotional security' (keamanan emosional) tidak memahami maksud dari 'receiving gifts' (menerima hadiah).
“Ini karena dia melihatnya hanya sebagai barang dan bukan sesuatu yang didapatkan dibeli karena itu yang sebenarnya dibutuhkan," jelas Laurel.
Sementara itu, pihak yang memiliki love language 'receiving gifts', tidak akan sering (atau bahkan jarang sekali) mendapatkan hadiah sehingga bisa membuatnya merasa diabaikan.
4. Quality Time dan Emotional Security
Meskipun terlihat sama, tetapi kedua bahasa cinta ini berbeda.
Hanya karena si pemilik 'emotional security' ingin melakukan percakapan yang mendalam dan rentan, tidak berarti dia harus bersama pasangannya sepanjang waktu, seperti yang diinginkan si 'quality time'.
Ini karena 'emotional security' tidak membutuhkan waktu yang lama untuk terasa bermakna. Sementara itu, 'quality time' justru memilih memiliki cukup banyak waktu dengan pasangannya untuk melibatkan pembicaraan serius.
5. Act of Service dan Shared Experiences
Masalah dengan pasangan ini adalah pemikiran mereka yang tidak sama.
Pemilik 'act of service' (tindakan pelayanan) memilih untuk tidak merepotkan pemilik 'shared experiences' (berbagi pengalaman) dengan melakukan semuanya sendiri atau melakukannya demi pasangan. Namun, hal itu tidak disukai karena itu artinya tidak ada pengalaman yang dibagikan bersama.
Lalu, ketika si 'shared experiences' merekomendasikan untuk melakukan tugas bersama, hal itu tidak masuk akal bagi si 'act of service' sehingga tidak jarang mereka akhirnya sering salah paham.
6. Word of Affirmation dan Shared Experiences
Tidak mengherankan jika orang dengan bahasa cinta 'word of affirmation' (kata-kata penegasan) suka banyak bicara. Namun, hal itu tidak banyak membantu orang yang memiliki bahasa cinta 'shared experiences' (berbagi pengalaman).
Menurut Laurel, “Orang yang 'shared experiences' ingin melakukan, pergi, dan mengalami bersama, sedangkan orang yang 'word of affirmation' mungkin merasa dengan tidak melakukan percakapan yang mendalam, hubungan itu hanya untuk bersenang-senang.”