Rasa tertarik kepada seseorang yang kamu sukai tentu saja hal yang normal.
Saat bertemu dengan orang yang baru dikenal dan kamu benar-benar menyukainya, otak akan langsung dipenuhi dengan bahan kimia yang membuatmu merasa nyaman bernama oksitosin, serotonin, dopamin, dan norepinefrin.
Neurotransmiter positif juga akan mengarahkanmu untuk mengejar orang tersebut karena menemukan pasangan yang ideal adalah mekanisme bertahan hidup manusia. Lagi pula otak manusia memang diprogram untuk bertahan hidup.
Namun, ketika berbagai komponen psikologis mendasari manuver neurologi tersebut, obsesi bisa cenderung terjadi. Inilah yang seharusnya kamu hindari. Mengapa? Berikut beberapa alasannya.
1. Obsesimu tidak berdasarkan kenyataan
Membangun hubungan nyata dengan seseorang yang membuatmu terobsesi akan terlihat berbeda dalam kenyataan dari apa yang kamu bayangkan.
Dengan menyadari hal ini sejak awal, akan membantumu untuk tidak terobsesi dengan orang yang baru dikenal. Karena fantasi yang kamu miliki terhadap orang tersebut sangat mungkin jauh dari kenyataan.
Meskipun mungkin terlihat (atau terasa) seperti cinta, tetapi obsesi hanya sebuah momen singkat. Ini adalah proses yang cukup kamu nikmati—terlepas dari hasilnya, bukan kamu dalami dalam hati.
“Normal untuk tergila-gila dengan seseorang yang baru, tetapi penting untuk selalu mengingat perbedaan antara kenyataan dan ilusi," kata terapis, Sophie Cress, LMFT.
2. Cinta sejati butuh waktu dan kesabaran
Tertarik pada seseorang yang baru dan ingin menghabiskan waktu bersamanya adalah hal yang normal. Namun, penting untuk memahami bahwa itu hanya percikan awal. Apakah percikan itu akan berubah menjadi cinta, tentu saja tergantung pada berbagai faktor.
"Cinta adalah hubungan mendalam yang membutuhkan waktu yang terjadi ketika dua orang sudah bisa saling memperlihatkan sisi rentan mereka sendiri,” jelas terapis, Courtney Hulse, LMFT.
Ada manfaat jangka panjang jika kamu memiliki kesabaran dalam membentuk ikatan dengan seseorang. Salah satunya sebagai proses pengembangan koneksi yang nyata.
3. Harapanmu (mungkin) tidak realistis
Wajar untuk menghargai hal-hal positif tentang orang yang kamu sukai. Namun, jangan sampai mengorbankan kenyataan. Penting untuk diingat bahwa orang yang kamu sukai ini tidak sepenuhnya semuanya positif atau negatif, tetapi keduanya.
Sophie bilang, "Pertahankan perspektif yang seimbang, harapan yang realistis, dan pahami bahwa keterikatan sejati tumbuh seiring waktu. Fokus untuk mengenal orang itu secara otentik daripada memproyeksikan fantasi kepadanya berdasarkan kesan awal.”
Untuk mempertahankan pandangan yang realistis terhadap orang yang baru kamu kenal, tanyakan beberapa hal berikut pada dirimu sendiri:
- Apakah aku terlalu mengharapkan sesuatu dari orang baru?
- Apakah pendapatku tentang orang itu berdasarkan pada pengalaman hidup?
- Apakah aku menerima kekurangan dan kelebihan orang itu?
4. Ganti obsesi dengan cintai diri sendiri
Self love bukanlah alternatif pengganti untuk cinta romantis, tetapi itu adalah hal yang penting untuk dimiliki sebelum memulai hubungan dengan seseorang.
Mencintai diri sendiri berarti menyadari sifat dan kekuatan positifmu, sebelum mengharapkan sifat dan kekuatan positif yang orang yang baru kamu kenal.
Kenali dirimu dengan melihat kekurangan, trauma masa lalu, keyakinan, dan disonansi kognitif yang menghambat harga dirimu. Daripada mengkritik diri sendiri, cobalah untuk memahami tujuan obsesimu dan mengapa kamu mengalaminya.
“Obsesi bisa terjadi karena kebutuhan diri yang tidak terpenuhi atau kebutuhan untuk terhubung dengan seseorang atau sesuatu yang lain," kata Courtney.
5. Fokus pada hal yang benar-benar penting bagimu
Apa pun hubunganmu dengan orang baru ini, kebahagiaanmu harus yang selalu diutamakan.
Tidak ada salahnya menginginkan pasangan yang peduli dengan kebahagiaanmu. Namun, mencari validasi dari orang lain untuk membuatmu bahagia adalah resep untuk bencana.
Tanyakan kepada diri sendiri:
Bagaimana aku bisa memenuhi keinginan dan kebutuhan diriku? Apa yang bisa aku lakukan setiap hari untuk lebih fokus pada diri sendiri? Apa yang membuatku bahagia? Apa yang perlu aku ubah untuk mengatasi perilaku obsesif ini?
Menyukai orang yang baru kamu kenal tidak ada salahnya, tetapi jangan sampai obsesif. Perasaan ini hanya akan membawa keburukan bagi dirimu dan hubungan yang mungkin nanti akan dijalani.