Komunikasi menjadi salah satu kunci dalam menciptakan hubungan yang harmonis dengan orang lain, salah satunya dengan seseorang yang kita kasihi. Jika komunikasi berjalan dengan baik dan setiap orang ingin terbuka, maka kesalahpahaman dan prasangka buruk bisa diminimalisir sehingga mengurangi ketegangan dalam hubungan.
Sayangnya, setiap orang memiliki cara komunikasi yang berbeda. Lalu, bagaimana caranya agar gaya komunikasi bisa memengaruhi hubungan kita dengan pasangan? Ini penjelasannya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama lebih dari 40 tahun oleh profesor Deborah Tannen dari Universitas Georgetown, manusia cenderung menghakimi seseorang dari berbagai hal, salah satunya dari bagaimana cara orang tersebut berbicara. Namun kata-kata juga berperan dalam meningkatkan kedekatan atau mempererat ikatan antarmanusia.
Meski menggunakan kata-kata yang sama persis, nyatanya gaya komunikasi satu orang dengan orang lain bisa berbeda. Begitu juga dengan bagaimana lingkungan tempat orang itu tinggal memaknai gaya komunikasinya. Gaya bicara yang cepat dianggap nggak sopan bagi sebuah budaya, tapi bisa dianggap sebagai wujud antusiasme di budaya lain.
Selain budaya, komunikasi bisa dipandang berbeda menurut jenis kelamin. Perempuan suka ketika pasangannya mengatakan “aku mencintaimu” dan merasa sedih jika pasangannya jarang mengatakan hal manis tersebut. Namun bagi laki-laki, mereka memandang kata-kata adalah hal yang mudah dan lebih suka membuktikannya lewat tindakan.
Hasil penelitian tersebut juga mengungkap perbedaan fungsi komunikasi antara perempuan dan laki-laki. Di mata perempuan, komunikasi bisa mendekatkan atau menjauhkan keduanya, sedangkan bagi laki-laki berfungsi untuk menurunkan atau menaikkan posisinya dalam hubungan.
Misal, ketika si laki-laki berbuat salah, dia enggan meminta maaf. Bagi laki-laki, dia cukup menunjukkan gerak-gerik penyesalan tanpa mengatakannya karena “aku minta maaf” akan menurunkan posisinya dan berdampak pada masa depannya. Sedangkan bagi perempuan, jika laki-laki nggak meminta maaf artinya dia nggak peduli dengan pasangannya.
Ketika si dia bilang “aku minta maaf” dengan lembut, mungkin dengan mudah kamu akan memaafkannya. Tapi kalau dia mengatakan kalimat yang sama persis dengan nada tinggi, kamu akan berpikir dia meminta maaf karena terpaksa. Deborah menyarankan kita untuk nggak hanya fokus pada pesan yang disampaikan, tapi juga metamessage atau cara menyampaikannya serta makna di balik penyampaian tersebut.
Jika kamu sudah mengetahui gaya komunikasi seperti apa yang kira-kira bisa dipahami pasangan dengan baik, nggak ada salahnya untuk menyesuaikan caramu berbicara. Jika dia juga bersedia melakukan yang sama, maka komunikasi kalian lebih nyambung dan hubungan menjadi lebih baik.